"Perempuan hebat pasti bertindak dengan tepat, perempuan hebat pasti punya tempat"
-Reno Maheswara-
****
Reno menatap sendu ke bawah melihat beberapa zombie mati yang di tembaki oleh Juna di sebrang sana, mungkin Juna berusaha mengurangi jumlah makhluk tersebut yang berada di bawah walaupun sia-sia, sambil belajar menggunakan senjata api kesayangan nya.
Fyi Juna ingin bercita-cita menjadi sniper handal karena itu keinginan ayahnya yang sudah tiada, sedari kecil memang lelaki tersebut sudah di asah kemampuan nya dalam menembak jarak jauh dengan berburu di hutan bersama sang ayah.
Reno sekarang ini memikirkan bagaimana dia bisa kabur dengan Ana dalam situasi ini, padahal sudah satu Minggu mereka berdua disini sedangkan persediaan mulai menipis.
Reno menghela nafas berat, ia memandangi Juna sambil berfikir keras.
"Ren, kita sampai kapan disini teruss"rengek Ana dari kemarin.
"Ya ini gara-gara lu, andai satu Minggu yang lalu lu gak sembrono pasti kita gak kaya gini"
Ana hanya meletakan kepalanya di pagar Rooftop tersebut dengan lesu.
Beberapa hari telah berlalu mereka berdua sudah siap dengan barang yang mereka berdua bawa.
Ya mau tak mau mereka berdua harus menerobos gerombolan zombie yang berada di pintu masuk Rooftop tersebut.Rencananya itu sudah di susun matang-matang oleh Reno beserta Juna di Walkie Talkie, Ana hanya terima jadi saja haha.
Pertama mereka berdua, maksudnya Reno dan Juna akan membuka pintu rooftop dan membiarkan makhluk tersebut masuk, dan menghabisinya, kedua jika salah satu dari kelompok kesusahan mereka harus siap menanggung resiko dengan membantu sesama, ketiga rencana ini di lakukan siang hari dengan bantuan cahaya, para zombie akan terdiam mematung menatap pantulan cahaya dari sinar matahari menjadi kesempatan emas bagi mereka bertiga.
Rencana di mulai dengan Ana yang membuka pintu besi bergembok rantai itu dengan semangat,sepatu mereka lepas agar tidak menimbulkan suara, di tangan kiri gadis tersebut sudah menggenggam sebuah pisau, Reno dengan gesit menghabisi salah satu zombie yang akan masuk dengan menusukkan pisaunya ke kepala makhluk tersebut.
Disisi lain Juna juga berusaha menghabisi zombie tersebut di gedung yang berbeda tentu saja sendiri namun lelaki tersebut menggunakan pistol peredam, agar zombie yang terdiam di bawah tidak mendengar suara tembakan.
Setelah beberapa saat Ana dan Reno bertempur kini saat nya mereka berdua turun, menuruni tangga sebening mungkin karena ada beberapa zombie yang terdiam juga di dalam mall tersebut.
Fyi lagi, zombie disini bisa tertidur jadi mereka para orang-orang yang terinfeksi akan terdiam atau tertidur pada saat tertentu, tapi jika ada kebisingan sedikitpun tentu saja mereka akan bereaksi.
Ana dan Reno berjalan dengan sangat hati-hati melewati gerombolan zombie yang tertidur, banyak sekali zombie yang tertidur bahkan mereka berdua berjalan sambil menutup hidung karena jarak antara mayat hidup itu sangat dekat dengan tubuh keduanya, bayangkan kali berjalan melewati mayat yang sudah membusuk beberapa hari? dan dengan logika nya pasti menimbulkan bau yang tidak sedap.
Entah keajaiban mana yang datang, Reno dan Ana berhasil melewati rintangan tersebut dengan mudah, dan akan sampai di pintu keluar, tapi saat akan tiba, kaki Ana yang tidak memakai alas apapun tak sengaja menginjak serpihan kaca yang pecah di lantai, mungkin akibat zombie yang merusaknya kemarin saat mengejar mereka berdua.
Saat Ana akan teriak kesakitan, Reno menutup mulut gadis tersebut dengan tangannya.
"Ssst jangan brisik gw tau itu sakit tapi lu jangan teriak plis ini demi keselamatan kita bertiga"Ana yang mendengar perkataan Reno itu pun mengerti dan mengangguk, pas sekali di depan jalan tersebut juga para zombie sedang terdiam menatap gedung pencakar langit yang tinggi, itu membuat kesempatan emas bagi Reno, lelaki tersebut segera menggendong Ana yang terluka dan menuju gedung milik Juna.
Juna kini terlihat juga sudah menuruni tangga dan mendapati Reno yang masuk dengan menggendong Ana.
"Lohh loh Ana kenapa anjirr"panik Juna sangat heboh.
Ruangan itu memang kosong karena semua zombie tadi sudah di habisi oleh Juna.
"Lu jangan berisik-berisik anjing mau cari mati?"jawab Reno dengan sedikit berbisik mungkin lelaki tersebut sangat takut jika lautan zombie yang di luar sana menyadari keberadaan mereka.
Juna hanya mengangguk lalu membantu Reno mengobati kaki Ana yang terluka tadi.
"Nyusahin, beban, tolol barang segede itu lu injek stress"maki Reno habis-habisan di depan wajah Ana, yang mendapatkan sinisan dari gadis tersebut.
"Apa sihhh, namanya juga panik"ketus Ana sambil meraih obat merah yang di pegang oleh Reno dia tidak mau di maki lagi oleh lelaki tersebut karena tidak bisa mengobati luka sendiri.
Setelah selesai mengobati luka Ana, mereka bertiga melanjutkan perjalanan keluar dari gedung yang di tinggali oleh Juna dengan mengendap-endap.
Dengan Ana yang berjalan tertatih di tuntun oleh Juna dan Reno di sebelah kiri dan kanan, gadis itu tidak mau di repotkan, terutama kepada Reno yang tipikal nya di mintain bantuan dikit langsung ngomel tidak jelas jika tidak ada imbalannya.Mereka bertiga terus berjalan dan sampai lah di perbatasan kota di mana di sana ada gereja yang sudah di tinggalkan, dengan antusias keduanya memasuki gereja tersebut, untuk melepas lelah karena seharian mereka sudah bertempur habis-habisan.
Pintu di dorong oleh Juna dengan susah payah, sepertinya ada barang yang menghalangi di dalam sana, Reno yang melihat itu, langsung membantu Juna mendobrak pintu besar tersebut dengan sisa tenaganya.
Setelah beberapa saat kemudian pintu terbuka, mereka bertiga masuk.
Melihat pemandangan yang sangat tidak menyenangkan di mata ketiganya, mereka bertiga melihat anak kecil yang memeluk boneka sambil tertidur di samping mayat seorang wanita mungkin itu ibunya yang sudah tiada karena kulitnya yang sudah akan membusuk.Ana yang melihat itu langsung menghampiri gadis kecil itu dan segera membangunkannya.
Setelah beberapa saat kemudian gadis kecil itu terbangun dengan uap khas seperti anak kecil pada umumnya.Gadis cilik itu menatap bingung kepada ketiganya.
"Hm?, Kakak ini siapa ya?"ujar gadis itu dengan polos sambil meremas boneka yang di peluknya sedari tadi."Adek, adek kenapa disini?"balas Ana sambil memegang tangan gadis kecil itu yang keliatan kurus sekali.
"Charlie sedang nunggu mama bobo, katanya mama bobo sebentar disini, yaudah Charlie tunggu deh"ujar lagi gadis kecil itu yang di ketahui bernama Charlie sambil menunjuk mayat sang ibu yang sudah akan membusuk.
Ana menatap Charlie prihatin, padahal jelas-jelas ibunya sudah mati beberapa hari yang lalu, gadis kecil itu hanya menganggap sang ibu tertidur, pantas sajaketika pintu tadi susah di buka mungkin sang ibu mencoba melindungi putrinya dengan beberapa barang berat agar pintu susah di buka dan para makhluk lambat itu tidak akan bisa masuk, di samping sana juga terlihat beberapa bekas bungkus roti yang sudah habis.
"Charlie udah makan?"
Kali ini Juna ikut nimbrung.
Charlie hanya menggelengkan kepalanya sangat gemas.
"Charlie belum makan dari kemarin, roti yang di beliin mama kemarin udah habis, tapi Charlie kemarin minum air putih banyak banget jadi kembung doang deh perut Charlie"Ana segera mengeluarkan beberapa makanan untuk Charlie dan beberapa vitamin untuk gadis kecil itu, dengan semangat Charlie memakan makanan yang Ana kasih, melihat situasi Charlie yang sibuk dengan makanannya, tanpa menunggu lama Reno dan Juna mengeluarkan mayat dari ibu Charlie yang entah mati karena apa.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
PASCA APOCALYPSE
AbenteuerAku ingin bebas, aku ingin berpetualang, aku ingin mimpiku menjadi nyata. TIDAK TIDAK!!! SEMUA ITU BOHONG AKU TIDAK INGIN SEMUA ITU TERJADI. Kejadian itu mulai menjadi nyata, saat virus aneh telah bermunculan, makhluk lambat tersebut sudah menyebar...