"Aku bukan cewek lemah seperti yang kau bayangkan"
-Anara Natasya-
****
"Gw udah bilangin gak usah ngebantah bisa gak?"
Mata elang milik Reno menatap sangat tajam kepada gadis di depannya.
"Gue juga mau pegang senjata api Ren, apa salahnya?"
Jawab Ana matanya juga menatap sinis lelaki yang berada di depannya.Kedua nya tidak mau goyah dalam pendirian nya masing-masing!
"Batu amat sih lo di bilangin!"
kali ini suara Reno terdengar sedikit tinggi."Ren..."lirih Juna yang sedari tadi mengamati keduanya yang bertengkar.
Mereka ber-empat kali ini sedang beristirahat di peternakan yang mereka temui kemarin untuk sementara saja, bermalam di sana.
"Lagian dia di bilangin batu banget, aneh-aneh aja, udah jago lo?, ngebunuh zombie satu aja harus mikir dulu"
Ana terdiam.
Juna menggelengkan kepalanya heran.
"Ren udah, tidur, sampai kapan kalian begini terus?"Setelah mendengar itu kedua nya pun bersiap untuk tidur malam ini.
"Gw benci lo Ren!"ujar Ana sambil mendorong dada kekar lelaki tersebut.
Mereka kemudian berjejer membuat barisan untuk beristirahat dan tas masing-masing yang di gunakan seperti bantal, serta jaket yang di gunakan untuk selimut serbaguna selain Juna yang jaket nya telah di gunakan si kecil Carlie, di bawah sudah ada tikar lipat yang muat untuk mereka ber-empat, yaa seenggaknya tidak bikin mereka dingin tidur di lantai.
Menurut mereka tidur bersamaan di bawah adalah keseimbangan untuk bersama, walaupun ada beberapa kasur atau sofa di sana, tetapi mereka tetap tidur di lantai, biar adil, biar tidak ada kata iri satu sama lain.
Ana menunda tidurnya, gadis itu malah menangis di tengah malam seperti ini, akibat perkataan Reno tadi yang sangat menusuk hati.
"Maksud dia, gw lemah gitu?,apa sih dasar manusia gak punya hati"
Ujar Ana yang di tengahi oleh isakan tangisnya."Nangis aja Na, kalau itu buat lo lega"
balas seseorang yang ternyata itu adalah Juna di sebrang sana memang Ana tidurnya sedikit jauh dari dua lelaki itu, tepatnya Carlie yang memisahkan mereka.
"Naa Ren gak egois, menurut gw, dia itu orang nya baik, emang gak salah kok perkataan dia, lo juga harus belajar dulu sebelum gunain alat yang berbahaya seperti itu, lo juga jangan egois Na, gw paham maksud lo untuk melindungin kita kan?, Tapi gak gitu juga caranya"Ana memalingkan wajahnya ke samping, manik mata Ana menatap wajah Juna yang tulus dan lembut itu.
"Terus gw harus apa?"Juna berfikir sejenak
"Kalau lo mau gw bisa ajarin lo apapun yang lo mau, tapi gw gak ngejamin itu berhasil, Na?, belajar begituan sulit, lo juga harus nerima resikonya"
Ana mengangguk setuju saja sambil menyeka air matanya.
Juna ikut menolehkan kepalanya, tatapan mereka bertemu.
"Gw yakin lo bisa Na, gw tau lo itu gak selemah yang di katakan Reno, dan gw akan berusaha semaksimal mungkin deh"
Lelaki tersebut tersenyum tipis.
"Ck udah gak usah nangis diem gak lo?"lanjutnya lagi."Ih aku gak nangis!"
Ana membalikkan tubuhnya malu, gadis itu membelakangi Juna dan mulai menutup kedua matanya, perkataan Juna tadi itu membuat nya sedikit tenang.Disisi lain Juna senyum-senyum tidak jelas sambil menutup matanya juga.
"Ana, Reno, haha menarik"batinnya.Entah kenapa Juna memiliki dua kepribadian, kadang bisa menjadi dewasa dan bijaksana kadang ya you know..
KAMU SEDANG MEMBACA
PASCA APOCALYPSE
PertualanganAku ingin bebas, aku ingin berpetualang, aku ingin mimpiku menjadi nyata. TIDAK TIDAK!!! SEMUA ITU BOHONG AKU TIDAK INGIN SEMUA ITU TERJADI. Kejadian itu mulai menjadi nyata, saat virus aneh telah bermunculan, makhluk lambat tersebut sudah menyebar...