Go Public

4 0 0
                                    

"Jadi, lo bakal balik ke rumah mama papa kan?" Ar menatap gadis di sampingnya penuh harap

Gadis itu dengan tegas menggelengkan kepalanya. "Aku udah mutusin untuk  tinggal di rumah ku Ar. Kamu tahu kan kalau rumah itu adalah peninggalan orang tua ku. Hanya di sana aku menyimpan banyak kenangan indah bersama almarhum orang tua ku. Jadi, aku ingin menjaga itu semua Ar"

Ar tersenyum manis pada gadis itu. Ia tidak akan memaksa Sanaya untuk kembali tinggal di rumahnya. Ar sangat menghargai keputusan Sanaya untuk tetap tinggal di rumah peninggalan orang tua nya

"Oke, tapi gue boleh kan datang kesana kapan aja? Aaaa...dan mulai sekarang kemana pun lo mau pergi harus sama gue. Gak boleh sama cowo lain, apalagi si Rafa kampret itu"

Perkataan Ar barusan sontak membuat gadis di sampingnya itu terkikik geli

"Apa yang lucu?" Tanya Ar tak paham

Sanaya tersenyum sambil menunjuk wajah Ar

"Aa jadi selama ini kamu marah-marah itu karena kamu cemburu sama Rafael. Ya aku akuin sih dia sebelas dua belas sama kamu. Sama- sama sok cuek padahal sebenarnya punya sisi perhatian"

"Enak aja gue di sama-samain sama dia. Jelas lebih unggul gue lah. Gue sahabat lo dari kecil sekaligus calon suami lo di masa depan. Gak bisa di banding-bandingi sama cowo lain"

Sanaya sontak memasak ekspresi geli nya tepat ketika Ar menyebut dirinya sebagai calon suami Sanaya. Entah mengapa itu terdengar begitu menggelikan namun berhasil membuat hatinya kegirangan

"Pede banget sih kamu"

"Untuk dapatin tuan putri Sanaya memang diperlukan kepercayaan diri yang tinggi" ucap Ar sambil mencolek gemas pipi gadis itu

Setelah menghabiskan banyak waktu bersama, Ar memutuskan untuk membawa Sanaya kembali ke kelasnya. Sanaya sudah tertinggal beberapa mata pelajaran oleh karena dirinya. Ar tidak mau sampai Sanaya mendapat masalah yang lebih besar karena ulahnya

Pada saat mereka melintasi koridor, beberapa siswa kembali menyoraki mereka dengan heboh. Pasalnya mereka berdua di ketahui telah cukup lama menghilang dari kelas. Tentu mereka penasaran akan apa yang telah terjadi antara Sanaya dan Arsatya. Popularitas yang di miliki oleh keduanya tentu mengundang perhatian yang banyak dari siswa-siswi disana

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kini Ar sudah tidak mau lagi menyembunyikan hubungan antara dirinya dan Sanaya. Mulai saat ini, Ar ingin semua orang tahu kalau Sanaya adalah gadis yang sangat spesial di hatinya. Tidak lagi ada yang bisa menganggu atau pun menyakiti gadis yang di cintainya itu. Ia sudah bersumpah akan terus menjaga dan menyayanginya.

"APA-APAIN INI?!" Sebuah teriakan yang begitu melengking terdengar di sepanjang koridor. Siapapun yang siswa yang bersekolah di Nusa Dua pasti sudah tahu siapa si empunya suara nyaring tersebut

Jessie beserta dengan antek-anteknya tiba-tiba saja muncul memecah kerumunan siswa disana. Sorot matanya menyiratkan sebuah kemarahan besar pada sosok gadis yang begitu di bencinya.

Plaakkk! Sebuah tamparan dari gadis berambut pirang itu mendarat tepat di pipi Sanaya. Jessie menatapnya dengan nafas memburu. Kini ia bersiap untuk mendaratkan satu tamparan lagi pada Sanaya, namun dengan cepat Ar menahan lengan gadis itu dan mencengkramnya dengan kuat

"Lepasin tangan gue Ar!" Jessie berusaha keras melepaskan lengannya dari cengkraman Ar. Namun sekeras apapun ia mencoba, Ar justru mencengkramnya semakin kuat sehingga membuat gadis itu meringis kesakitan

"Anjing lo! Berani nya lo tampar dia dengan tangan kotor lo ini. Lo pikir lo siapa Hah?!" Ar membentak gadis itu di depan banyak orang. Rahang yang mengeras dan tatapan mautnya yang amat mengerikan membuat semua siswa yang berdiri disana bergidik ngeri

"Ar.. ka..kamu kok jadi belain dia sih? Aku kan mau nyelamatin kamu dari pengaruh guna-guna cewe itu" ucap Jessie dengan suara bergetar ketakutan. Ini pertama kalinya ia melihat Ar semengerikan itu 

"Otak lo udah gila ya! Siapa yang lo maksud udah guna-gunain gue?!"

Ar menatap semua kerumunan itu dengan raut wajahnya yang tegas. Ia beralih pada Sanaya yang sejak tadi berlindung di balik badannya. Dengan lembut, Ar kembali menggenggam lengan gadis itu dan membawanya maju selangkah agar berdiri sejajar di sampingnya

"Gue peringatin sama lo semua. Sampai gue tahu ada yang berusaha nyakitin atau pun menganggu Sanaya, gue pastikan orang itu akan langsung berhadapan dengan gue. Jangan ada berani ganggu milik gue atau lo semua bakalan habis di tangan gue"



RAYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang