Awkard

2 0 0
                                    

Gadis itu duduk di bangkunya dengan pandangan mata yang kosong

Hatinya di penuhi dengan perasaan gelisah dan juga dilema akibat teringat oleh percakapannya dengan rafael tempo hari. Rasa-rasanya gadis itu belum siap bertemu dengannya lagi hari ini. Apa yang terjadi pada mereka kemarin, telah membawa perubahan yang besar pada hubungan pertemanan mereka

Sejak hari dimana Rafael menyatakan perasaan sukanya pada gadis itu, Sanaya jadi tak bisa berhenti memikirkannya. Entah mengapa akhir-akhir ini ada banyak hal tidak terduga yang datang begitu  tiba-tiba dalam kehidupannya.

Padahal ia baru saja berbaikan dengan sahabat kecilnya, namun kini muncul konflik baru yang membuatnya semakin pusing. Hal ini melibatkan hubungan pertemanannya dengan Rafael yang awalnya berjalan baik-baik saja  menjadi terasa canggung satu sama lain

Astaga... Gadis itu bahkan tidak menjawab apapun dari pertanyaan Rafael saat itu. Bibirnya terus terbungkam hingga pada saat ia pergi meninggalkan rumah itu

Kringggg kriiingggg

Saking asiknya berkutat dengan pikirannya sendiri, Sanaya sampai tidak sadar kalau bel jam pelajaran pertama sudah di bunyikan

Ketika para siswa masuk ke dalam kelas, pandangan Sanaya tertuju pada sosok laki-laki yang berjalan tepat di belakang Key. Saat itu juga, jantung Sanaya terasa seperti ingin melompat keluar dari tempatnya

Gadis itu sudah semaksimal mungkin untuk bersikap tenang dan menyembunyikan perasaan gugupnya. Namun seberapa keras pun ia berusaha, gadis itu justru terlihat salah tingkah sendiri di tempatnya. Ia sibuk mengalihkan dirinya pada layar handphonenya agar tidak melihat wajah teman sebangkunya itu

"Baik lah anak-anak sesuai dengan instruksi ibu minggu lalu, hari ini kalian akan melakukan penelitian kecil bersama dengan teman sebangku kalian. Ibu kasih kalian waktu sampai jam istrirahat nanti. Ketua kelas harap mengumpulkan tugas teman-temannya di meja ibu"

Semesta seperti tidak berpihak padanya. Niat hati ingin menghindar dari sosok di sebelahnya, namun gurunya malah memberikan tugas yang mengharuskan mereka untuk berkomunikasi secara langsung

"Kayaknya lo lagi kurang fit ya hari ini. Gue perhatiin dari tadi kaki lo gemetaran mulu"

Sial! Dalam hati gadis itu mengumpat. Ia sama sekali tidak sadar kalau sejak tadi kaki dan tangannya gemetaran karena terlalu gugup. Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya sampai-sampai ia tidak bisa mengontrol dirinya untuk bersikap biasa saja kepada Rafael

"Aku cuma belum sarapan aja"

Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, tiba-tiba saja Rafael beranjak dari bangkunya dengan pergi meninggalkan Sanaya dengan ekspresi kebingungan

Gadis itu tidak tahu kenapa Rafael tiba-tiba pergi dari kelasnya. Namun setidaknya ia bisa menarik nafas legah untuk beberapa menit ke depan

Sambil menunggu Rafael yang tidak tahu kapan akan kembali ke kelas, Sanaya mencoba untuk memahami soal yang telah di berikan oleh gurunya itu. Melihat teman-temannya terlihat kebingungan, sepertinya tugas yang di berikan kepada mereka cukup berat

"Nih"

Sanaya terperanjat di bangkunya. Rafael tiba-tiba kembali dengan meletakkan 3 buah roti dan yogurt di atas mejanya. Gadis itu menatapnya tak mengerti

"Tadi kata lo belum sarapan kan. Jadi gue beliin lo roti sama yogurt buat lo makan"

Gadis itu melongo tak percaya. Astaga.. untuk apa Rafael melakukan hal ini padanya. Ia rela berlari ke kantin yang jaraknya cukup jauh hanya untuk membelikan Sanaya sarapan. Sanaya  merasa ia bukanlah gadis yang pantas untuk menerima perlakuan se istimewa ini. Ia jadi merasa sangat bersalah pada Rafael

"Seharusnya ..."

Belum selesai gadis itu menyelesaikan kalimatnya, Rafael sudah terlebih dahulu memotongnya

"Gue gak perlu harus jadi Arsatya dulu kan supaya bisa perhatiin lo. Gue gak menuntut jawaban apapun dari lo. Gue  juga gak mempermasalahkan sikap lo yang berusaha menjauh dari gue. Tapi tolong izinin gue untuk tetap perduli sama lo. Izinin gue untuk tetap menjaga lo"

Semua ucapan Rafael benar-benar tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam. Ia hanya ingin memastikan gadis itu baik-baik saja. Walaupun ia tak bisa memiliki, namun setidaknya izinkan Rafael untuk menjaganya

Sanaya merutuki dirinya sendiri yang sampai saat ini masih tidak bisa mengatakan apapun pada Rafael. Padahal otaknya mengingat dengan jelas segala kebaikan yang telah di lakukan oleh cowo itu kepadanya. Mulai dari melindunginya dari serangan Jessica dan kawanannya, Ar yang saat itu masih belum mau menganggapnya, dan masih banyak lagi yang bahkan tidak bisa ia deskripsikan satu persatu

"Aku minta maaf Raf"

Bodohnya ... Dari sekian banyak kata yang terlintas di dalam pikirannya, malah kalimat itu yang terlontar dari mulutnya

"Sstt... Bukan itu yang mau gue dengar dari lo Nay. Udah gue bilang kan, gue gak menuntut jawaban apapun dari lo. Jadi lupain aja soal hal itu"

Heh... Segampang itu Rafael menyuruh untuk melupakannya? Apakah ia tidak tahu kalau kalimat sakralnya itu sudah terlanjur membuat tidurnya menjadi tidak nyenyak, pikirannya menjadi tidak fokus, dan hari-harinya selalu di hantui oleh bayang-bayang tentang dirinya. Karena Rafael, Sanaya menjadi seperti ABG labil yang dilanda dilema

Satu hal yang tidak di sadari oleh Sanaya tentang dirinya sendiri. Semua kegelisahan yang dirasakannya pasti terjadi karena suatu sebab. Tidak mungkin hatinya menjadi gundah gulana seperti itu jika bukan karena perasaan yang ada di hatinya.

Sanaya masih menyangkal bahwa sebenarnya Rafael telah mengisi ruang di hatinya. Tepat ketika Rafael menjadi sosok yang selalu ada untuknya di kala menghadapi semua kesulitan yang ada. Rafael selalu hadir melindungi Sanaya dari orang-orang yang berusaha menyakiti dan menghancurkan hatinya.  Sanaya tidak pernah sadar karena selama ini ia sibuk menata hatinya yang hancur akibat perlakuan Ar kepadanya. Sibuk menangisi dan mencari cara agar Ar mau menganggap kehadirannya

Memang pada akhirnya hubungan Ar dan Sanaya telah membaik kembali seperti dulu. Namun sebelum itu semua terjadi, Rafael telah hadir menjadi sosok pelindung bagi Sanaya

"Gak usah terlalu di pikirin. Gue gak mau lo jadi tambah sakit. Mending kita selesain tugas ini dulu karena waktu yang tersisa gak banyak"

Sanaya mengangguk pelan dan menarik bangkunya untuk sedikit mendekat ke arah Rafael. Jaraknya mereka yang semakin dekat membuat keduanya menjadi sama-sama gugup

Pandangan gadis itu lagi-lagi tertuju pada wajah Rafael yang hanya tampak dari samping kanannya. Kembali teringat memori lama nya saat dimana pertama kali mereka berjumpa. Hal itu membuat bibir Sanaya tersenyum tanpa sadar. 

Apakah aku salah jika aku memberikan kesempatan itu kepada Rafael? 

Arsatya saja bisa mendapatkan kesempatan kedua dariku. Lantas, mengapa Rafael yang sudah begitu tulus padamu harus dipaksa kalah sebelum berjuang. Bukankah dia juga pantas untuk mendapat kesempatan pertamanya









RAYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang