Jodoh Untuk Aisyah
Suara hiruk pikuk kehidupan di Pesantren, adalah makanan sehari-hari untuk gadis yang sedang murojaah di depan teras rumahnya.
Gadis itu bernama Aisyah Putri. Gadis cantik yang tersembunyi di balik kain tipis yang bernama cadar.
Aisyah, gadis cantik yang merupakan anak sulung dari pemilik pondok pesantren An-Nur, yang memiliki 2 saudara di bawahnya yang masih duduk di bangku Madrasah Aliyah. Adik pertama nya bernama Al-Fatih yang sekarang sedang belajar di Madrasah Aliyah yang berada di lingkup pesantren yang dimiliki Abinya ini, dia sekarang sedang duduk di bangku kelas 2 MA. Sedangkan adik bungsunya bernama Fatimah Az-Zahra, gadis mungil yang baru saja menduduki bangku menengah atas.
Aisyah menyelesaikan murojaah dan menutup kembali Al-Qur'an yang sedari tadi ia pegang.
Ting!
Suara notifikasi masuk ke benda pipih yang tergeletak di meja yang ada di samping Aisyah.
Aisyah mengambil benda pipih itu, ia melihat ada pesan masuk dari teman MA nya kemarin. Di sana, Aisyah mendapat kiriman file nama-nama siswa yang lulus di fakultas kedokteran salah satu universitas ternama di kota.
Mata Aisyah berkaca kala melihat layar ponselnya itu. Ia sujud syukur, karena berhasil lulus untuk memasuki sekolah kedokteran impiannya.
Umi Zahra yang mendengar krasak-krusuk dari arah teras pun bergegas untuk melihat. Ternyata di sana, ia melihat Aisyah yang sedang bersujud. Umi pun bertanya, "Kamu kenapa, Nak?"
Aisyah langsung berdiri memeluk uminya. "Umi, Mbak Lulus!" Kata Aisyah histeris.
Air mata yang sedari tadi mengalir membasahi cadar yang ia gunakan.
Umi menangkup wajah Aisyah dan mengusap air matanya. "Alhamdulillah, Nak"
"Kita beritahu Abi mu dulu ya." Aisyah mengangguk semangat. Ia tak sabar ingin memberitahu kabar baik ini pada Abinya.
"Tapi nanti ya, selepas ashar saja. Mungkin sekarang Abi sedang mengajar madrasah sore" lanjut umi, dan diangguki lagi oleh Aisyah.
Selepas sholat ashar, Aisyah di panggil Abinya untuk turun ke ruang tamu.
Masih dengan wajah tersenyum di balik cadarnya Aisyah pun menghampiri Abi Abdullah.
Ia melihat abi yang sedang membaca beberapa kitab-kitab yang akan diajarkannya malam nanti.
"Assalamualaikum, Abi" sapa Aisyah, lalu menyalami abinya.
Abi pun menutup kembali kitab yang dibacanya. "Duduk, Nak" titah Abi.
"Abi dengar, kata umi Aisyah lulus masuk jurusan kedokteran yang Aisyah katakan waktu itu ya?" Tanya Abi. Aisyah mengangguk semangat.
"Nak, jujur sekali Abi sangat senang mendengar kabar baik ini. Tapi, sebenarnya Abi dan umi sangat berat melepaskanmu untuk pergi jauh dari jangkauan Abi dan umi"
Wajah Aisyah sedikit berubah. Tak adalagi senyum manis di balik cadarnya. Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya bertanya-tanya, apakah ia harus memutuskan dan menghentikan impiannya untuk menjadi dokter?
Aisyah menunduk, ia tidak berani untuk menatap Abinya. Karena matanya sudah berkaca-kaca.
Umi mengelus punggung tangan Aisyah, dan membuatnya membalas sentuhan yang diberikan oleh orang tersayangnya itu.
"Tapi, Nak. Abi akan rela melepaskanmu untuk menuntut ilmu di sana dengan syarat, kamu harus menikah dulu. Agar Abi dan umi tenang, karena kamu sudah ada yang menjaga di sana" kata Abi tersenyum tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA AISYAH
SpiritualAisyah Putri, salah satu anak pemilik pondok pesantren di daerah Jawa. Yang memiliki 3 saudara, dan Aisyah adalah anak sulung dari 3 bersaudara itu. Aisyah harus menikah jika ia ingin melanjutkan pendidikan nya ke jenjang bangku perkuliahan. kenapa...