2

5 2 0
                                    

Kata Hati Aisyah

Seminggu sudah berlalu. Aisyah termenung di meja belajarnya yang menghadap ke jendela kamar.

Hari ini, penentuan apakah Aisyah menerima lamaran dari laki-laki yang belum dikenalnya itu.

Setelah meminta petunjuk dari Allah, hati Aisyah sedikit tersentuh. Ia harus mau berkorban demi cita-citanya.

Bukankah apa yang Umi dan Abinya katakan itu juga baik. Dengan ia menikah, mungkin saja ia dapat terhindar dari hal-hal buruk yang sedang marak di luaran sana.

Aisyah menghela nafasnya. "Ya Allah, semoga pilihan ini adalah yang terbaik dari-Mu"

Suara ketukan pintu membuat Aisyah terkejut. Ia mengusap dadanya mengucap istighfar.

"Assalamualaikum, Nak. Ini Umi, apa umi boleh masuk?" tanya Umi dari balik pintu.

"Wa'alaikumussalam, masuk saja Mi" jawab Aisyah dari dalam.

Pintu pun terbuka, memperlihatkan sosok wanita yang 18 tahun ini merawatnya.

Umi duduk di sisi ranjang, dan memandang Aisyah yang duduk di bangku meja belajarnya sambil tertunduk.

"Nak, bagaimana dengan jawabanmu?" tanya Umi menatap teduh putri sulungnya itu.

"Sebentar lagi ya Mi. Beri Aisyah waktu sebentar lagi. Nanti malam saat mereka datang, Aisyah akan memberi jawabannya" jawab Aisyah.

Umi berdiri dari duduknya, dan mendekati Aisyah. "Maafkan Umi ya, Nak. Bukannya umi memaksamu untuk segera menikah. Tapi ini untuk kebaikan kamu, Nak" kata Umi sambil mengelus puncak kepala Aisyah yang terbungkus oleh Jilbab syar'i nya.

"Ya sudah, Umi balik ke dapur dulu ya. Kamu pikirkan saja dulu baik-baik. Ini tidak ada unsur paksaan, Nak. Ini atas kemauan hatimu saja" lanjut Umi memberi nasehat untuk Aisya, dan berlalu meninggalkan Aisyah di kamarnya.

💜

Seperti yang Abinya katakan tadi siang. Jika keluarga calon suaminya itu akan berkunjung ke rumahnya untuk mendengar jawaban langsung dari mulut Aisyah.

Aisyah pun bersiap untuk turun ke ruang tamu. Di sana, Aisyah melihat ada sepasang suami istri yang tengah menunggu kedatangan nya.

"Assalamualaikum" sapa Aisyah sambil menyalami mereka.

Mereka yang ada di ruang tamu pun menjawab serentak.

Umi merangkul Aisyah agar duduk di antara Umi dan Abi. Aisyah sedikit melirik ke arah pasangan suami istri itu. Tapi di sana ia tidak melihat sosok yang akan di jodohkan dengan dirinya.

"Maaf sebelumnya nya, Nak. Kami izin memperkenalkan diri, mungkin kamu belum tau siapa kami. Saya Reno, dan ini istri saya, Farah. Kami datang kemari seperti yang kamu ketahui. Kami ingin mendengar langsung jawabanmu, Nak. Perihal lamaran kami Minggu lalu." Ujar Reno tegas.

Aisyah sedikit menganggukkan kepalanya. Ia menghela nafas sebelum mengatakan jawaban yang akan di berikannya pada mereka.

"Baiklah Om, Tante. Perihal lamaran yang om dan Tante katakan kepada Abi Minggu lalu, sudah saya pertimbangkan. Apakah saya harus menerima lamaran tersebut atau tidak" kata Aisyah.

"Disini, setelah seminggu lamanya. Dan setelah saya meminta Ridho dan petunjuk dari Allah. Dapat saya simpulkan bahwasanya, Allah telah mengetuk pintu hati saya untuk menerima lamaran putra om dan Tante terhadap saya" jawab Aisyah lugas tanpa adanya keraguan.

Farah tersenyum sumringah mendengar jawaban yang ia dapatkan itu. Farah memeluk suaminya bahagia. Akhirnya, ia mendapat menantu yang mereka idam-idamkan. 

Abi Aisyah pun tersenyum melihat putrinya menjawab tanpa ada keraguan sedikit pun. Ia mengusap kerudung syar'i yang dikenakan oleh putri sulungnya.

"Kamu yakin, Nak?" Tanya Abi memastikan.

Aisyah mengangguk yakin, membuat Abinya kembali tersenyum.

"Kalau boleh tau, putramu ke mana, No?" Tanya Abi.

"Dia sedang ada jadwal operasi. Semalam sudah kami pesankan agar mengosongkan jadwalnya hari ini. Tapi apa boleh buat, nyawa pasien juga prioritas nya, tadz" jawab Farah.

Mereka pun berbincang-bincang sampai tak terasa kalau mereka sudah sangat lama mengobrol, dan berujung pamit pulang setelah membahas perihal pernikahan yang akan mereka laksanakan.

💜

Di sebuah rumah sakit ternama dikota, seorang laki-laki yang bernama Azka itu tengah memandangi layar ponselnya sambil mengusap touchscreen yang memperlihatkan foto seorang perempuan yang berprofesi sama dengannya.

"Apakah aku harus benar-benar mengikuti kemauan orang tua ku?" gumam Azka sambil terus menatap foto itu.

Suara pintu terbuka membuat Azka terkaget dan spontan mematikan ponselnya.

"Sayang, aku lapar. Cari makan, yuk!" rengek perempuan yang baru saja memasuki ruangan.

Perempuan itu duduk di depan meja kebesaran Azka dengan raut wajah yang lelahnya. Ia membaringkan kepalanya di atas meja.

"Kamu mau makan apa, hm?" tanya Azka sambil mengelus puncak kepala perempuan itu.

"

Apa aja. Yang penting makan" katanya manja.

"Delivery aja ya. Aku lagi males keluar. Apalagi hujan gini" gadis itu pun mengangguk.

Azka menyodorkan ponsel nyo agar gadis itu memesan sendiri makanan yang dia inginkan.

"Sayang" panggil Azka. Gadis itu hanya menoleh sebentar, lalu lanjut menscroll benda pipih itu.

"Kita nikah ya" ajak Azka to the point.

Gadis yang bernama lengkap Venila Ayu Adiwijaya itu spontan melepaskan benda pipih yang ia pegang. Ia terkaget mendengar ajakan sang kekasih.

"Apa, Ka? Aku nggak salah denger?" Gadis yang sering di sapa atau di panggil dengan nama tengahnya itu tersentak kaget.

"Iya, Yu. Kita kan sudah pacaran lama. Emang kamu nggak mau kita ke jenjang yang lebih serius?"

Ayu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. "Hmm. Begini, Ka. Kita kan masih muda. Jadi, kenapa kita nggak nikmati masa-masa muda kita dulu? Masih banyak bukan hal yang harus kita kejar di depan sana? Aku saja baru selesai mengambil gelar kedokteran ku. Aku juga baru meniti karirku sebagai dokter. Kenapa sih kamu ngebet banget dari kemarin ngajak aku nikah?"

Azka menghela nafas. Sudah dari bulan lalu ia mengajak Ayu untuk ke jenjang yang lebih serius. Tapi jawabannya selalu seperti itu.

"Kita ini sudah berumur, yu. Orang tua-ku terus menanyakan kapan aku menikah. Bahkan mereka berniat untuk menjodohkan ku dengan perempuan lain. Apa kamu rela aku harus menikah dengan perempuan lain?" ujar Azka.

Ayu hanya mengendikkan bahunya tak peduli. Ayu berpikir pasti Azka akan menolak permintaan orang tuanya itu. Toh, Azka hanya mencintai dirinya seorang. Bahkan Azka rela menunggu nya selesai mendapatkan gelar kedokterannya.

Hampir 5 tahun mereka bersama, bahkan tidak pernah sedikit pun Azka berniat untuk berpaling dari Ayu.

"Azka, kamu nggak usah terlalu dengerin mereka. Toh, hidup juga hidup kita. Kita juga sudah besar bukan? Kita bisa menentukan kapan kita akan menikah, tanpa harus di paksa. Aku juga tau, kamu pasti menolaknya kan?"

"Ayu!! " bentak Azka. Ia tak habis pikir dengan apa yang Ayu ucapkan. Azka meraup mukanya kasar. Ia geram mendengar itu semua.

Azka membuka tutup botol air mineral yang ada di meja dan meneguknya hingga kandas. Ia pun beralih ke arah sofa yang ada di ruangannya itu dan memejamkan mata untuk meredakan segala emosi.

💜

Next .... 

SETULUS CINTA AISYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang