Selepas keluar dari rumah sakit tadi sore, Aisyah hanya berdiam diri di kamarnya. Ia melamun, memikirkan bagaimana dirinya ke depan.
Sebentar lagi orang tua laki-laki yang akan meminangnya akan tiba di rumah. Aisyah bertanya-tanya dalam hatinya, ia harus bagaimana untuk menghadapi semua ini.
Padahal dirinya belum siap untuk membina rumah tangga. Apalagi dengan laki-laki yang belum di kenalnya itu.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum" ucap seseorang dari balik pintu kamar. Aisyah kenal suara itu, itu pasti umi nya.Apa mereka sudah datang? Pikir Aisyah.
"Nak, mari kita turun. Mereka sudah sampai"
Aisyah tersenyum kecil menanggapi ajakan uminya. Aisyah pun bangun dari tempat tidur untuk keluar dari kamarnya.
"Assalamualaikum" sapa Aisyah kepada tamu yang tengah berbincang dengan Abi.
"Wa'alaikumussalam" jawab mereka bersamaan.
Aisyah menyalami sepasang suami istri yang duduk di seberang meja Abi.
Aisyah menundukkan kepalanya, ia masih merasa pusing. Mungkin saja karena efek obat yang baru saja ia minum tadi sebelum turun ke lantai bawah.
"Ngomong - ngomong di mana putramu itu
Reno?" Tanya Abi pada laki-laki yang mungkin saja itu adalah ayah dari laki-laki yang akan dijodohkan dengan nya."Oh anak kami sedang dalam perjalanan, Iz" jawab Reno pada Abi.
Tak lama saat mereka berbincang -bincang, terdengar suara mesin mobil yang terhenti tepat di halaman rumah.
Aisyah sedikit mendongakkan kepalanya saat mendengar suara berat dari arah pintu mengucapkan salam.
"Subhanallah" ucap Aisyah dalam hati. Ia mengucap dalam hatinya melihat salah satu ciptaan Allah yang hampir sempurna yang berdiri di depan matanya.
Aisyah langsung menundukkan pandangannya saat laki-laki itu juga menatapnya.
Setelah menyalami Abi dan umi, laki-laki itu duduk di dekat orang tuanya.
Sesekali Aisyah melirik ke arah laki-laki yang duduk di hadapannya itu.
Ia terus bersyukur dalam hati karena ia akan disandingkan dengan laki-laki yang membuat dirinya berbunga-bunga seperti sekarang.
"Bagaimana kalau acaranya kita adakan satu Minggu lagi?" Tanya Farah pada calon besannya itu.
"Jangan terlalu menggebu, Bun. Kita tanyakan dulu pada putri Faiz ini apakah dia bersedia di sandingkan dengan putra kita" kata Reno.
Aisyah memelintir ujung pasmina yang digunakannya. Hatinya sangat bersemangat untuk menerima pinangan itu. Entah kenapa dirinya seperti ingin sekali hidup bersama laki-laki yang sedari tadi menatapnya itu.
Dengan wajah yang masih menunduk malu, Aisyah menjawab pinangan itu. "Aisyah, bersedia Bi" putus Aisyah tanpa berpikir lagi. Ia merasa dirinya akan bahagia jika ia menikah dengan laki-laki itu.
Kedua orang tua laki-laki yang ada di hadapannya itu tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah, nak Aisyah mau menerima pinangan dari anak kami Azka" ucap Reno. "Dengan telah di jawabnya pinangan putra kami, mungkin kita bisa menetapkan kapan akan kita langsungkan resepsi anak kita ini, Iz"
Dibalik cadarnya, Aisyah tersenyum-senyum membayangkan nanti ia akan menikah dengan laki-laki yang dapat memikat hatinya lewat pandangan pertamanya.
Setelah selesai menetapkan kapan akan dilangsungkan pernikahan mereka, keluarga Azka pun pamit pulang karena hari telah larut malam.
~ 🌹~
Di ruangannya, Azka mengetuk-ngetuk pena yang terselip di antara jari-jarinya ke meja.
Pikirannya sekarang sedang awut-awutan. Ia memikirkan bagaimana perasaan kekasihnya nanti jika tau kalau ia telah meminang perempuan lain.
Tapi, keputusan bundanya sudah bulat. Ia tidak bisa lagi membantah, karena kesempatan yang diberikan untuknya telah habis.
Azka sudah mencoba untuk mengajak kekasihnya itu menikah, tapi ia selalu menolak. Mau bagaimana lagi, semua telah terjadi. Ia harus bisa menerima takdir jika harus menikah dengan perempuan yang tidak dicintainya.
"Halo sayang" sapa seorang perempuan yang masuk ke dalam ruangan Azka masih dengan menggunakan jas dokternya, tanda kalau dirinya baru saja menyelesaikan tugasnya untuk memeriksa pasien.
Azka tersadar dari lamunannya, dan tersenyum pada kekasihnya itu.
Yah, siapa lagi kalau bukan Veni. Dokter cantik yang dapat memikat hati dokter tampan ini.
"Sayang, kamu sudah makan?" tanya Veni sambil bergelayutan di bahu Azka sambil duduk di lengan kursi yang Azka duduki. "Kalau belum, gimana kalau kita keluar cari makan?"
Azka tersenyum singkat, ia mengikuti permintaan kekasihnya itu. Dirinya tidak ingin berdebat saat ini, karena pikiran nya sedang kusut saat ini.
Setelah menggantungkan jas kedokterannya di ruangan Azka, Veni pun menyusul Azka yang lebih dulu keluar dari ruangan.
~ Next Chapter ~
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA AISYAH
SpiritualAisyah Putri, salah satu anak pemilik pondok pesantren di daerah Jawa. Yang memiliki 3 saudara, dan Aisyah adalah anak sulung dari 3 bersaudara itu. Aisyah harus menikah jika ia ingin melanjutkan pendidikan nya ke jenjang bangku perkuliahan. kenapa...