Ego

348 50 9
                                    

"Ko diem, kamu lagi mikir apa~"
Lirih ku melihat dia yang seperti gelisah, entah sedang menyesali apa, dia selalu seperti ini bila kedapatan salah dan ingin meminta maaf,
Aku sudah sangat hafal sifat nya ini.

Aku ikut meraih kedua tangan nya yang sejak tadi saling meremas,
Menarik tangan kanan nya, dan mengengam nya.
"Aku udah maaf in kamu, kalo kamu tau"
Dia sontak menatap ke arah mataku,
Dan bola mata sendu itu sekarang sedang meneteskan air mata nya,
Dia selalu seperti ini, selalu overthinking.
Dan yang membuat ku marah adalah, dia selalu bersikap acuh, namun diam diam mencari tau, dan itu pasti setengah setengah. Dia tidak pernah mau tau sampai cerita itu selesai, dan sibuk menyimpulkan sendiri. Padahal jika dia mau sendikit saja lebih lama mendengarkan ceritaku, Semua ini tidak akan terjadi.

Lebih mempercayai apa yang ingin kamu percayai itu bagus,
Tapi terkadang itu juga yang memyebab kan kesakitan yang luar biasa. Patah hati tersakit menurutku.

Mencoba percaya, pada kenyataan yang salah.

Dan kenyataan yang salah, dan kita mempercayainya.

Terdengar sama. Tapi itu dua hal yang berbeda, dan memiliki arti yang luas.

Dan dia ini selalu menjadi gadis bodoh yang aku sendiri kadang kesal dengan sikap nya.
Tapi aku mencintainya,
Aku selalu menyambutnya kembali sejauh apapun dia pergi, aku akan selalu percaya dia akan kembali lagi padaku.

"Mau peluk..."
Ucap nya sambil menangis,
"Nanti yaa.. kalo sekarang ga enak di liat banyak orang"
"Aaaaaa mau peluk del"
Kumat, gedek aku kalo dia mulai kaya gini.
Aku diam saja, dia masih menangis dan merengek seperti bayi.

Kesal aku membuang tangan nya yang sedari tadi aku gengam.
Aku lalu beranjak berdiri, lagian waktu tak bisa lama lama menemaninya.

"Tunggu disini kalo mau nunggu. Kalo ga pulang aja nanti aku ke apart kamu"
Ucap ku lalu pergi dari hadapannya.

Aku lalu kembali ke meja bar, dan membantu indira yang sedang melayanin beberapa pelangan.

"Itu temen kakak,"
Indira membisik ke arah ku dengan tangab sibuk meracik minuman pesanan costumer,
"Emm.. sahabat dekat"

"Oalah.. pantes beda auranya"
Aku menyegit, maksud nya apa pula,
"Apa ada mistis mistis nga gitu yaa hahaha"
Ledek ku dan indira ikut tertawa jadinya.

Aku tak luput melihat kembali meja yang barusan ku tinggalkan,
Melihatnya yang juga menatap ke arah ku.

Ah dia menunggu rupa nya,

Aku kembali sibuk melayani pesanan lagi.




☘️☘️☘️☘️☘️☘️

"Kak dia dari tadi ngeliat kesini, gpp kah?? Atau dia masih ada perlu sama kakak mungkin"
Kata indira yang memang sejak tadi tatapan ashel melihat ke arah sini terus, bahkan waktu sudah berlalu beberapa puluh menit.

Aku juga tau sejak tadi ramai sekali pengunjung cafe ini.
Namun tak lupa juga aku sesekali menghampiri meja nya sekedar menawari nya makanan atau cemilan yang sekira nya bisa di nikmatinya selama menunggu ku.

Gemas bukan, dia yang seperti ini adalah ashel yang langka.
Dia akan sangat menurut bahkan lebih ke pasrah terhadap ku.

Ya aku tau karna dia punya mau terhadapku.
Coba kalo engak.
Mana mau dia.

15 menit lagi waktu jam pulang ku. Sekarang aku tinggal bersih bersih. Sambil sedikit mempersiapkan tutup cafe juga.

Pengunjung juga sudah tinggal beberapa.
Dan indira juga sudah menghampiri satu persatu pengunjung yang masih setia duduk di meja cafe, memberi info kalo 10 menit lagi cafe akan close.

TRUN BACK TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang