Mereka bermain di siang hari yang cerah. tidak adanya konflik antara bajak laut dan angkatan laut.
"Ayo kita main lagi."
Luffy langsung melompat dengan tinggi untuk menangkap bola volly. Ia langsung mengarahkan bola volly tersebut ke Zoro.
Nami melirik Luffy dengan tenang. Ia ingin Luffy seperti dulu lagi. Seketika ia langsung menggelengkan kepalanya, ia terlalu egois Luffy itu harus bahagia untuk dirinya sendiri bukan untuk ia.
"Ah, jika benar cinta itu indah makanya lebih menyakitkan memiliki kenangan tapi orang kau cintai telah tiada dan tidak pernah ada walau dia ada di depanku."
Nami langsung berdiri, ia memilih pergi ke arah dapur untuk mengambil makanan daripada ia harus mengingat kenangan itu.
Tanpa ia sadari Luffy telah melihat kelakuan aneh Nami beberapa hari ini. Sebenarnya Luffy memiliki perasaan kepada Nami tapi ia memilih diam.
"Jujur aku menyukainya tapi ada suatu hal membuatku tidak boleh mencintainya."
Wajah Luffy benar murung sambil melihat ke arah Nami pergi tadi. Semua kru mugiwara tentu saja peka akan keadaan ini.
Kau bayangkan saja menjadi nyamuk akan dua pasangan ini. Mereka saja jomblo kecuali Ushopp, itu kenapa mereka lebih suka mereka menikah daripada kisah cintanya gagal.
"Kapten, kau menyukai Nami?".
Pertanyaan Zoro berhasil membuat wajah Luffy bermerah layaknya seseorang terkena demam tinggi.
Semua kru menemukan jawabannya bahwa kapten mereka telah menyukai Nami dari dulu.
"Ternyata ia berani menyatakannya, dasar pria polos." Dalam hati Robin ingin menjahili mereka di masa depan.
Seketika Zoro memukul pundak Sanji. Sanji yang mau marah tapi berhenti saat Zoro menyebutkan nama miliknya tanpa embel koki mesum.
"Sanji kusarankan kepadamu untuk membuat kapten kita peka, ini demi kebahagiaannya jangan sampai kejadian itu di masa depan terulang kembali"
Ia mulai paham semua orang ingin Kapten mereka bahagia tanpa penyesalan di masa lalu kecuali kematian Ace.
Cukup itu menjadi trauma kaptennya tanpa menambah trauma lagi. Mereka harus membuat kapten nya bahagia.
"Kapten kejar lah Nami, bukannya kau pria atau jangan - jangan kau bukan pria sejati."
Robin dulu maju dan berhasil membuat provokasi terhadap kaptennya sendiri.
Luffy langsung mengejar Nami dengan cepat. Semuanya tidak bisa menahan tawa. Pasangan ini mungkin akan menjadi pasangan paling bahagia di dunia.
"Dasar kalian walau selain Ushopp yang memiliki pasangan kalian tetap saja bahagia mau di masa depan atau masa sekarang."
Setelah mencapai bagian dapur. Ia dapat melihat seorang wanita duduk sambil melamun. Jantungnya mulai kencang tak teratur yang membuat hatinya tidak tenang.
Ia mengambil langkah untuk duduk di sebelah Nami. Nami sadar jika Luffy berada di sebelahnya ia mengira sang kapten hanya mengambil daging untuk dimakan.
Tanpa ia sadari Luffy langsung menarik tangan Nami supaya sang wanita itu melihat ke arahnya. Ia langsung mengarahkan mulutnya di dekat telinga Nami.
"Nami."
Seketika Nami ingin berteriak walau ia menahannya. Ia ingin kebur saat ini juga ia tidak bercanda
"Nami kau kenapa selalu bertingkah aneh saat melihatku. Kau selalu menghindari diriku."
Luffy bertanya kepada Nami membuat sang wanita tidak tahu membalasnya bagaimana caranya.
"Aku pun tidak tahu Luffy."
Air matanya turun entah kenapa, ia ingin kabur saat ini juga. Ia tidak melihat sang kapten meninggal lagi dengan memegang foto miliknya.
Itu terlalu menyakitkan untuk diulang kembali. Ia tidak ingin Luffy memiliki perasaan terhadapnya cukup ia saja menyimpan rasa ini.
Luffy langsung memeluk Nami. Ia tidak tahu apa yang di derita Nami selama ini. Tapi ia tidak ingin Nami menderita untuk menyebutnya.
"Nami kau tidak perlu menyebutkan alasannya, aku tidak akan memaksamu untuk menyatakannya."
Nami pun tak kuasa menahan air matanya, Dejavu akan kejadian ini membuatnya menderita lebih dalam
"Nami kau kenapa?".
Luffy duduk di sebelah Nami yang sedang memegang peta.
"Aku sedang mencari lokasi laugh tale, bukannya semakin cepat ditemukan lebih bagus."
Sang kapten hanya tersenyum, "Tidak perlu buru - buru kita hanya perlu menikmati perjalanan terakhir kita ini. Sebelum perang besar dimulai, aku ingin menikmati masa ini denganmu. Jadi tidak perlu paksakan dirimu."
Ia hanya memperlihatkan senyuman yang selama ini tidak berubah walau badannya telah berubah banyak dari pertemuan pertama mereka.
"Kau ini yah, kenapa kau selalu saja membuat hatiku tak karuan hah."
Nami memukul Luffy dengan teropong miliknya yang tentu saja itu keras. Bagi Luffy itu hanya pukulan kecil dari sang kekasih.
"Tentu saja jika tidak bagaimana kau bisa menyukai pria sempurna seperti ku walau tidak begitu hebat dalam kepintaran."
Nami langsung memerah memang betul apa dibilang pria di depannya ini.
Nami ingin melihat dirinya yang dulu, ia tak boleh egois akan permintaannya ini.
"Lebih baik kita kembali bersama yang lain."
Luffy hanya tersenyum akhirnya wanita yang ia sukai sudah mulai tenang.
Mereka mulai menuju ke atas. Mereka melihat semua kru sedang tertawa. Nami pun duduk di dekat Robin.
Luffy hanya tersenyum melihat semua kru bahagia. Ia berdoa semoga kebahagiaan ini tidak rusak di masa depan.
Saat ingin berjalan tiba - tiba Luffy dipukul dari belakang. Ternyata itu Chopper yang ingin mengajak bermain Luffy.
"Hei Chopper, ada apa?"
Chopper menunjukkan badminton kepada Luffy. Luffy langsung paham langsung mengajak bermain para pria.
Mereka langsung saja mau kecuali Jinbe yang ber alasan bahwa ia tidak terlalu pandai bermain mainan manusia.
Robin dan Nami tinggal berdua hanya karna para pria sedang asik bermain. Seketika Robin langsung menanyakan suatu hal. "Bagaimana tadi?".
"Tidak terjadi hal yang bagus." Walau menjawab demikian wajah Nami telah bermerah dan Robin sudah mendapatkan jawabannya.
"Semoga kalian bisa menikah di masa depan kedua hahahaha."
Telinga Nami benar benar bermerah sekarang sedangkan Robin puas menjahili Nami.
Kebahagiaan mereka benar tentram sekarang tanpa ada masalah yang berat .
KAMU SEDANG MEMBACA
i see you [The End]
RomanceMengorbankan nyawanya demi sang kekasih dan teman - temannya. Luffy sang raja bajak laut meninggal sehari setelah ia mendapatkan gelar raja bajak laut. Merasa bersalah para kru mugiwara mengakhiri hidup mereka sendiri dengan senjata tajam. Mereka m...