.
.
."WOI ANJENG, LO APAIN SODARA GUE HAH?!"
Tangan itu melayang, menarik dan menjambak rambut gadis lainnya ketika berhasil menerobos kerumunan orang.
"ARRGHH!" Gadis yang dijambak itu memekik nyaring, tangannya berusaha menggapai tangan yang hinggap dikepalanya.
Sorakan dari kerumunan itu membuat suasana semakin memanas.
"Rak, jambak aja sampe botak!" Seru gadis lainnya
Tak terima dipermalukan didepan banyak orang, gadis yang dijambak itu mulai melakukan perlawanan. Dia mencoba untuk balas menjambak, alih-alih berhasil dirinya malah semakin berteriak kesakitan kala kepalanya serasa ditarik kesegala arah. Sial, musuh bebuyutannya ini memang brutal sekali.
"Tara! Tara! Tara!" Sorakan dari orang-orang meneriakkan dukungan pada salah satu gadis berseragam putih biru tersebut.
"Aduh Ra, udah stop nanti ketahuan Guru. Gue kan udah bilang gue gapapa, udah nanti lo di skorsing lagi" gadis lainnya menasehati dengan khawatir, sesekali menengok kebelakang takut jika Guru tiba-tiba datang.
"Diem Lis, nih anak kalau nggak dikasi pelajaran bakal ngelunjak terus." geramnya sambil memelototi target yang sekarang balas menatapnya benci
"Setuju. Mending lo diem aja, duduk manis sambil ngeteh juga gapapa. Serahin masalah ini sama kita, okey?" Sahut yang lainnya.
"Tapi—"
Ucapan itu terdengar ketika gadis yang dijambak itu memberontak sambil berteriak "MUNAFIK LO SEMUA!"
Gadis bername tag Yuni Azeela itu memandang ketiganya dengan penuh kebencian.
"Lo." Yuni berhenti sejenak, menggertakkan giginya "Padahal ini semua ulah lo. Lo yang selalu nyari gara-gara sama gue dan temen-temen gue, jadi kalau sodara lo yang lain kena imbasnya itu semua karena perbuatan lo sama Siesha! Kembar bangsat!"
"EMANG LO PIKIR SIAPA YANG MULAI DULUAN, HAH?" Tara balas berteriak, tangannya tak berniat untuk melepaskan jambakan itu, malah rasanya dia ingin rambut itu segera lepas dari kulit kepala Yuni sekarang juga.
"Lo bertiga bikin gue mau muntah tau gak, dasar kembar pick me. Apalagi sodara lo tuh, sok alim padahal aslinya lon—"
"Shut the fuck up, bitch!" Muak dengan ucapan Yuni, Sie segera menyumpal mulut cewek itu dengan sepatunya, ya sepatu yang masih melekat di kakinya.
"SIE!" Alicia memegang kepalanya, pening. Kenapa saudara-saudaranya tidak mau berhenti? Mereka akan dihukum kalau sampai guru melihat ini.
Alicia jadi ingat awal mula mengapa Tara dan Sie bisa jadi semarah ini. Kejadiannya sabtu kemarin saat Alicia hendak pulang dari sekolah, dia memang pulang agak telat karena mengikuti rapat Osis.
Sebelumnya Tara dan Sie berniat untuk menunggunya, tapi Alicia tidak tega kalau keduanya menunggu terlalu lama, jadi Alicia berusaha meyakinkan mereka bahwa dirinya bisa pulang sendiri.
Tanpa diduga saat berjalan dikoridor, Alicia bertemu Yuni dan teman-temannya sedang nongkrong didepan kelas. Anehnya Alicia merasa bahwa mereka memang sengaja menunggunya. Buktinya, begitu Alicia melewati mereka, Yuni dan teman-temannya langsung menghadang jalan Alicia dan menariknya paksa menuju toilet sekolah yang sudah rusak.
Benar, Yuni dan teman-temannya merundung Alicia dan menguncinya didalam toilet itu lalu pulang. Berkali-kali Alicia menggedor-gedor pintu toilet tapi tak ada satupun orang yang datang. Dengan keadaan basah, Alicia cuma bisa menangis. Menelpon Tara dan Sie pun tidak bisa karena ponselnya mati.