.
.
."Mana sih tuh anak?" Siesha celingak-celinguk, langit masih sedikit gelap. Dia berjalan melewati setapak hingga akhirnya berhenti saat melihat orang yang dia cari tengah duduk dibangku tepat dibawah lampu jalan.
Segera Siesha mempercepat langkahnya meskipun terseret-seret karena sendalnya yang putus.
"Heh, bukannya nungguin gue." Siesha mendengus, mendudukan dirinya disamping Tara yang masih melamun.
Karna tak ada jawaban, Siesha menoleh dan terkejut melihat Tara menangis dalam diam dan tanpa ekspresi. Sungguh aneh melihat airmatanya terus mengalir disaat wajah justru tampak datar.
"L-Lo gapapa, Ra?" Tanya Siesha memegang bahu Tara khawatir
"Kok Dad kaya gitu ya Sie sama gue, kok Dad sekarang benci banget sama gue? Apa karena gue bego? Gue urakan? Ga alim kayak Alis?" Racau Tara tanpa henti
"Ra..." Lirih Siesha sedih
"Gue gamau ke asrama Sie, gue mau disini sama kalian." Tara menghadap Siesha lalu menunduk menyembunyikan tangisannya.
"Ra, gue udah coba bujuk Dad semalem tapi keputusan Dad udah bulat banget. Maafin gue karena gabisa ngeyakinin Dad kali ini, gue juga ngga pengen lo pergi." Ucap Siesha menahan airmatanya, dia terus mengusap bahu Tara
Tara mengerti, Tara malah sangat berterima kasih pada Siesha karena dari dulu sampai sekarang, cuma Siesha lah yang banyak berkorban untuknya. Padahal gadis itu bisa saja seperti Alicia, tapi karena selalu mengikuti Tara jadinya Siesha malah jadi kena banyak masalah juga.
Siesha itu perpaduan antara Tara dan Alicia, dia bisa barbar bisa juga menjadi cewek yang kalem. Itulah gunanya anak tengah.
"Nanti gue coba ngomong lagi ke Dad, siapa tau dia masih mau dengerin permohonan gue. Sekalian gue ajak Alis biar bisa lebih ngeyakinin Dad." Ucap Siesha menenangkan
Mendengar nama Alicia, Tara cuma diam. Dia bahkan tidak yakin Alicia mau membantunya, entah kenapa Tara merasa dari dulu sampai sekarang Alicia seperti berusaha menyingkirkannya.
"Yok pulang."
***
Tapi sepertinya kabar baik tidak berpihak pada Tara. Siang itu Jordan kembali dengan beberapa berkas ditangannya. Setelah mengucapkan salam, Jordan langsung saja menghampiri Tara yang tengah duduk menonton tv bersama Siesha.
Melihat kedatangan Jordan, Tara langsung duduk tegak sedangkan Siesha sudah memasang wajah tegang.
"Kemasi barang-barang kamu, Dad akan antar ke asrama sekarang." Ucap Jordan dingin
Tara dan Siesha mematung, mereka perlahan saling pandang dan Tara yang pertama memutuskan tatapan itu dengan menundukkan kepalanya. Padahal seharian ini dia diam saja, tidak mengusik Vina dan anak-anaknya tapi kenapa keputusan Jordan tidak berubah juga? Apa Jordan memang ingin Tara pergi dari rumah ini?
"Dad, tolong—" baru saja Siesha hendak memohon, Jordan mengangkat tangannya dan Siesha langsung terdiam
"Dad nggak akan merubah keputusan Dad, Siesha. Tara akan tetap pergi ke asrama, suka atau tidak suka." Ucapnya tegas
Bahu Siesha merosot lemas, memandang Jordan dengan tatapan kecewa. Dia menoleh ketika Tara menepuk bahunya.
"Kayaknya gue udah gapapa, Sie." Bisik Tara begitu lirih "Gue terima, gue mau pergi."
Ya, buat apa menetap di tempat dimana dirinya tidak di inginkan, lebih baik Tara pergi dan mencoba kehidupannya yang baru.
"Gue siap-siap dulu." Ucap Tara pada Siesha lalu beranjak dari sofa, melewati Jordan tanpa menatapnya.