- 006 -

7 0 0
                                    

.
.
.

"Cabutin yang bener, itu masih ada tuh." Tegur Gara pada Siesha yang daritadi tampak ogah-ogahan mencabut rumput.

Siesha mendengus, melirik Gara dengan sinis lalu melakukan apa yang disuruhkan dengan benar walau wajahnya semakin tertekuk sedemikian rupa.

"Mukanya biasa aja kali" sindir Gara

"Aduh bacot deh lo, tugas lo tuh cuma ngawasin gue sama si cewek bangke itu, bukan buat ngomentarin muka gue!" Balas Siesha sengit

Mendengar sebutan itu, Anisa menggeram kesal tapi tidak melakukan apa-apa, takut nanti hukumannya akan bertambah. Sementara Gara hanya mengelus dadanya, istighfar.

"Mulut lo pedes juga ya, kasian banget yang jadi suami lo nanti." Ucap Gara geleng-geleng kepala

Sontak Siesha mendelik jijik "Suami suami, geli banget. Gue masih sekolah ya, jangan sebut suami suami depan gue."

"Ya maksudnya kan nanti kalau lo udah dewasa pasti bakal nikah kan? Nggak mungkin lo nggak nikah."

"Tapi kenapa perumpaannya nggak pacar aja sih?" Siesha mendengus sebal

"Lah, dalam islam kan nggak boleh pacaran, dosa." Balas Gara heran

Siesha menggaruk kepalanya frustasi "Duh iya deh iya, berisik lo. Udah sono jangan gangguin gue, muak gue liat tampang lo."

"Nggak sopan. Nih gua kasi tau, jodoh tuh udah diatur sama Allah, siapa tau nanti jodoh lu malah gua. Hati-hati aja sih, sama gua bakal dicambuk kalo kurang ajar sama suami." Goda Gara berlari saat Siesha sudah mengambil ancang-ancang ingin melemparnya dengan tanah.

Siesha segera menggosok kedua telinganya, merinding "GELIIIIII!"

Gara tertawa terbahak-bahak sementara Anisa hanya memutar bola matanya malas, berusaha mengabaikan mereka.

***

BRAAK!

Pintu kamar yang dibuka dengan tidak santainya itu membuat Melva dan Selin yang sedang duduk dimeja belajar menoleh kaget.

"Kenapa lo?" Tanya Selin bingung melihat Siesha masuk dengan menghentak-hentakkan kakinya dilantai, muka tertekuk dalam.

"Gue sebel banget, banget, bangetttt! Mimpi apasih gue bisa ketemu sama tuh orang." Jerit Siesha mengacak-ngacak rambutnya tampak frustasi.

"Hah?" Selin dan Melva saling pandang, tidak mengerti.

"Itu si ketua pengurus sialan yang sok kegantengan, masa dia nyeramahin gue soal nggak boleh pacaran inilah itulah."

"Loh tapi benerkan?" Sahut Melva bingung

"Ya bener sih bener, tapi apa-apaan coba dia bawa-bawa suami suami segala, terus dia bilang kalau gue sampe berjodoh sama dia, dia bakal cambuk gue kalau gue kurang ajar. HIHHHH GELI BANGET!" Teriak Siesha mengusap kedua lengannya merinding.

Mendengar itu sontak Melva dan Selin saling pandang lalu menahan senyum. Melva berdehem pura-pura prihatin

"Wah parah sih dia," ucap Melva sebelum melanjutkan dengan nada jahil "Tapi kata Gara ada benernya, jodoh kan emang ngga ada yang tau."

Siesha memandang Melva tak percaya, sementara yang dipandang sudah tertawa terbahak-bahak.

BRAKKKK!

Tawa Melva langsung berhenti digantikan dengan raut wajah terkejut ketika pintu kembali di buka dengan kekuatan penuh. Selin dalam hati menghela nafas, bisa-bisa pintu kamar mereka copot dalam waktu 1 hari jika dua anak kembar ini masuk dengan cara seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang