.
.
."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."
"sah?"
"Sah."
"Alhamdulillah hirobbil alamin."
***
"UHUK! ANJENG!" Tara tersedak sempol yang baru saja masuk ke mulutnya.
Siesha tertawa keras sementara Alicia hanya menggeleng-geleng kecil melihat saudaranya itu.
"Makanya makan pelan-pelan." Tegur Alicia halus
"Ini udah pelan, nggak tau tiba-tiba keselek. Pasti ada yang lagi ngomongin gue deh, awas aja kalau ketauan siapa yang ngomongin gue." Ucap Tara melempar tusuk sempolnya ke tempat sampah dengan kesal.
"Udah deh jangan buat ulah." Kata Siesha kemudian terkikik jahil "Yah, paling yang gibahin lo anak kelas sebelah lagi, si Mega."
Alicia segera menyenggol lengan Siesha agar tidak mengompori Tara, tau sendiri anak itu sumbunya pendek.
"Wah berani juga tuh anak, harus di samperin sih."
Alicia menepuk jidatnya dengan buku yang dia bawa sedari tadi. Dia segera menginterupsi "Udah udah, jangan berantem-berantem lagi. Inget bentar lagi penaikan kelas, kalian harusnya itu banyak belajar bukannya banyak main, kalau tinggal kelas nanti dimarahin Dad lagi loh."
Tara mencebikkan bibirnya sementara Siesha hanya cengengesan.
"Bentar lagi sweet seventeen anjir, ga sabar. Kira-kira Dad beneran bakal beliin kita mobil baru nggak ya, Sie?" Tanya Tara mesem-mesem sendiri
"Haruslah, Dad dah janji." Kata Siesha semangat lalu berpaling pada Alicia "Lo serius gamau minta mobil juga?"
Alicia menggeleng "Permintaan gue nggak berubah. Gue tetep pengen Dad bangun rumah pengajian buat anak-anak."
Tara dan Siesha saling pandang lalu tersenyum lebar "Masya Allah. Calon ustadzah kita nih."
"Aamiin." Balas Alicia tersenyum kecil
Setelah sibuk menggoda Alicia, ekor mata Tara tak sengaja menangkap dua orang yang hendak melewati mereka. Tara mempercepat jalannya dan
BRUK!
Salah satunya tersungkur dilantai setelah Tara dengan sengaja menyambar bahu orang itu dengan keras.
Melihat hal itu sontak Siesha dan Alicia berhenti tertawa, mereka berbalik untuk melihat siapa yang jatuh. Orang pertama yang merespon adalah Alicia
"Astaghfirullahaladzim, Rana." Alicia buru-buru membantu siswi bernama Rana itu berdiri, dibantu juga oleh Kia orang yang jalan bersama Rana. Mereka adalah adik kakak.
Tara melipat kedua tangannya didepan dada, sementara Siesha hanya menghela nafas. Ingin membantu tapi dia juga tidak suka dengan kedua kakak adik itu.
"Kak Tara, kok kakak kayak gitu sih." Akhirnya Kia membuka suara memandang Tara dengan sedikit takut.
Muak.
Benar, sepertinya bukan hanya Tara yang menyimpan kebencian, tapi juga Siesha. Tidak, tidak setelah kedua anak itu dan ibunya menerobos masuk kedalam keluarga mereka.
"Apa? Makanya jalan pake mata. Mata lo tuh dipake buat apasih? Buat ngelirik cowok-cowok doang ya?" Tara mengibaskan satu kakinya didepan wajah Rana yang masih terduduk dilantai kemudian tersenyum sinis, "Wajar sih, emaknya aja murahan."
"TARA!" Akhirnya Alicia tidak tahan lagi, dia menatap Tara dengan sengit "Tarik ucapan lo lagi dan minta maaf sekarang."
"Lis, lo nggak harus belain mereka." Ucap Siesha jelas menampakkan raut wajah tidak suka "Lo udah lupa siapa mer—"