[ONGOING] Pertemuan Na Jaemin dengan seorang wanita yang mengaku sebagai peri membuat kehidupan kampusnya berubah. Bahkan sang peri tidak bisa pulang tanpa sayapnya yang saat itu tak mau muncul dan ia menyalahkan Jaemin untuk semuanya.
Jaemin menyim...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Mengubah segalanya.'
.
.
.
Mentari belum terlalu tinggi ketika Jaemin keluar dari rumahnya dengan menggunakan pakaian jogging. Pagi ini dia akan lari di sepanjang jalan Sungai Han bersama Jeno dan Nakyung, sudah menjadi kebiasaan mereka untuk berolahraga di hari minggu. Jaemin sudah hampir dekat dengan pintu gerbang, sebelum akhirnya merasa ada yang menahan langkahnya. Kedua kakinya tidak bisa digerakan.
Derit pintu terbuka, kembali terdengar. Jaemin tahu betul siapa yang telah membukanya, sehingga lebih memilih untuk melihat apa yang menghambat langkahnya. Namun, seketika itu juga ia terjatuh menelungkup. Sebuah akar telah melilit di kedua pergelangan kakinya, menariknya menjauh dari gerbang rumah.
"Jeon Heejin!" seru Jaemin seraya meraih apa saja yang bisa menahannya. "Kau pikir dengan melakukan ini, aku akan mengizinkanmu ikut, tidak ... kau tetap di rumah," ia mencoba melepaskan akar dari kakinya, berharap tubuhnya tak menggores benda keras seperti batu. "Hentikan... aku bisa terluka!"
Tubuh Jaemin terseret sejauh tiga meter dan berhenti tepat di bawah ayunan. Heejin menghampirinya, berdiri sambil bersedekap tangan. Beberapa menit lalu mereka baru saja bertengkar, Heejin bersikeras ingin ikut jogging. Tapi Jaemin menyuruhnya untuk diam saja di rumah, mengingatkan pembicaraannya dengan Nakyung semalam. Mereka memutuskan untuk tidak berhubungan lagi, yang sebenarnya tidak disetujui oleh Heejin.
Satu hal lagi yang ia ketahui tentang sayapnya yang menghilang, adalah karena perkataannya waktu pertama kali melihat Jaemin. "Areumdaun (Indah)". Jika diingat lagi kejadian di atas pohon itu memang penyebab awal menurunnya kekuatan peri yang Heejin miliki, dia kesal karena seorang lelaki tengah mencabuti daun sehingga ia berpikir akan memarahinya.
Satu detik, dua detik, dan tiga detik setelah melihat siapa orang itu... ia masih terdiam dan tanpa sadar memandanginya. Kedua sayap berhenti mengepak, satu kata tabu yang tak boleh diucapkan selain pada bunga pun terucap.
Saat itu akar yang melilit kedua pergelangan kaki Jaemin mengendur, lalu menghilang di antara semak belukar. Jaemin pun bangkit dari telungkupnya, namun kepalanya membentur ayunan yang tepat berada di atasnya, ia berdesis sembari melayangkan tatapan tajam pada Heejin.
Entah kenapa Heejin tersenyum ringan, hampir saja ungkapan bermakna pujian itu terlontar lagi dari bibirnya. Tidak habis pikir kenapa setiap melihat Jaemin, dia mampu mengatakan kata areumdaun yang selalu ditujukannya untuk sang bunga. Apa menurutnya Jaemin sama indahnya seperti bunga.
"AAKH MOLLA!" jerit Heejin.
"Mengagetkan saja, kenapa berteriak seperti itu," balas Jaemin sembari membersihkan bajunya, ia menambahkan, "Sepertinya aku harus berganti pakaian."
"Aku akan menunggumu," tukas Heejin.
"Karena aku diancam, terpaksa aku mengizinkanmu ikut." Jaemin mengucapkannya sambil berlalu menuju gerbang, berpikir untuk segera pergi saja dan mengabaikan kaosnya yang sedikit kotor itu.
Heejin tersenyum menang mengikutinya, lalu menghela napas sambil teringat pertemuannya dengan Nakyung. Ia diberitahu bahwa peri tumbuhan hanya diciptakan untuk mengagumi bunga-bunga, maka tak seharusnya mereka melupakan tujuan utama keberadaan mereka di dunia manusia. Jika sudah seperti itu kekuatan yang mereka miliki perlahan akan lenyap dan yang terparah adalah kehilangan jati diri seorang peri.
***
"Jadi kau?" tanya Heejin terkejut bukan main.
Nakyungmengangguk pelan, "Aku kehilangan jati diriku sebagai peri." ia tak terlihat menyesalinya, "Sekarang aku tidak memiliki kekuatan apa pun, karena itu aku tidak bisa kembali ke dunia peri."
"Dan orang yang membuatmu mengucapkan kata tabu itu... Lee Jeno?"
"Awalnya aku menyesali ucapanku, tapi anehnya dia menghampiriku dan menanyakan siapa namaku ... ketika mengetahui dia penyebab sayapku menghilang, aku sangat kesal dan berharap tak diganggu lagi olehnya." Nakyung menjeda ucapannya sebentar, lalu ia melanjutkan, "Setelah itu aku merasa kehilangannya, aku mulai menyukainya ... peringatan dari peri Kim Minju–pun aku abaikan."
"Peri Kim Minju, siapa dia?"
"Aku beruntung bisa bertemu dengannya, dia menawariku tempat tinggal dan memberitahukan semua yang dia ketahui tentang peri yang terjebak di dunia manusia." Raut wajah Nakyung berubah sedih, "Dia juga sama seperti kita, kehilangan sayapnya dan terpaksa tinggal di dunia manusia bersama lelaki yang sangat dicintainya."
"Mereka menikah?" di sini Heejin–lah yang selalu melontarkan pertanyaan, lalu Nakyung menggeleng sambil berkata 'tidak'.
"Dia masih bersama dengannya?"
Lagi-lagi Nakyung menggeleng lemah, "Tidak...." katanya lagi tak langsung melanjutkan perkataannya, semakin membuat Heejin takut akan apa yang kemungkinan didengarnya nanti. "Lelaki yang dicintainya meninggalkannya setelah mengetahui bahwa dia adalah seorang peri... Kim Minju," kata Nakyung membiarkan air matanya mengalir,
"Menghilang, dia menghilang seperti daun kering dan hancur tepat di hadapanku...." Nakyung semakin menangis tersedu-sedu, ia juga bilang sangat mencintai Jeno dan tidak ingin pria itu mengetahui jati dirinya, dia takut akan ditinggalkan dan menghilang seperti Minju.
Meminta agar Heejin bersikap seolah tak pernah mengenalnya, maka mereka akan mencaritahu cara untuk tetap hidup baik itu di dunia peri ataupun di dunia manusia. Jika kunci kehidupan Nakyung adalah Jeno, maka kunci kehidupan Heejin adalah Jaemin. Itulah kesimpulan yang Nakyung katakan, kali ini dia bertindak seperti Minju, memberi saran dan membuatkan pilihan untuk peri lain yang terjebak di dunia manusia.
"Apa yang akan kau pilih, menjauhinya atau membuatnya mencintaimu?"
***
Tanpa sadar Heejin terus saja memperhatikan Jaemin yang berjalan di sampingnya, hingga tersandung ketika melewati undakan berbatu. Dengan sigap Jaemin menahannya, sekarang posisi mereka yang cukup dekat membuat keduanya canggung. Seakan waktu berhenti untuk beberapa detik, keramaian di sekitar pun terdengar samar. Heejin tahu tak seharusnya ia memiliki perasaan pada lelaki di hadapannya, tapi sekarang jantungnya berdetak kencang tak bisa diajak kompromi.
Bisakah aku membuatnya mencintaiku. Heejin membatin selagi Jaemin melepas pegangan di pinggangnya, seperti dirinya jantung lelaki itu pun sama berdetak kencang hingga menimbulkan rasa yang tak biasa.
"Perhatikan jalannya!" gertak Jaemin demi menghilangkan kegugupan yang tengah melanda, ia bergegas menghampiri kedua sahabatnya yang telah menunggu dengan wajah masam.
Jeno bersorak riang setelah melihat kejadian yang baru saja terjadi di depannya, jarang-jarang ia bisa melihat Jaemin segugup itu ketika dekat dengan wanita. Berbeda dengan Nakyung yang mendesah, ia menebak pilihan akhir Heejin adalah mencoba untuk membuat Jaemin mencintainya.
"Arraseo (Aku mengerti), kenapa kau harus berteriak seperti itu!" seru Heejin urung mengucapkan terima kasih. Justru dengan cepat Heejin melontarkan permintaan maaf. "Mianhae, tadi pagi aku keterlaluan padamu."
Jaemin mendengkus, mendekatkan wajahnya pada Heejin, kemudian berbisik, "Jangan pernah menggunakan kekuatanmu lagi untuk mengancamku, aku benci orang seperti itu."
"Aku janji tidak akan seperti itu lagi," balas Heejin cepat.
"Tumben kau patuh sekali hari ini." Jaemin memiringkan kepalanya heran, "Baiklah aku pegang janjimu," ia mengusak poni Heejin, meninggalkan kesan manis yang mampu membuat wanita itu terkesima.
***
THANKS FOR READING
Akhirnya update lagi setelah ada reader yg menagih, hehe