DREAM SPACE
(Jaemin & Heejin Stuck in a Fantasy Vol.2)
Jaemin dan Heejin kembali ke ruangan CEO, tapi kali ini mereka bersama Jeno, tersangka keributan, yang terjadi di ruang latihan hingga mengakibatkan properti perusahaan rusak. Choi Siwon tak habis pikir dengan mantan trainee di agensinya itu, masuk diam-diam hanya untuk melakukan perbuatan hina seperti itu.
"CEO Choi aku tidak bermaksud merusak apa pun, jadi jangan katakan pada media tentang apa yang baru saja aku lakukan ... aku akan mengganti rugi untuk itu, aku mohon," pinta Jeno pada mantan bos-nya itu.
"Mentang-mentang sekarang kau sudah terkenal, baiklah kau memang harus membayar ganti rugi dan katakan padaku kenapa kau memecahkan kacanya?"
"Iya, Jeno, apa kau melihat Nakyung?" tanya Heejin penasaran, diberi anggukan antusias Jaemin.
"Aku berbicara dengannya, dia bilang untuk menghancurkan pintu masuk ke Dream Space tapi ada kemungkinan itu tidak berhasil," Jeno mendesah keras.
"Lalu kenapa kau memecahkan kacanya jika tidak yakin akan berhasil!" ucap Jaemin tak terima, kontan merasa takut jika seandainya hal itu justru membahayakan adiknya.
"Dia yang memintaku untuk segera melakukannya, karena ada suara langkah kaki yang ia ketahui milik...?"
"CEO Park!" serempak Jaemin dan Heejin.
"Dia bilang Dream Space masih bagian dari Dream Entertainment," kata Heejin ditujukan pada Siwon, dia menjelaskan lebih detail dan lelaki yang lebih tua darinya itu tetap tak mengerti, siapa yang percaya ada tempat seperti itu yang mengatasnamakan perusahaannya.
"Kalian membuatku pusing saja, sudahlah hentikan omong kosongnya dan Jeno ... kau harus segera mengirim uangnya," tukas Siwon beralih pada Jaemin dan Heejin yang masih sibuk dengan pikiran masing-masing. "Apa kalian berdua tidak akan pergi berlatih!" serunya.
***
Nyonya Na sedang menonton drama kesukaannya ketika seorang wanita remaja memasuki rumah tanpa permisi, dan tepat menghentikan langkahnya di depan televisi menutupi semua layar dari pandangannya.
"Nakyung-ah, cepat minggir, jangan menghalangi layarnya!" seru Nyonya Na menjulurkan kepalanya mencari celah agar dapat melihat sang pemeran utama yang tengah menangis. "Dia baru saja mengetahui bahwa mereka adalah orang tua kandungnya, cepat minggir!" ulangnya tak sabar.
Bukannya menuruti perkataan sang ibu, Nakyung malah berhambur memeluknya sembari berkata, "Eomma, bogoshipo...," ujarnya hampir menangis mengingat dirinya yang setengah jam lalu berhasil menembus kaca, bergegas keluar dari ruang berlatih cheerleader di sekolahnya.
Dua minggu berlalu saat dia mengunjungi tempat yang sering didatanginya setelah temannya Soojin terpilih menjadi ketua tim cheerleader. Memikirkan kenapa bisa kaca itu menarik dirinya ke dalam, dan seseorang yang mirip dengannya menggantikan perannya.
"Wae irae (Kau kenapa)?" Heran Nyonya Na dengan perlakuan putrinya yang mendadak itu. "Apa terjadi sesuatu di sekolah?" ia menambahkan dengan cemas.
Tak lama suara langkah yang terburu terdengar memasuki ruangan tersebut, "Nakyung!" panggilnya dengan suara meringis.
Jaemin melihat wanita yang dicarinya ada bersama sang ibu, ia bergegas menghampirinya. "Nakyung–ah...." katanya lagi dengan lembut.
"Oppa...." balas Nakyung beralih memeluk sang kakak. "Aku Nakyung, adikmu." tambahnya terisak sedang Nyonya Na menautkan alis bingung melihat drama yang dibuat kedua anaknya itu.
"Aku tahu, syukurlah kau baik-baik saja."
***
Semua sudah berakhir, mereka berpikir Dream Space hanya mimpi yang telah berlalu. Kontrak telah dibatalkan dan mereka kembali ke dunia nyata, di mana impian itu masih terasa jauh. Jika saja di evaluasi debut bulan ini mereka lolos, maka satu langkah maju untuk meraih impian sebagai idol.
"Hukum memang rumit," kata Jaemin membereskan buku-buku tebal yang hanya dijadikannya sebagai bantal. "Ayo, kita pergi berlatih saja!"
Heejin masih berkutat dengan pelajaran yang satu menit lalu baru selesai, bahkan mahasiswa lain sudah berhambur keluar kelas.
"Heejin–ah, kita harus tetap giat, sebentar lagi akan diadakan evaluasi bulanan. Siapa tahu kali ini kita berhasil ... jadi segera bereskan barangmu." Jaemin sudah siap dengan tas-nya, berdiri menatap Heejin yang masih tak bergeming.
"Ada yang hilang dariku," ucap Heejin mendongakkan kepala, "Jaemin-ah, aku rasa aku tidak bisa melanjutkannya...."
"Apa yang tidak bisa kau lanjutkan?"
"Aku akan berhenti menjadi idol, lagi pula impian itu ada karena kau."
Seketika itu juga Jaemin tahu bahwa semangat Heejin dalam mengejar impiannya telah sirna, ia akui sebagai orang yang mengajak wanita itu untuk menjadi seorang trainee tidak begitu memperdulikan keinginannya dan menyuruhnya untuk terus berlatih. Yang terpikir saat itu adalah bagaimana caranya agar Heejin bisa lebih dekat dengan Jeno.
"Benar kau akan berhenti?" tanya Jaemin sembari terus menyamakan langkahnya dengan Heejin.
"Mungkin impianku berbeda denganmu, jadi aku akan pikirkan dulu sebelum melangkah terlalu jauh," kata Heejin masuk ke ruangan luas yang berisi banyak buku di dalamnya, dipenuhi mahasiswa tekun yang tengah belajar.
"Tapi kau suka bernyanyi dan menari, kau terlihat sangat senang ketika melakukannya," kata Jaemin mencoba mengecilkan suara, ia meneruskan sambil menarik Heejin. "Ayo, kita pergi berlatih, hmm...," bujuknya tak mendapat respon positif.
Heejin melepaskan tangan Jaemin. "Kau pergilah sendiri, aku akan membaca beberapa buku di sini. Berlatihlah lebih keras lagi dan aku yakin kau akan lulus dalam evaluasi kali ini," kata Heejin dengan lembut.
Jaemin tidak bisa berkata apa-apa lagi, mungkin lebih baik dia membiarkannya sendiri. "Setelah selesai aku akan menjemputmu," katanya memberi semangat dengan memegang bahu Heejin yang lalu mencium kening.
"Berhentilah berpikir terlalu keras, aku pergi." Jaemin terburu keluar dari perpustakaan.
"Na Jaemin, kalau begini aku jadi memikirkanmu," gumam Heejin tersenyum kecil.
***
Memang ini bukan pertama kalinya Heejin berkata akan pilihannya menjadi idol, tapi yang ini terasa begitu berbeda. Dia begitu serius, jelas membicarakannya tanpa minat dan membuat Jaemin tak bisa konsentrasi dengan latihannya. Sorot mata gadis itu terus terbayang, kosong, tak ada gairah. Itulah yang dirasakannya...
"Dream space," gumam Jaemin mendekati kaca yang sudah diperbaiki. "Kontrak Heejin masih berlaku, sesuatu yang berharga yang dapat diambil darinya, apa itu?"
Seperti kontraknya yang telah diselesaikan dengan kembalinya Nakyung, ia juga ingin menyelamatkan Heejin dari persyaratan tersebut. Tapi Jaemin tidak tahu apa yang harus diselamatkan, ia pun bergegas keluar dari ruang latihan.
Setibanya di tempat yang dituju, ia kebingungan dengan suasana di depan gerbang sekolah adiknya. Kenapa banyak gadis remaja yang melihat ke arahnya bahkan sampai mengambil foto, berbicara ke teman di sebelahnya bahwa lelaki itu lebih tampan dilihat langsung.
"Oppa!"
Nakyung datang dengan beberapa temannya, ia begitu bahagia terlihat dari cara tersenyum dan gerak-gerik yang tak biasa. Sampai-sampai mengamit lengan Jaemin, memperkenalkan bahwa lelaki di sebelahnya ini adalah kakaknya. Menawarkan apa temannya itu ingin minta tanda tangan sebelum sang kakak terkenal dan sulit ditemui. Tak bisa menolak, Jaemin hanya bisa menuruti perintah Nakyung dan memberikan tanda tangan yang sudah dipersiapkannya untuk fans nanti.
"Apa yang terjadi, kenapa mereka ingin tanda tangan dan berfoto denganku?" kata Jaemin setelah teman-teman Nakyung pergi.
***
THANKS FOR READING
Sampai sini aku ingin tau pendapat kalian tentang Dream Space? Karena bentar lagi mau tamat, nih...

KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemin & Heejin Stuck in a Fantasy
Fanfiction[ONGOING] Pertemuan Na Jaemin dengan seorang wanita yang mengaku sebagai peri membuat kehidupan kampusnya berubah. Bahkan sang peri tidak bisa pulang tanpa sayapnya yang saat itu tak mau muncul dan ia menyalahkan Jaemin untuk semuanya. Jaemin menyim...