Blue for Joohyun

782 116 6
                                    

Dear Diary,

Kurasa adikku tidak normal. Dia tidak seperti anak-anak lainnya.

Yerim sekarang sudah menginjak umur 10 tahun, tetapi tingkahnya terkadang masih seperti anak berumur 4 tahun. Dia sering mengajakku bermain peran. Dia menyuruhku berperan menjadi model, dokter, atau bahkan yang paling aneh, menjadi beruang. 

Waktu itu mama baru saja pulang dari China, dia membawa dua buah botol besar berisi madu sebagai oleh-oleh. Yerim membawa botol-botol tersebut ke dalam kamarku, mengajakku bermain peran menjadi beruang dan meminum madu bersama. Saat itu akhirnya aku pura-pura tertidur agar tak diganggu olehnya. Namun setelah aku bangun, botol-botol itu sudah kosong.

Yerim bilang bukan dia yang meminumnya, tapi kakak.

Bukan, tentu saja bukan aku. Tapi kakak yang lain. Kak Seulgi, katanya.

Sama seperti hari berikutnya saat ia menaruh semua make up milik mama di atas meja belajarku. Aku mengomelinya habis-habisan, tapi ia selalu mengelak. 

Lagi-lagi dia bilang itu bukan dirinya, tetapi kakak. Kali ini bukan Kak Seulgi, tapi ia menyebut Kak Joy.

Aneh.

Di rumah ini hanya ada kami berdua beserta seorang asisten rumah tangga. Mama dan Papa jarang pulang ke rumah, mereka lebih menyayangi pekerjaannya daripada kami berdua. Jadi mustahil bila ada yang menaruh make up tersebut selain aku dan Yerim. Asisten rumah tangga kami tak berani masuk ke kamar. Selain itu, kami hanya dua bersa-

"Kak, Yerim mau pinjam spidol" ucapan Yerim membuat Joohyun tersentak. Sang kakak buru-buru menutup buku diary miliknya.

"Buat apa?" tanya Joohyun memutar kursi, menghadap Yerim yang telah berdiri tegak dengan buku gambar pada dekapannya.

"Mau mewarnai ini" tunjuk Yerim pada halaman buku gambar yang telah berisi gambar buah lemon yang dipotong.

"Gambaranmu bagus. Mau warna apa?" tanya Joohyun kembali, kini ia bergerak memutar kursi kembali menghadap meja belajar

Yerim bergerak ke samping meja belajar, menatap ke arah tempat pensil milik Joohyun.

"Warna kuning dan... biru" ucap Yerim.

Joohyun mengangkat satu alisnya, "Biru untuk apa? Backgroundnya? Kalau dipakai untuk background nanti spidolku bakal cepat habis!"

Yerim menggeleng.

"Tentu saja untuk lemonnya, kak!"

Joohyun mengerutkan dahi, "Mana ada lemon berwarna biru!?"

"Ada, kakak tidak tau ya?" tanya Yerim dengan nada mengejek.

"Blue lemonade maksudmu? Itu nama minuman! Bukan berarti ada lemon yang berwarna biru, bodoh!" seru Joohyun

Yerim mendengus, "Kak Wendy bilang ada kok!"

Joohyun menatap Yerim jengah, lagi-lagi kakak yang lain.

"Wendy siapa, sih!? Kakakmu itu sebenarnya ada berapa!?" tanya Joohyun dengan nada tinggi.

"Ada empat. Kakak saja yang tidak tahu" cibir Yerim.

Joohyun menghela napas panjang, mati-matian menahan emosinya agar tak keluar.

"Kalau begitu kenalkan aku pada kakakmu yang lain" ucap Joohyun, ia menatap Yerim penuh harap.

"Mereka tidak mau." jawab Yerim singkat.

"Kenapa?"

"Tidak tahu. Mungkin kakak akan marah jika bertemu dengan mereka. Sudah lupakan saja, kak. Yerim mau pinjam warna birunya juga" Yerim mulai mengalihkan topik.

DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang