4. Rahasia

17 0 0
                                    

Olivia memberikan isyarat pada Bella untuk sedikit mengecilkan volume speaker. Saat ini kelima perempuan itu sedang berada di kamar Olivia, pulang sekolah Natly yang mengusulkan mereka untuk memakai masker wajah di rumah Olivia.

Awalnya Olivia malas, tapi ketika Natly bilang hal itu dilakukan dalam rangka merayakan kebebasannya dari rencana perjodohan, jadilah Olivia setuju. Olivia merasa perjodohan itu sudah di hentikan, arena Mamanya tidak lagi membahas tentang hari itu.

Bahkan sedikit menyinggung terkait lelaki yang mau di jodohkan padanya pun tidak.

Kembali pada alasan Olivia meminta Bella mengecilkan volume speaker musik, adalah karena ia sedang menerima panggilan Mamanya.

"Iya aku di rumah kok sama yang lain."

"Mama pulang telat? Oke."

"Hah?! Ap- apa?! Wait, tapi mau ngapain kesini?!"

"Sekarang?!"

Tepat setelah sambungan telfon terputus, suara ketukan pintu kamar terdengar, pun di susul dengan suara khas asisten rumah tangganya.

Olivia yang sempat mematung tersadar saat suara Bi Ida terdengar lagi.

"Iya, aku keluar ni."

"Lo mau kemana?" Tanya Naomi melihat Olivia menuruni kedua kakinya, yang sebelumnya ia sandarkan pada kepala ranjang.

Olivia buru-buru menuruni ranjang dan merapihkan penampilan, tangannya menyambar cardigan oversize yang berada di sofa.

"Bentar." Jawab Olivia kemudian pergi meninggalkan keempat temannya yang mematung menatap kepergiannya.

"Maksud gue, itu masker udah bisa di cuci." Cicit Naomi.



























••
























Olivia terdiam di depan pintu kamar. Ia ragu untuk meneruskan niat, tetapi untuk saat ini tidak ada yang lebih pantas menjamu tamu di bawah sana kecuali dirinya. Karena keluarga dirumah ini tersisa dirinya dan sang Mama.

Mamanya seperti biasa berada di kantor. Sejak kepergian mendiang Ayahnya, Renata yang mengambil alih perusahaan. Maple Group merupakan perusahaan yang di rintis Ayahnya bersama teman-temannya.

Karena ide jalinan kerja sama dan ide bisnis berasal dari Arthur, Ayah Olivia. Jadilah yang dipilih untuk memimpin perusahaan adalah Ayahnya. Selain itu juga, Ayahnya memiliki saham terbesar dalam perusahaan.

Mamanya yang sedari awal tidak tahu apa-apa, dengan kata lain amatir. Tetapi lama-kelamaan terbiasa, itu juga karna kesabaran sekaligus bimbingan para karyawan mendiang suaminya.

"Non, kalo Non lagi gak bisa biar Bibi aja."

Tahu-tahu Bi Ida sudah ada di tangga, padahal tadi tidak ada. Mungkin baru saja memberikan jamuan, pikir Olivia.

Seulas senyum Olivia berikan.

"Iya ya? Bibi bener gapapa?"

Bi Ida mengangguk dan tersenyum.

"Iya Non, kan ada temennya juga, gak mungkin di tinggal."

"Nah! Yaudah, Bi. Tolong ya.. ini aku temenin tamu aku. Bibi temenin tamu Mama, ok?"

"Siap, Non."

"Makasih ya Bi.." Setelah itu, Olivia kembali memasuki kamar.

Saat didalam kamar ia langsung menuju kamar mandi untuk membilas wajah.

all for youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang