Olivia menuju halaman belakang rumah, ia tersenyum begitu melihat dua orang disana menatap dirinya secara bersamaan seakan menyambut kehadirannya.
Renata meraih pinggang putrinya kemudian mengusap punggung Olivia begitu dirinya mendekat.
"Udah ganti baju, udah makan?"
Olivia mengangguk.
"Anak pinter." Puji sang Mama kemudian meminta Olivia untuk menyalimi Nyonya Adhitama.
Hasna tidak ada, Olivia mendengar Nyonya Adhitama memberitahu bahwa Hasna sedang ada di tempat les. Sementara suaminya sedang bekerja.
"Noh, Kakak Irsyad udah nunggu dari tadi. Gih temenin yah." Ucap Mamanya menunjuk ke arah sebrang, disana terdapat sosok laki-laki yang posisinya memunggungi mereka, kepalanya menunduk fokus pada beberapa kertas.
Olivia menatap datar ke arah Irsyad, ia tidak mungkin berlaku seenaknya sekarang. Mengingat ada Mamanya dan Nyonya Adhitama. Kalau saja hanya ada Irsyad, mungkin Olivia bisa mengusir lelaki itu.
Olivia mengangguk, pada akhirnya memilih menurut. Menurutnya, mereka masih dalam pantauan orang tua, jadi ia merasa sedikit aman.
Sampai di tempat Irsyad berada, Olivia langsung terduduk di salah satu bangku, menyisakan satu bangku kosong diantara mereka.
Menyadari kehadirannya, Irsyad tersenyum sebagai tanda menyapa. Meski lelaki itu sudah menduga respon atau balasan yang didapat, Olivia tetap memasang wajah tanpa ekspresi.
Omong-omong, Olivia baru ingat ia tidak membawa ponsel. Ia jadi sedikit merasa sebal, Olivia malas mengobrol dengan lelaki di sampingnya.
Saat dirinya ancang-ancang berdiri, Irsyad bersuara.
"Loh, mau kemana?"
"Hp ketinggalan di kamar."
Irsyad tersenyum tipis. Jujur, baru kali ini ada yang berbicara ketus padanya.
"Udah, gak usah diambil. Kita ngobrol aja." Ucap lelaki itu sembari menepuk-nepuk pelan meja.
"Ngobrol apaan?"
Irsyad memasang wajah dibuat-buat seakan sedang berpikir, dengan pandangan beredar menyapu banyaknya tanaman di depan mereka.
"Apa aja, bebas. Mau curhat juga boleh, saya gak cepu kok."
Olivia lalu melayangkan tatapan serius, perempuan itu tahu maksud dari kata cepu yang dituturkan Irsyad mengarah kemana. Tentu saja, ingatan dan perkataan mereka kemarin masih terekam jelas di pikirannya.
Melihat keterdiaman Olivia, Irsyad kemudian kembali berinisiatif.
"Tadi saya sempet beli es krim. Tapi kayaknya udah gak berbentuk deh, saya lupa minta tolong masukin kulkas dulu tadi."
Lelaki itu meraih tote bag yang berada di atas meja kemudian mengeluarkan isinya.
Ia membuka satu bungkus es krim dan mengintip ke dalam bungkusan tersebut dengan ekspresi kecewa.
"Yah.. bener kan udah berantakan."
Olivia masih bungkam, ia teringat sesuatu, kejadian ini mirip seperti apa yang selalu di alaminya.
Tetapi perempuan itu memilih mendecak, tangannya merebut es krim tersebut secara tiba-tiba.
"Emang gak ada yang berhasil kalo di bawa pulang." Ucap Olivia.
Olivia menelisik ke arah bungkusan es krim, benar-benar seperti bubur bayi. Kalau begini bagaimana cara memakannya?
"Tunggu." Intruksi Irsyad.
KAMU SEDANG MEMBACA
all for you
Teen FictionOlivia Calief Hamid (17th) Murid SMA Khusus Perempuan, Bright Sky Senior High School El Fatih Irsyad Adhitama (25th) Seorang psikolog Sinopsis: Berawal dari rasa simpati, Irsyad menerima tawaran Gita (selaku dokter psikolog Olivia sekaligus rekan ke...