Olivia bangkit berdiri diatas ranjang, tetapi ia ragu untuk terus melangkah mendekati objeknya.
Baru saja Irsyad mengatakan bahwa Mamanya harus tahu keadaannya.
Sial, benar-benar sial.
"Ini serius, kamu gak harus malu. Tante harus tahu."
"Gak! Awas sampe lo kasih tahu!"
Irsyad berkacak pinggang, lelaki itu sudah berada di ujung pintu.
"Kalo lo cepu, gue bundir."
Raut wajah lelaki itu nampak berubah menjadi dingin, dapat Olivia lihat urat-urat di leher lelaki itu, menandakan dirinya yang sedang kesal?
Olivia menelan ludah, padahal kata-kata tadi hanya keluar begitu saja.
Ia tidak bermaksud serius akan melakukan, juga tidak memiliki keberanian.
Olivia tahu dirinya pengecut, sama halnya seperti apa yang telah ia sembunyikan dari semua orang termasuk Mamanya.
"Makanya, jangan kasih tahu Mama." Ucap perempuan itu kemudian beringsut duduk di pinggir ranjang, matanya melirik Irsyad yang masih memperhatikan ia.
"Jangan berpikir begitu lagi, hidup kamu lebih berharga, kamu harus tahu."
Olivia hanya diam memilin jari-jarinya.
"Besok saya akan kesini lagi, mulai besok saya menggantikan posisi Gita."
Olivia sontak sepenuhnya menatap.
"Apa-apaan?!" Protesnya begitu saja.
"Terserah, mau saya kasih tahu Mama kamu?"
Olivia tersenyum masam.
"Jadi lo ngancem gue?"
Irsyad hanya diam, tidak ingin meladeni. Sebab dalam keterdiamannya sedang berusaha menekan emosi, sungguh berhadapan dengan perempuan di hadapannya saat ini tidak mudah.
"Lo pikir gue gak serius sama omongan gue tadi?" Ujar Olivia enteng.
"Kamu emang suka menyulitkan diri sendiri ya?"
Irsyad melangkah mendekat, hal tersebut membuat Olivia diam-diam waspada. Dua tangannya yang berada di kedua sisi, sudah terkepal.
"Dengar, lupakan soal rencana itu. Sekarang pikirkan keadaan kamu, kamu butuh saya."
Olivia terkekeh pelan, lebih terdengar meremehkan.
"Gue gak butuh. Biarin aja sampe mati begini, toh gak ada yang bener-bener pengen gue milikin. Gak ada yang gue butuhin selain Mama di samping gue."
"Sebaiknya tarik ucapan kamu, tiap lisan kamu itu punya dampak buat hidup kamu."
"Kenapa? Hidup gue kan emang udah gak bener dari dulu, lo aja yang baru tahu."
"Olivia.."
"Gue di remehin, di lecehkan. Gue yang selalu jadi objek mereka, gue kotor! Hidup gue udah rusak dari dulu."
Olivia berdiri, selanjutnya yang tanpa dirinya duga tangannya sekarang sudah melingkar pada lengan Irsyad yang terbalut kemeja berlengan panjang. Dengan kekuatan yang dipaksakan, Olivia menyeret lelaki itu hingga sampai di ujung pintu.
"Pergi. Jangan campuri hidup gue, jangan lagi muncul di hadapan gue."
"Kamu salah."
Alis Olivia berkerut, apa maksudnya?
"Yang rusak itu mereka yang menyakiti kamu, sementara kamu tetap sama. Mereka menyakiti kamu itu sebabnya kamu terluka, kamu masih terluka sampai saat ini. Jadi yang harus kamu lakukan adalah mengobati luka itu, bukan membiarkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
all for you
Teen FictionOlivia Calief Hamid (17th) Murid SMA Khusus Perempuan, Bright Sky Senior High School El Fatih Irsyad Adhitama (25th) Seorang psikolog Sinopsis: Berawal dari rasa simpati, Irsyad menerima tawaran Gita (selaku dokter psikolog Olivia sekaligus rekan ke...