Part 1

5 1 0
                                    

Hari ini 10 Maret adalah hari kelahiran ku, diusia beranjak 20 tahun aku hidup hanya mengikuti alur kehidupan. Aku tidak punya konsekuensi hidup kedepannya bagaimana? jadi apa?dan harus apa? Hidup penuh dengan kesedihan  setelah meninggal ayah ku tercinta di usai ku yang belum tau apa- apa. Usia 8 tahun aku menyaksikan kematian Ayah yang sangat tidak ingin aku ingat, sekarang aku memiliki Ibu yang biasa ku sebut Bunda ia sekaligus menjadi sosok seorang Ayah. Ayo kita mulai menjelajahi kehidupan ku.

" Happy birthday to you, Happy birthday to you🎶Taraaa Happy birthday anak Bunda" di pagi hari aku menyaksikan Ibunda tercinta memberikan kejutan di dalam kamar berdua dengan ku.

" Aaa Bunda " sahut ku dan langsung bangun memeluk Bunda.

" Make a wish dulu dong nak!"

Aku memejamkan kedua mataku dan berdoa yang terbaik menghampiri ku.

Huhh.... Aku meniup lilin kemudian langsung memeluk Bunda. Rasanya aku tidak ingin melepaskan pelukan ini, pelukan hangat yang mendidik ku sampai seusia ini dengan sabar.

" Terimakasih Bunda, sayang banget sama Bunda."

" Sama- sama senja, Bunda juga sayang sama kamu. Kamu selalu buat Bunda semangat disaat bunda lelah bekerja, setiap wajah mu muncul di ingatan Bunda rasanya Bunda tidak ingin membuat putri kecil bunda yang sekarang sudah dewasa merasakan kecewa. Apalagi sebentar lagi Bunda harus kamu tinggalin study ke kota yang jauh , tapi bunda yakin pilihan anak Bunda itu pilihan yang tepat " Kedua mata Bunda berbinar menahan air mata.

" Cuma sebentar  aja Bunda. Rasanya Senja tidak ingin melewatkan beasiswa ini karena  mungkin ini suatu keberuntungan untuk ku Bun."

" Iya nak. Bunda tidak akan melarang keputusan kamu."

" Eh lagi cucwitt banget nih. Lagi kangenan  ya Bun." Ucap Bagas abang ku yang usil tiba- tiba muncul di depan pintu kamar bersama istrinya kak Zian.

" Assalamualaikum Bunda." Sapa kak Zian.

" Eh waalaikumsalam. Terkejut Bunda kalian berdua dah berdiri di situ saja. Hayuk keruang keluarga. " Bunda melepas kan pelukan ku dan menghampiri kak Zian dan abang Bagas.

Aku mengikuti ke arah ruang keluarga dengan raut wajah baru bangun tidur.
Duduk dengan wajah lesu tiba- tiba abang Bagas memberikan amplop putih. Aku bingung dan menatap nya curiga, tetapi abang Bagas memberikan kode agar aku membuka amplop putih itu. Dengan males nya aku membuka dah melihat isinya adalah  uang dengan nominal yang banyak.

" Hadiah ulang tahun untuk mu adek ku yang comel. Simpan untuk keperluan beli tiket ke Yogyakarta ." Abang Bagas membuatku tersenyum kecil.

" Terimakasih abang ku yang jelek. Ha Ha Ha. " Sahut ku meledek dan membuat abang Bagas  mengangkat kedua alisnya.

Saat aku tertawa dengan keras kak Zian mendekati ku dan memberikan sebuah box hitam. Dengan hal yang sama aku membuka box itu dan melihat isinya sebuah Jam tangan dan foto ku saat aku tengah tidur dengan tulisan happy birthday anak terakhir. Tidak hanya itu kak Zian memberikan surat kecil,  langsung saja aku membacanya.

 Tidak hanya itu kak Zian memberikan surat kecil,  langsung saja aku membacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" Maacii kakak ipar, terharu deh." Aku memeluk kak Zian tetapi kak Zian malah mencubit hidungku.

Dilihat hari ini terasa seperti bahagia ternyata salah aku belum siap menginjak kan usia ku sekarang. Aku belum siap menjadi dewasa sepenuhnya, beban yang aku pikul terlalu berat untuk saat ini . Rasanya aku ingin seperti orang lain yang tidak mempunyai masalah, mereka juga bisa bahagia dengan kedua orangtuanya. Dan aku sangat ingin sekali  merasakan beranjak dewasa di pantau oleh seorang ayah. Bisa merasakan lama bersama cinta pertama karena setauku ayah adalah cinta pertama seorang anak perempuan. Di pelukan kak Zian yang belum terlepas, aku merenungi semua beban kehidupan ku dimana anak terakhir ternyata harus sekuat anak pertama.

" Permisi paket." Terdengar suara abang Sastra bersamaan dengan istrinya kak Sellin memasuki area ruang keluarga.

Semua pandangan terfokus kepada mereka berdua. Tidak lupa mereka menghampiri Bunda dan menyalim tangan bunda. Aku pun melepaskan pelukan kak Zian dan terheran dengan bawaan yang di bawa abang Sastra dengan istrinya. Terlihat  ada satu box besar, dan dua box sedang tidak diketahui isinya.

" Senja ini semua buat kamu , happy birthday ya sehat- sehat terus dan rajin study nya. " Ucap kak Sellin sembari menunjuk ke arah box itu.

" Happy birthday juga yang terbaik menghampiri mu, tetap jadi senja yang baik juga penurut "  ucap abang Sastra menyambung ucapan istrinya.

" Terimakasih abang ku juga kakak ipar ku yang baik." Sahutku dengan mengangkat kedua tangan dan membentuk tangan love di atas kepala.

" Kalau tau kalian bakal datang di pagi begini kita kasih kejutan samaan aja tadi nak. Kalian sih gak bagi tau Bunda, semua pada diem. " Bunda mulai memberikan saran tapi sudah tidak berguna.

" Telat Bunda..... " Sahut abang ku dan kakak ipar barengan.

" Heh dasar tumben kompak. Hahaha." Bunda menertawakan mereka semua.

" Aku bawa hadiah nya masuk ke dalam kamar ku ya , mau live sambil unboxing hadiah dulu." Aku memotong pembicaraan dan bergegas berdiri.

" Lebay, lebay huu. " Abang Bagas meledek ku.

" Bodoamat , kalau perlu aku museum kan semua hadiah ini. Biar di lihat sepanjang masa." Sahut ku kembali dengan membawa satu persatu hadiah itu.

" Menjawab terus si bocil ini." Sahut abang Bagas lagi dengan senyum kecil seperti ledekan.

" Hutsssss diem ya abang ku yang paling comel. Aku masuk kamar dulu dadah semuanya. Oya Bun habis ini Senja kuliah pelajaran statistik dasar kabarin kalau udah jam 10 pagi ini ya. " Aku langsung pergi meninggalkan semuanya masuk menuju kamar.

Sampai di kamar aku membuka hadiah dari abang dan kakak ipar ku, aku menyusun hadiahnya dengan rapi terutama salah satu  isi box besar dari abang Sastra Boneka Teddy bear  warna cokelat besar sekali.  Untuk foto yang di berikan kak Zian aku mengantungnya di kamar, karena sangat lucu. Pertama sekali juga aku menggantung foto ku  bergaya  tidur di rumah dengan raut wajah jelek sekali.
Hari ulang tahun ku ini tidak  kupublik , jika ada yang memberikan pesan aku hanya mengucap kan terimakasih karena sudah mengingat nya. Tidak tau penyebab nya apa aku sangat tidak ingin orang lain tahu hari kelahiran ku, menurut ku biarkan keluarga ku yang mengingatnya. Tapi menurut ku  juga terkadang banyak manusia tidak tau diri menilai buruk bentuk  kue ulang tahun , bentuk hadiah  , juga  suasana pesta ulang tahun yang di postingan di media sosial . Mereka hanya bisa mengomentari, seharusnya mereka  berpikir setiap kebahagiaan manusia itu berbeda - beda caranya. Tapi sudahlah itu lah manusia banyak penilaian terhadap orang lain tapi tidak menilai dirinya terlebih dahulu. Itulah hujatan pedas yang melukai diri orang lain.

Takut Dengan Kehidupan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang