Part 7

2 1 0
                                    

Malam ini semua berkumpul untuk makan malam bersama di rumah abang Bagas. Bunda sudah berada di sana tetapi aku masih berada di rumah menunggu dijemput oleh abang Bagas. Dari tadi aku disuruh mempersiapkan apa yang ingin dibawa jangan sampai ada yang ketinggalan. Hampir 1 jam aku menunggu tapi abang Bagas belum datang menjemput ku, melawan rasa bosan aku mendengarkan musik menggunakan earphone sambil bernyanyi di dalam rumah.

" Senja mana aja mau dimasukin ke bagasi mobil? Senjaaaaaa. "Karena tidak ku dengar abang Bagas menarik telinga ku .

" Aduh. Aduh sakit tauk." Aku merasa kesakitan.

" Kebiasaan pakai earphone volume 10000, mana aja yang mau di masukin ke bagasi mobil?" Cetus abang Bagas.

" Itu." Sahutku datar karena masih merasa kesakitan.

" Yaudah sana masuk ke mobil duluan." Perintah abang Bagas dan aku langsung pergi dengan menatap sinis kearahnya.

" Mata nya jangan sinis -sinis. Udah jelek juga malah makin jelek." Abang Bagas kembali meledek ku dengan senyuman tipis.

" Bodoamat." Sahutku dari jauh tanpa menoleh.

🌻🌻🌻🌻
Sampai di rumah abang Bagas aku melihat Nenek dan memeluknya sudah lama kami tidak bertemu, mungkin aku terlalu sibuk sampai tidak pernah mengunjungi rumah nya. Nenek menangis memeluk ku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, cucu yang selalu menuruti perkataan nya bahkan enggan untuk menolak itu adalah aku.

" Nenek. Bunda. Semuanya Makan dulu semua makanan nya udah Zian siapin bareng Sellin."

Semua bergegas ke arah meja makan untuk menyantap makan malam, kali ini mungkin perasaan ku sedang tidak membaik aku makan hanya sedikit. Hidangan nya semua terasa enak tetapi mulut ku malas untuk mengunyah nya.
Melihat jam dinding berdetak dengan sangat cepat perasaanku pun semakin sedih.

🌻🌻🌻🌻
Setelah selesai makan  semua bergegas keruang tidur untuk beristirahat agar besok pagi bisa bangun dengan cepat. Aku pun tengah berbaring melihat ke arah Bunda yang sudah mulai terlelap dalam tidurnya, mencoba menahan air mata tapi gagal air mataku jatuh dengan sendirinya.

" Apa Bunda bisa tanpa aku?" Ucapku dalam benakku kemudian berusaha menutup kedua mata.

🌻🌻🌻🌻
Malam menuju  suasana pagi aku sudah persiapan begitu juga dengan yang lainnya untuk berangkat menuju bandara Kualanamu. Karena perjalanan menuju bandara memerlukan waktu yang lama.

" Kak Zian, kak Sellin mungkin Senja bakal sedih sih tapi Senja mau pamit. Jagain Bunda ya. Senja titipin Bunda. " Aku tertunduk dihadapan kedua kakak ipar ku.

" Iya. Kamu baik-baik di sana, kalaupun kamu sedih kamu hubungin kakak ya. Fokus belajar dan semangat terus." Pesan kak Zian memegang tangan ku.

" Semangat berjuang hadapi rintangan dengan sendirinya di sana, kakak berdoa yang terbaik untuk kamu." Kak Sellin memelukku.

Aku melepas kan pelukan Kak Sellin dan langsung masuk kedalam mobil duduk tepat di samping Bunda dan Nenek. Mobil mulai melaju dan aku bersandar di bahu Bunda hingga tertidur pulas.
Tatapan arah mata Bunda melihat sekeliling perjalanan sambil merasakan beban kepala ku berada di bahunya.

🌻🌻🌻🌻
Beberapa jam akhirnya sudah tiba di bandara Kualanamu terlihat suasana ramai akan keberangkatan , bergegas  membanguni  ku dalam keadaan tidur pulas.

" Senjaa. Hei bangun sudah sampai kita." Ucap Bunda memukul perlahan pipiku.

Aku membuka kedua mata dan benar sekarang sudah berada di bandara Kualanamu. Turun dari atas mobil dengan rasa kebingungan secepat ini sampai di bandara, saat itu Bunda mengajak ku masuk untuk langsung check-in pesawat. Namun kedua abang ku tengah memarkir mobil di parkiran bawah.

Takut Dengan Kehidupan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang