01. end of marriage

407 28 0
                                    

Pernikahan Airin dan Algara sudah berjalan tiga bulan, tapi bukannya saling mencintai, keduanya malah memutuskan untuk bercerai. Algara dan Airin, keduanya menikah bukan karena cinta, namun karena perjodohan orang tua. Memasuki bulan ke empat, Airin, Algara dan para orang tua kedua belah pihak berkumpul di rumah Airin dan Algara untuk membicarakan rencana perceraian mereka.

"Kenapa tiba-tiba mengajak kami berkumpul?" tanya Dinar, ibu dari Airin.

Airin dan Algara saling bertatapan, lalu setelahnya Saga angkat bicara, "Bunda, Ayah, Mama, Papa. Sebelumnya saya dan Airin meminta maaf, Karena harus mengatakan semua ini." ujar Algara memulai. Algara melirik Airin, "kami merasa sudah tidak cocok lagi, kami tahu kalian pasti akan marah, tapi, kami ..... " Algara memberi jeda. "Kami ingin berpisah."

"Apa??" Naima, Mama dari Algara terkejut. Ia sampai berdiri karena saking terkejutnya. "Kalian sudah gila? Kalian baru menikah, usia pernikahan kalian seusia jagung, bagaimana bisa kalian memutuskan untuk berpisah?" sentaknya.

"Algara, mungkin kalian belum mengenal satu sama lain, bukan berarti kalian tidak cocok, kami yakin kalian bisa menjalani pernikahan ini. Kami yakin kalian bisa saling mencintai." timpal Dinar merasa keberatan.

Airin angkat bicara, "kami sudah tak sejalan Bunda, kalau pun dipertahankan itu nggak mungkin Bun. Jadi, tolong, kami mohon izinkan kami untuk berpisah. Lagipula kami memang dari awal tidak menginginkan pernikahan ini terjadi." ujar Airin.

"Tapi-" ucapan Naima terpotong saat Wisnu, suami Naima berbicara. "Ma .... Sudah lah, biarkan mereka menentukan kehidupan mereka masing-masing. Mereka juga berhak bahagia. Mungkin selama ini mereka tersiksa oleh pernikahan ini." kata Wisnu yang mendukung keputusan Airin dan Algara.

"Benar kata Wisnu, kalaupun di paksa bersama terus, yang ada mereka makin tersiksa. Kalau berpisah itu adalah jalan yang terbaik, ya mau gimana lagi?" ujar Haris menanggapi.

Dinar dan Naima saling bertatapan, lalu keduanya menghela nafas. Mereka tidak boleh egois, ini adalah keputusan kedua anaknya, biarkan mereka yang menentukan jalan hidupnya.

"Baik, kalau itu yang kalian inginkan, Mama hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian." ujar Naima dengan legawa menerima keputusan anaknya.

"Walau Bunda nggak setuju, tapi demi kebahagiaan kalian, insya Allah bunda ikhlas." ujar Dinar juga setuju dengan keputusan mereka.

Airin tersenyum, begitu pula, namun senyum Airin terlihat terpaksa, seperti ada yang di sembunyikan. Namun Algara, pria itu tersenyum mereka, mungkin saja pria itu tengah berbahagia.

"Kami harap kalian bahagia dengan pilihan kalian," ujar Dinar. Wanita paruh baya itu terlihat bersedih dengan kegagalan rumah tangga putrinya. Ia tahu betul bagaimana putrinya. Sangat di sayangkan ketika hubungan putrinya hancur begitu saja.

"Secepatnya, kami akan mengurus perceraian kami." ujar Algara.

---

Dua bulan berlalu, Airin dan Algara sudah resmi berpisah. Keduanya sudah menandatangani surat cerai. Airin keluar dari pengadilan agama dengan membawa surat cerainya. Ia ditemani oleh Dinar, ibunda-nya.

Airin menatap surat cerai itu, "Bun, hari ini Airin usai." ujar Airin terlihat sedih.

"Sabar ya nak. Sini Bunda peluk." Dinar merentangkan tangannya. Airin pun langsung berlari ke pelukan Ibundanya.

"Kamu orang kuat nak, kamu hebat." ujar Dinar.

"Iya Bun. Sekarang, Airin cuma mau fokus untuk anak Airin kedepannya. Airin bakal berusaha besarin anak ini Bun." ujar Airin sembari mengelus-elus perut ratanya.

Ya, Airin tengah mengandung anak pertamanya. Hal itu baru di ketahui Minggu lalu olehnya. Airin sengaja menyembunyikan kehamilannya dan tidak memberitahu Algara. Karena ia tidak ingin membuat Algara semakin tersiksa dengan mempertahankan pernikahan dengannya.

"Kamu yakin nak? Kamu nggak ingin kasih tau Algara yang sebenarnya?" tanya Dinar yang sudah mengetahui kehamilan Airin sebelumnya.

Airin menggeleng. "Enggak Bun. Kali ini Airin mau berjuang sendiri. Setelah ini Airin mau pindah ke luar negeri. Airin bakal besarin anak Airin di sana." ujar Airin.

Dinar menghela nafas. "Kalau itu sudah keputusan kamu, Bunda hanya bisa doakan yang terbaik untuk kamu." ujar Dinar.

Airin mengangguk. "Makasih Bunda."

Inilah jalan hidup Airin dan Algara. Takdir tidak menginginkan keduanya untuk bersama. Bagaimanapun akhirnya, Airin berharap ia bisa kuat untuk semua hal yang membuatnya lemah.

-To be continued-

Wellcome back to my story, hope you enjoy in here.

Don't forget to vote, comment, and share.

Thank you💚

Algara Sanjaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Algara Sanjaya

Algara Sanjaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Airin Cantika

.
.
.
.

See you next chapter.














Fatialaila, 5 Januari 2024

married again Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang