Dream Whisper ~ 4

211 50 7
                                    

💫💫💫

Mendengar perkataan Baili, Shi Ying mengulas senyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar perkataan Baili, Shi Ying mengulas senyum. Ia sudah siap dengan semua sikap dan penolakan Baili Hong Yi. Sebelum ia memanggilnya ke istana, ia mencari tahu semua hal tentang Baili Hong Yi dan ia mengetahui kalau pemuda bermarga Bai itu seseorang yang keras kepala dan memiliki prinsip. Rasa penasaran yang dimiliki pemuda itulah yang membuatnya menerima permintaan untuk datang ke istana.

“Jadi kau tidak akan menjelaskan apa yang aku minta?” ia bertanya.

“Saya akan menerangkan setelah ada alasan jelas di balik semua tindakan ini.”

“Baili Hong Yi, kau sangat sesuai dengan kabar yang aku dapatkan,” Shi Ying memutar tubuh. Baju tangannya yang lebar mengibas pelan di kala ia menggerakkan tangan untuk meminta Zhi Yuan pergi dari ruangan.

“Minta Xue Lu untuk membawakan minuman. Kita harus menjamu tamu kehormatan yang datang ke istanaku.”

Zhi Yuan mengangguk singkat dan keluar dari balik tirai.

Saat itulah Baili melihat laki-laki itu dan ia ingat kalau sosok itu adalah seseorang yang meminta lukisannya. Sesaat Baili mengikuti langkah laki-laki itu dengan matanya sampai keluar ruangan. Ia teringat kalau laki-laki itu ditemani seorang pria berbaju putih dan menutup wajahnya. Dengan mata mengerjap, Baili mengalihkan lagi fokus pada sosok sang pangeran yang kini menempati lagi kursi kebesaran.

“Tuan Muda Bai, kenapa kita tidak bersantai sejenak? Aku ingin berbincang denganmu,” Shi Ying meminta dengan halus dan bersahabat. Ia paham bagaimana berhadapan dengan seseorang yang memiliki sifat seperti Baili Hong Yi.

Untuk sesaat mencerna maksud dari pangeran Shi Ying, akhirnya Baili mendekati kursi kayu berukir dan menempatkan diri dengan nyaman. Jika mau jujur, berada di ruangan itu membuatnya tidak ingin keluar lagi. Bahkan aura sang pangeran yang meskipun terhalang tirai namun mampu membuatnya bertahan di tempat itu tanpa ada keinginan untuk pergi. Suara sang pangeran dan sikapnya yang bersahabat menarik hatinya yang mulai melunak.

“Tuan Muda Bai, tolong maafkan jika kau merasa tak nyaman. Mungkin kau kesal karena harus datang dan bertanya-tanya kenapa dirimu dipaksa kemari.”

“Bahkan Pangeran membawa lukisan saya,” lanjut Baili, “jika Pangeran ingin melihat lukisan saya, Pangeran bisa mendatangi galeri Bai di kabupaten Wu Zu. Apakah harus dengan cara seperti ini hanya untuk mengetahui tentang lukisan?”

Bibir tipis Shi Ying kembali membentuk senyuman.

“Kau sangat teguh, Tuan Muda Bai. Bagaimana kalau kita berbincang sebagai teman? Aku hanya ingin mengetahui lebih banyak tentang lukisan,” ujarnya.

“Suatu keberuntungan bisa berteman dengan seorang pangeran, tapi apakah ada teman yang bercakap-cakap dengan menggunakan tirai sebagai penghalang?”

Tawa merdu Shi Ying sesaat terdengar. Ia cukup senang dengan sikap pemuda itu dan merasa dirinya ada lawan untuk saling bersilang pendapat. Tetapi saat ini ia hanya ingin membuat sosok itu mengungkapkan rahasia lukisan dan juga untuk menahan keberadaannya di istana.

𝑻𝒉𝒆 𝑫𝒓𝒆𝒂𝒎 𝑾𝒉𝒊𝒔𝒑𝒆𝒓 [𝐛𝐚𝐢𝐬𝐡𝐢] [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang