dua.

2.3K 164 21
                                    





**

Sebuah senyuman simpul terlihat pada wajah lelah itu, mark yang kini baru saja memasuki rumah, tampak begitu kosong seperti biasanya, terkadang jika ia sedang pulang lebih awal akan ada jeno di depan layar TV itu seraya memakan camilanya, tetapi untuk hari ini tidak, padahal dirinya pulang lebih awal, bahkan sangat awal.

Kini jam baru saja menunjuk di angka 8malam, mark sejenak menatap sekelilingnya mencari sosok sang bibi yang berkerja pada rumahnya itu.

"Bi??" Ucap mark memangil sang bibi yang mungkin saja belum balik, biasanya bibi akan pulang saat jam 9malam.

Tak berselang lama mark memangil sosok wanita bapuh baya pun muncul dengan tongkat sapu yang berada pada tanganya.

"Eh? Apa mark gangu?" Ucap mark dengan heran melihat bibi yang membawa-bawa tongkat sapu begitu.

"Ah engak tuan.., tadi abis ngusir kucing doang" jawab bibi nem seraya tenyum, mark menganguk mengerti. Dia kira bibi lagi nyapu, dan pasti mark mengangunya.

"Mark mau tanya, apa jeno pulang tadi?" Tanya mark yang mana membuat bibi nem mengeleng pelan,

Sejak tadi dia gak liat lihat anak itu, bahkan batang idungnya.

Mark terdiam beberapa saat, mungkin jeno butuh sendiri, tetapi anak itu memang selalu begitu! rasa khawatir mulai menguasai mark sekarang.

"Ya udah makasih bi" ucap mark yang seraya pergi, tetapi baru saja beberapa langkah suara ketukan pintu terdengar, membuanya serta bibi nem pun menoleh.

"Biar bibi aja tuan.. " ucapnya seraya pergi untuk membukakan pintu rumah itu.

Mark yang penasaran pun mulai mengikuti bibi nem di belakang seiring sura ketukan pintu yang semakin kencang.

"Misi! Bi??" Sosok pemuda tengah terlihat berusaha mati-matian memapah tubuh jeno yang sudah sangat mabuk, bau alcohol sangat tercium menyengat.

"Anjir! Lama banget!!" Misuh-misuh sosok teman jeno itu, yang sepetinya sudah tidak tahan lagi untuk memapah tubuh jeno sendiri yang berat.

"Iya sebentar!" Pada akhirnya sahutan pun terdengar membuat senyum pun mengembang pada wajahnya.

Dengan cepat lelaki itu mendorong pintu besar itu saat terbuka sedikit.

"Astaga! den Jeno!!" bibi nem yang baru saja membukan pintu lantas kaget melihat jeno yang tampak tengah di papah oleh temanya.

Bibi nem pun berusaha membantu Reza yang tampak kesulitan.

Wajah jeno sungguh memerah di tambah bau alcohol yang sangat menyengat membuat bibi nem lantas menutup hidungnya.

"Taro aja di sofa den eza!" ucap bibi nem seraya membatu teman jeno.

Mark yang melihat jeno hanya diam terpaku, tanpa ingin membantu, dirinya juga menutup hidungnya lantaran bau alcohol itu yang sangat menyengat.

"Aduh!, kalo gitu saya izin pulang ya bi!" Ucap reza yang memang hanya ibgin menghantar jeno saja.

Bibi nem lantas menganguk, dan sosok lelaki itu pun mulai berjalan pergi, tanpa basa-basi lagi.

Mark hanya menatap interaksi keduanya, mark lantas mendekat kepada sang anak yang mungkin sudah  tepar mabuk berat.

"Ini den jeno nya gimana tuan?" Ucap bibi nem yang menatap khawatir pada jeno, melihat mark yang hanya diam menatap sang anak membuat bibi nem merasa tidak enak.

"Gak apa, bibi pulang aja, ini udah jam 9 bibi pulang aja!" ucap mark kepada bibi nem, wanita itu menatap tidak yakin kepada mark.

Lantaran hanya akan ada mark bersama jeno yang ditambah tengah dalam keadaan mabuk, Bibi nem merasa khawatir, dia sangat tau gimana sikap anak itu. Kasar dan pembangkang, bibi nem hanya takut jika mark akan kenapa-napa.

"T-tapi.." bibi nem berucap tidak yakin, tetapi menatap wajah meyakinkan mark membuatnya pun percaya.

Lantas bi nem pun mulai beranjak pergi tak lupa berpamitan meninggalkan keduanya.

Melihat bibi nem yang sudah menghilang di balik tembok itu, mark lantas menatap wajah tegas sang anak.

Terdapat sebuah pergerakan saat mark menatap lama wajah itu, mark dengan cepat mengeser jaraknya.

"Satu lagi, gua masih haus!"

Mark menatap jeno dengan heran, mendengar sang anak yang berguman pelan membuat mark pun pada akhirnya memilih untuk membangunkan jeno.

"Jen bangun!" Beberapa kali mark tepuk pundak sang anak, berharap jeno akan bangun, tetapi justru anak itu menepis tangannya dengan kasar.

"Paan sih lu!" Ucapnya begitu mark ingin meraih tangannya, jeno kini berusaha untuk kembali duduk tegak.

"Sini duduk!" Ucap jeno yang kini telah berhasil duduk walau pun dengan badan yang semponyongan, mark hanya menatap heran sang anak.

"Gua bilang sini!" Ucapnya menekan menyuruh agar mark duduk dalam pangkuanya, tetapi melihat mark yang hanya diam membuatnya naik pitam.

Di tariknya tangan itu, yang jelas membuat mark pun oleng tanpa adanya aba-aba, mark terjatuh menubruk badan besar sang anak.

"Harusnya lu nurut dong sama gua!" Ucap jeno seraya mengusap setiap helaian rambut coklat mark.

Mark berusaha memnepis tangan jeno yang mulai berkeliaran tak hanya di kepalanya saja, dan dalam dekapan jeno yang memeluknya erat, tetapi merasa jeno yang tak mau melepaskanya membuat mark merasa kesal.

"Jeno! L-Lepasin! Ini papah!" Ucap mark yang teredam dalam pelukan sang anak, mark sudah sangat tidak tahan dengan bau alcohol yang begitu menyengat pada baju sang anak.

Apa sebegitu banyaknya jeno minum? bahkan seakan alcohol itu sudah menyerap dan mengering lagi.

Mark tau betul, ini sebab pengauruh alcohol dalam tubuhnya, tetapi tenanganya tidak terlalu kuat untuk hanya keluar dari dekapan jeno saja.

"Ck! Bisa diem gak si!?" ucap jeno dengan nada kesal, tangannya mulai berjalan ke arah yang lainya, mark jelas semakin panik di buatnya.

Tangan jeno mulai turun semakin bawah, sampai di mana anak itu dengan sengajanya meremas pantat sintal mark yang masih terbalut dengan celana bahanya.

Mark berusaha menyingkirkan tangan jeno yang terus meremas kencang pantatnya.

Tetapi sungguh di luar dugaan, jeno justru semakin liar menjamah tubuh sang papah dengan hawa nafsu yang kini mulai menguasainya.

Dengan kaadaan yang masih setengah sadar, jeno mengangkat tubuh mark yang kini sudah pas berada dalam pangkuanya, mark terus meronta dalam pangkuan jeno.

Melihat mark yang berusaha menghindarinya membuat jeno semakin gencar, ini sunguh menantang bagi jeno.

Apa lagi dengan sosok lelaki manis yang kini berada pada dekapanya, dalam pikirnya jeno tidak perlu repot-repot harus mencari sosok yang akan memuaskanya jika sudah ada di depan mata.

Mark menatap wajah sang anak dengan penuh kepanikan, merasa tangan jeno yang semakin gencar meraba tubuhnya, membuat mark takut dan gemetar.

Sesaat pergerakan mark terhentikan, saat melihat jeno yang kini menciumnya, bahkan dengan penuh nafsu, remaja itu menekan kepalanya memperdalam ciumanya.





Segini aja.

My Son ft.NoMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang