**
Tok'Tokk
Suara ketukan pintu terdengar, mark dengan wajah sumbringahnya setia menunggu sang anak yang mungkin masih tertidur sekarang.
"Jen?? Bangun ini udah siang" jika saja bukan di hari minggu mungkin mark akan lebih tak sabar mengetuk pintu bercorak khas Bali itu.
Setidaknya ia sekarang lebih sabar, lagi pula ia telah mengambil cuti untuk beberapa minggu kedepan, merasa lelah, dan oh itu berbarengan juga dengan hari libur jeno usai ujian bulan ini.
Mungkin dengan ini mark dapat mengambil waktu luang untuk mendekat kan dirinya dengan sang anak.
Tok'Tok!
"Jen buka pintunya sarap-" baru saja mark mengangkat kembali tanganya hendak mengetuk pintu, tiba-tiba saja pintu terbuka menampilkan jeno yang masih dengan wajah bantalnya, menatap mark dengan datar.
Mark berusaha menampilkan wajah senyum nya, menyapa sang anak yang hanya diam.
"Kita sarapan dulu, papah udah masak" ujar mark dengan sedikit kikuk bahkan terasa begitu kaku sekarang.
Jeno hanya Diam sebelum kembali menutup pintunya, meninggalkan mark yang cukup dibuat kaget.
Namun ia tak marah, hanya helanan nafas yang terdengar darinya, mungkin memang jeno belum ingin makan, mark tak mempermasalahkanya, walaupun ia telah masak sebanyak.
Mark pun kembali berjalan balik menuju meja makan yang telah tertata rapih dengan lauk yang cukup banyak, ia dengan sang bibi nem masak tadi, bi nem mengajari mark banyak hal tentang memasak juga mengalih informasi tentang jeno di masa kecilnya kepada bibi nem yang memang mengasuhnya.
Bangku kayu itu ia tarik menaru pantatnya di atas sana, mark mengambil satu piring untuknya, juga tak lupa menyendok nasi yang tadi ia masak.
Ia menatap puas hasil masakanya itu, yang bi nem bilang ini adalah masakan favorite jeno semua, sebab memang itu tujuan mark memasak, untuk sang anak juga itung-itung mark belajar.
"Masak apa?" Suara berat yang tiba-tiba saja terdengar sontak membuat mark sedikit terperajat kaget melihat kedatangan jeno yang kini sudah tampak lebih segar, namun masih dengan pakaian yang sama, membuat senyumanya tak dapat di tapik.
"Ini ada capcay seafood, ini bayam, ini ayam bakar, juga.. ini! Kamu suka susu coklat kan?" Tanya mark ragu saat melihat tatapan datar jeno yang menatap setiap hidangan yang ada, sebenarnya jeno lebih suka ayam goreng, mamun serasa bosan al hasil Mark menjadikannya ayam bakar saja, biar lebih berfariasi.
Tak ada sahutan yang jeno balaskan, namun dengan jeno duduk membuat mark ternyum pelan, berati tak sia-sia ia masak sekarang.
Dengan sigap mark pun berinisiatif mengambilkan nasi juga lauk pauk untuk jeno, remaja itu hanya diam menunggunya.
"Makan yang banyak biar makin besar!" Ujar mark dengan kekehan pelan di akhirnya, jeno hanya menganguk sembari menerima huluran piring yang kini telah penuh dengan beragam makanan.
Biasanya dipagi begini jeno hanya sarapan roti gandum dengan susu coklat saja, baru sore lah jeno makan berat, itu pun sering kali beli di luar, sebab bi nem sudah masak pun jeno tetap tak mau memakanya, dengan alasan tak minat, hanya sesekali jeno makan dirumah, tetapi bukan berarti juga sering.
"Hemm.. g-gimana enak??" Tanya mark ragu bahkan melihat mimik datar jeno membuatnya overtingnking takut tak enak atau semacamnya.
"Enak" hanya satu kata yang keluar namun mark kembali ternyum, curiganya berangsur angsur menghilang, meliat jeno yang makan dengan hikmat membuat mark tak ragu dengan masakannya.
Dentingan antara alat makan perak itu pun saling terdengar, menyisakan ruang sunyi yang ada, mark sesekali hanya menatap wajah sang anak yang begitu tampan dengan tulang yang tegas persis seperti sosok yang pernah datang dalam hidupnya.
Namun itu semua ia tepih ketika jeno mendadak beranjak tanpa berkata-kata lagi yang mana membuat mark terheran-heran akan sang anak, mark menahan tangan jeno yang baru saja ingin melangkah.
"Kamu mau kemana? Makanannya belum habis?" ucap mark penasaran, menatap mata tajam itu.
"Jeno mau ambil hp" ujarnya, yang mana membuat mark ber'oh ria, baru saja mark mau bertanya tanya apa ada yang salah, ternyata sang anak hanya ingin mengambil hp.
"Ouhh" Mark menganguk pelan, perlahan ia melepaskan gengamannya, membiarkan jeno pergi, menghilang menuju kamarnya, sementara dirinya memilih lanjut makan.
Namun di satu sisi sekarang, decakan kesal terdengar begitu pintu tertutup rapat, dengan gusar jeno mengusap wajahnya kasar.
"Sial! Cuma ngeliat wajahnya aja bikin gua horni!" Jeno kembali berdecak sembari melirik ke bawah dimana tepat di antara kedua kakinya, si kecil tampak mengembung besar.
"Aghh!! Apa gua perkosa aja?!" Gila! Jeno memang sudah gila, ia lagi-lagi mengusap wajahnya kasar, bahkan jeno tak lupa dimana dirinya sempat berkata tak akan membiarkan mark kabur darinya, dan akan mengangkang hanya untuk dirinya, dan itu sungguh membekas besar di otaknya, yang sempit terisi penuh dengan wajah manis sang papah.
"Bangst!, gua jadi solo!" Jeno dengan buru-buru berjalan menuju kamar mandi, tak lupa membawa barang berharganya, yaitu hpnya.
Namun telak langkah terakhirnya memasuki kamar mandi, deringan dari hpnya membuat langkahnya terhentikan.
Jeno melirik tajam benda pipih itu, mengser layarnya kasar.
"Halo ba!-"
"Ada apa!?" Tanya jeno kasar, kakinya bahkan mengetuk ngetuk lantai marmernya resah.
"Ikut malem ini ngak, bakar-bakar?" Jeno sempat terdiam sebentar, caesar di sana masih senantiasa menunggu jawaban, namun dirinya yang kepalang sange, dengan cepat menolak.
"Gua ngak ikut" setelahnya panggilan pun ia matikan sepihak, jeno langsung saja dengan langkah lebar, kembali masuk kamar mandi, dan apa? Menuntaskan hasratnya itu, agar cepat dan kembali makan bersama mark yang tengah menunggunya.
Update buat malem ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Son ft.NoMark
Fantasy[NOMARK] Ini tentang mark bersama sang anak tungalnya jeno. Gay Lokal, Bahasa nonbaku