Bandung, 1 Juli
Kini Chika telah berada didalam kursi pesawatnya di area kelas Bisnis untuk menuju Bandung.
Dengan earphone menancap pada telinganya Chika mendengarkan band sekaligus lagu yang saat ini menjadi favoritnya.
Seandainya -Viera
Seandainya kau tau ku tak ingin kau pergi
Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganku
Seandainya kau tau aku kan selalu cinta
Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini"Maaf telah membohongi kekurangannya" Chika bergumam sendiri sambil melihat kearah sebuah foto yang ia masih simpan di galeri handphone nya.
Dia Vion Fadrin cinta pertama sekaligus masa lalu Chika. Vion yang mampu membuat hati seorang Yessica luluh bahkan sampai mereka berpisah, Chika masih belum bisa menerimanya.
Alasannya tak jelas jika diingat pada hari mereka berpisah. Hari yang dimana untuk pertama kalinya Chika memperkenalkan Vion kepada keluarganya.
Kini ia masih berusaha untuk melupakannya. Namun apa daya semakin hari ia lupakan, semakin sakit pula yang iya rasakan. Hanya sebuah foto mereka berdua yang sanggup ia simpan dalam galerinya. Itupun foto miror dimana mereka tidak memperlihatkan wajah mereka.
**
Perjalanan Chika menuju asrama kini berlanjut, dirinya merasa tenang kala melihat banyak kebun teh disamping asramanya.
"Ini kamarnya Teh" ucap mang Engkos salah satu penjaga asrama kepada Chika.
"Makasih ya mang" ucap Chika tersenyum.
"Sebentar lagi ada yang datang untuk beresin kamar perempuan hehehe" bisik mang Engkos diakhiri kekehannya
"nanti kalau ada perlu bisa hubungi mamang yah. Mamang permisi dulu mau keluar sebentar, mari" ucap mang Engkos berpamitan.
"Mari mang, terimakasih" ucap Chika seraya menutup pintu kamarnya.
Ia melihat sekitar kamar barunya. Cukup luas tapi tak seluas kamarnya dirumah. Terdapat satu kasur tingkat, dua meja belajar, dan dua lemari cukup besar.
"Betah betah yah Chik, udah gak ada yang ganggu hidup lo lagi seenggaknya" gumam Chika sambil tersenyum puas.
"Mending gw tempatin duluan kasur bawah, biar gak capek capek keatas. Siapa cepat dia dapat" batin Chika melihat kasur bawah yang masih kosong.
Chika membuka koper hitamnya, membereskan barang-barang pribadinya. Saat ini ialah yang bebas menentukan prabot mana diantara dua pilihan yang tersedia disini. Seperti kata Chika tadi, Siapa cepat dia dapat.
Setelah sudah dirapihkan, Chika akhirnya merebahkan tubuhnya dikasur yang telah ia pilih. Membuka gawainya menjadi pilihan tepat saat ini. Beberapa pesan dari grup keluarganya sudah bermunculan dilayar handphonenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POL CAT DOG
Novela Juvenil"kamu itu kaya kelinci giginya" "aku suka kucing" "yaudah kamu kaya anjing aja" "heh kok gitu?!!" "aku suka anjing, jadi anjingku yaa" "yaudah kamu jadi kucing aku juga yaa"