Episode 2 : Takdir

11 2 0
                                    

5 tahun setelah kematian Panji usiaku sekarang sudah 29 tahun dan aku masih belum memutuskan untuk menikah lagi walaupun pikiran untuk menikah lagi terkadang masih terbersit dalam pikiranku.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaanku aku teringat untuk membeli sayuran untuk aku makan, lagi-lagi pikiran tentang kematian Panji menghantuiku, tapi kuputuskan untuk membeli di tempat penjual yang berada di pinggir jalan raya itu, tidak lupa aku membawa payung karena saat itu hujan gerimis turun. Aku berjalan sendiri hingga sampai saat untuk menyeberang. Aku menoleh kanan kiri, saat tak ada mobil yang melintas aku menyeberang, setelah berhasil menyeberang aku langsung menuju toko penjual sayur, sesekali aku menoleh ke tempat kecelakaan yang merenggut nyawa Panji

"bang beli sayur" kataku berteriak

"iya bentar" kata abang penjual dari dalam rumah "mau beli apa neng?"

"beli kacang panjang satu ikat bang"

Lalu abangnya menyerahkan kacangnya

"ini uangnya bang" kataku sambil menyerahkan uangnya

"iya neng ini kembaliannya"

Setelah itu aku berjalan menuju zebra cross untuk menyeberang, ketika aku hampir mencapai zebra cross aku melihat Panji, aku hampir tidak mempercayainya lalu aku dapat memastikannya ketika aku melihat wajah dan tanda lahirnya ditangan kanannya bahwa dia adalah Panji disaat aku kehilangan dia. aku pikir dia telah menjadi hantu dan menampakkan diri dihadapanku, jadi aku berlari meninggalkan payung dan belanjaanku lalu memeluknya dan meminta maaf karena kelalaianku dia harus meninggal

"maafkan ibu Panji karena ibu tidak bisa menjagamu" kataku sambil memeluknya lalu aku menangis

"mama dia siapa?" kata anak itu

Ibu anak itu yang membawa sebuah payung hanya tersenyum dan berkata padaku "maaf anda siapa ya? Oh iya kami mau menyeberang jalan"

"saya ibu anak ini" jawabku

"maaf ini anak saya dia lahir 5 tahun yang lalu dan itu sudah saya pastikan sendiri, oh iya nama saya Rasih siapa nama anda?"

"maaf kalau itu anak anda, anak saya sudah meninggal" kataku lalu berlari menghindar menuju rumah.

"kasihan sekali dia sampai mengira anak orang lain sebagai anaknya. Ayo Lian kita menyeberang" kata Rasih

"iya mah" jawab Lian

Saat berlari aku tahu bahwa itu bukan Hantu Panji dia nyata manusia, aku berfikir mungkin dia hanya orang yang mirip Panji. Tapi tanda lahir itu tidak mungkin dimiliki oleh dua orang yang berbeda, suaranya juga sama, jadi aku berfikir mungkin Panji bereinkarnasi menjadi anak itu. setelah itu aku kembali untuk menemui anak itu dan ibunya dan hujan juga sudah reda, tapi mereka sudah tidak ada. Lalu aku mengambil kembali payung dan belanjaanku yang aku tinggal, lalu pulang kerumah

Keesokan harinya aku mencari alamat dari orang bernama Rasih itu beserta anaknya sambil membawa foto Panji saat berusia 5 tahun, berjam-jam lamanya aku mencarinya tapi tak ada hasil

"maaf nama saya Juni, apakah anda tahu seorang ibu bernama Rasih? Saya sudah mencarinya disekitar sini tapi hasilnya nihil" tanyaku pada seseorang laki-laki di halaman rumahnya

"saya tidak mengenal orang bernama Rasih, maafkan saya"

Lalu ketika aku hampir meninggalkannya dia memanggilku

"tunggu mbak Juni" kata orang itu

"iya"

"mungkin sebaiknya anda mencarinya di desa sebelah"

"iya akan saya coba, terima kasih sarannya"

Setelah itu aku menuju desa sebelah dengan berjalan kaki, aku tahu bahwa bu Rasih bukan orang dari luar kota karena pakaian mereka bukan seperti orang asing jadi kemungkinan mereka orang dekat sini

Aku terus mencarinya sampai akhirnya secercah harapan muncul ketika aku bertemu dengan orang dipinggir jalan

"maaf nama saya Juni, apakah anda tahu ibu bernama Rasih?" kataku pada ibu itu

"Rasih siapa ya, disini banyak yang bernama Rasih, mungkin bisa beritahu saya nama lengkapnya?"

"maaf saya tidak tahu nama lengkapnya"

Lalu aku teringat bahwa wajah anaknya bu Rasih sama seperti Panji yang fotonya aku bawa, lalu aku menunjukkan foto Panji pada ibu itu

"oh iya foto anak ibu itu seperti ini" kataku sambil menunjukkan foto Panji yang saat berusia 5 tahun itu

"sebentar akan saya ingat-ingat, oh ini anaknya bu Rasih Latni namanya Lian, jadi bu Rasih ini yang anda cari"

Jadi nama anak ibu Rasih adalah Lian "iya bu"

"anda lurus saja dari sini lalu ada di perempatan belok kiri kalau ada gang masuk lalu rumah keempat dari kiri adalah rumah ibu Rasih Latni, kalau masih belum yakin bisa tanya tetangganya"

Aku lalu tersenyum "terima kasih bu, saya akan segera kesana, saya pamit dahulu"

"iya sama-sama"

Kemudian kami berpisah aku lalu berjalan lurus, matahari begitu terik siang itu, hingga akhirnya sampai di perempatan

"sudah sampai diperempatan saatnya belok kiri lalu masuk gang"

Lalu aku masuk gang dan menghitung rumah dari kiri, setelah sampai di rumah keempat aku langsung mengetuk pintu, lalu seseorang membukakan pintu

"siapa ya?" kata suara dari dalam rumah

Setelah pintu dibuka dan ternyata itu benar rumahnya bu Rasih tapi aku harus memastikannya

"apakah benar ini rumah bu Rasih?"

"iya benar"

"ini saya Juni ibu yang waktu itu"

"oh ibu yang mengira anak saya adalah anaknya, iya iya saya ingat. Lalu ada perlu apa anda kemari?"

Lalu aku menunjukkan foto anakku yang telah meninggal pada bu Rasih

"anak ibu memiliki kemiripan seratus persen dengan anak saya" kataku

Seketika bu Rasih langsung tertawa

"dari mana ibu mendapatkan foto anak saya, jangan mengada-ada" katanya

"coba ibu cek apakah ada foto anak ibu yang seperti ini"

Lalu aku menunjukkan fotoku dengan Panji, seketika bu Rasih berhenti meremehkan dan mulai berkeringat dingin

"silahkan masuk, mari kita bicara, saya ingin tahu lebih banyak tentang anak anda"

"baik"

Lalu aku dipersilahkan masuk oleh bu Rasih lalu kami duduk di sofa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang