Halo semua! Maaf sebesar-besarnya karena menunggu sangaatt lama.
Cerita ini sudah hiatus 1 thn. Terimakasih yg masih setia menunggu, hiks.
Sebelumnya aku udh bilang kalau cerita ini gak akan makan banyak chapter dan (mungkin) akan segera selesai.
Selamat membaca :)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
"Jennie, kau mau jadi kekasihku?"
Lisa membuka matanya, melihat ke arah jam yang masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Dia tertidur saat mengerjakan tugas yang setiap hari semakin banyak saja. Rambutnya berantakan, dia menyisir dengan jarinya. Buku-buku yang terbuka dia tutup lalu di tumpuk menjadi satu. Helaan napasnya keluar sambil menyandarkan diri di kursinya.
Itu sudah satu setengah tahun yang lalu.
Ternyata cukup lama dan Lisa masih belum bisa melupakannya. Bahkan perasaannya ini makin kuat saja.
Melihat ke sekeliling kamar, Lisa sudah merenovasi kamarnya agar bisa merubah suasana hatinya sejak hari itu tapi ternyata itu tidak memberikan efek apa-apa.
Teman.
Mungkin mudah untuk Jennie, tapi tidak mudah untuk dirinya. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat jika hanya sebatas itu. Lisa tahu risiko yang akan dia hadapi tapi kenapa masih saja di berani mengatakannya pada Jennie. Andai hari itu tidak pernah ada mungkin Lisa tidak akan memiliki gangguan tidur selama satu setengah tahun belakangan.
Jatuh cinta itu merepotkan, ya?
Tidak-- tidak akan merepotkan jika keduanya bisa bersama. Tidak akan merepotkan jika keduanya menerima satu sama lain. Tidak akan merepotkan jika keduanya berani memulai. Tapi sayangnya itu tidak berlaku untuk mereka berdua.
Lisa beranjak untuk mengambil minum dan beberapa camilan yang dia simpan di kulkas mini miliknya. Coklat di tengah malam mungkin buruk untuk beberapa orang tapi Lisa tidak peduli, suasana hatinya harus membaik.
Kembali dia melirik buku-bukunya yang sudah rapih. Terpikir untuk membukanya lagi dan melanjutkan mengerjakan tugasnya tapi kembali dia urungkan, itu hanya akan membuatnya semakin stress. Tapi selama ini belajar bisa mengalihkan perhatiannya dan juga itu adalah janjinya pada diri sendiri.
Janji untuk menjadi nomor satu.
Walau mungkin tidak akan mudah tapi Lisa tidak akan pernah menyerah sebelum sampai batas waktunya. Lisa pasti bisa, dia yakin. Tapi malangnya sejauh ini dia belum pernah bisa menjadi nomor satu, itu kembali membuatnya stress.
Berapa banyak lagi buku yang harus dia baca? Berapa banyak waktu yang harus tersita hanya untuk belajar. Dia butuh waktu untuk senang-senang, kalau begini terus dia bisa mati muda.