Hi, Jennie -2-

1K 189 104
                                    

"ROSEANNE PAAAARRRK!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ROSEANNE PAAAARRRK!!!"

Suara itu terdengar sampai ke kamarnya. Padahal si pemilik suara masih berada di luar rumah. Tentu saja siapa lagi kalau bukan Lisa Manoban. Rosé tahu jika Lisa sudah berteriak seperti ini pasti dia sedang ada dalam masalah.

Rosé kembali menarik selimutnya, dia memasang penyumbat telinga lalu kembali tidur. Hari ini dia tidak ada jadwal kuliah.

'Brakk!'

"ROSEANNE PAAAAARRRKKK!!!"

Rosé melempar bantal tepat ke wajah Lisa. "Aku bisa mendengarmu, sialan! Jangan berteriak di telingaku!" Padahal dia masih memakai penyumbat telinga tapi suara masih terdengar. Sial, telinganya sakit.

"Ada apa!" Dia bertanya ketus, tidurnya terganggu.

"Ini masalah besar, Rosie! Aku harus bagaimana?!" Lisa mengacak-ngacak rambutnya seperti orang gila.

"Masalah apa? Tunggu, kenapa dengan pipimu itu?" Rosé melihat pipi kanan Lisa yang merah, sangat kontras dengan warna kulitnya. Gadis yang di tanya memasang wajah memelas, pasti dia melakukan sesuatu yang bodoh, tanpa pikir panjang. Rosé sudah sangat hapal dengan sifat sahabatnya yang satu ini.

"Soal Jennie?" Rosé bertanya dan Lisa mengangguk. Rosé menghela napas, ini pasti akan memakan waktunya.

"Ceritakan."

Sesuai dengan perintah sahabatnya Lisa menceritakan apa yang terjadi di kampus. Tindakan bodohnya itu membuat Jennie menamparnya dengan keras, gadis itu juga langsung tanpa mengucapkan apa pun. Lisa masih tidak mengerti dengan dirinya sendiri kenapa dia bisa melakukan hal itu.

"Jennie pasti semakin membencimu."

"Jangan bilang seperti itu!"

"Kenapa? Memang benar kan?"

"Ah sudahlah!" Lisa merebahkan diri di kasur. Dia sudah tidak bisa berpikir lagi sekarang. Entah bagaimana besok dia harus menghadapi Jennie. Seperti biasanya saja mereka tidak pernah bicara lalu sekarang malah membuat masalah. Akan semakin buruk dirinya di mata Jennie.

Entah kenapa memikirkan hal itu membuat hatinya nyeri.

"Rosie, apa aku seburuk itu?"

"Ya, kau sangat buruk."

Lisa memukul paha Rosé cukup keras. "Seharusnya kau menyemangatiku bukan malah menjatuhkanku!"

"Kenyataannya memang seperti itu, bodoh! Kau menyinggung perasaannya pada saat kalian pertama kali bicara dan sekarang lihat, apa yang sudah kau lakukan?"

Lisa menggigit bibir bawahnya, mengingat kejadian yang terjadi di perpustakaan.

"Lihat, otak mesummu bekerja. Kau pasti merencanakan ciuman itu."

"Hei, tidak! Itu sama sekali tidak di rencanakan. Itu mengalir begitu saja."

"Kau pikir aku percaya?" Rosé melipat tangannya. Dua mengenal Lisa cukup lama tidak mungkin kalau sahabatnya ini tidak merencanakan ciuman itu. Untuk seorang Jennie Kim tidak mungkin Lisa menjadi sangat lemah kan?

Hi, JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang