2

411 60 8
                                    

Semua isi cerita berasal dari sudut pandang 'aku' alias main cast kita, Kim Sunoo.


Menyiapkan peralatan dan melakukan soundcheck adalah hal-hal yang tidak mampu aku lakukan, jadi aku memilih untuk berurusan dengan backstage.

Aku memastikan buffet dinner tersaji rapi sehingga para priaku dapat makan sebelum mereka tampil malam ini. Kemudian aku mengecek list grup fans 'istimewa' yang rela membayar tinggi pada agensi hanya untuk pertemuan singkat dibelakang panggung. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan, yang semuanya berharap untuk dapat berakhir di ranjang setidaknya salah satu dari anggota The Hype.

Aku membenci mereka, lebih tepatnya membenci cara kotor yang mereka lakukan demi menemui para priaku, aku hanya memberi tatapan meremehkan kearah mereka sebagai gantinya.

Tenang saja, mereka juga membenciku. Lebih membenciku malah. Karena siapapun yang menjadi penggemar The Hype pasti tau bahwa hanya akulah sosok paling istimewa bagi semua anggota band.

Aku memastikan para fans fanatik itu tetap menempati area yang disediakan untuk mereka dibelakang panggung. Dimana para staff guard mengawasi mereka laksana elang, menghimbau salah satunya masuk ke ruang ganti untuk sebuah quickie sex atau lebih parahnya mencari ketenaran karena telah berhasil membunuh seorang personil band terkenal.

Aku berjalan keruangan Artist, memastikan para priaku sudah diurus dengan baik. Aku lega ketika melihat mereka makan diruangannya. Begitu pula dengan Sunghoon, walau dia tetap membuatku menggelengkan kepala saat melihatnya lebih memilih minum beer kaleng dibanding air putih.

Aku mengambil kaleng itu dari tangannya, menggantinya dengan sebotol air dan berbalik untuk melihat apakah yang lain membutuhkan sesuatu.

Ketika mereka selesai makan, aku membuang piring mereka ke tempat sampah dan memastikan bahwa mereka telah memegang sebotol air mineral. Mereka butuh banyak cairan karena sebuah konser sudah pasti menguras energi, terutama Heeseung yang bernyanyi sambil berlari diatas panggung.

Aku menatap mereka satu persatu, menikmati ketampanan mereka masing-masing.

Sunghoon dan Jake dengan rambut cokelat gelap dan mata hitam besar. Mereka begitu tampan dengan struktur wajah yang tegas dan tubuh skinny namun berotot yang ditutupi kaos hitam.

Jay dengan kepala dark raven-nya, serta mata tajam yang bisa berubah sesuai emosinya. Dia besar, dengan semua ototnya yang membuncah keluar, membuat fans maupun non-fans terkagum-kagum, yang entah bagaimana dapat memainkan drum dengan begitu lancar dengan otot-otot lengannya itu.

Untuk beberapa menit lamanya aku membiarkan mataku menatap Heeseung. Tipe suaranya yang clean dan angelic sukses menggaet banyak penggemar terutama dikalangan perempuan. Sepasang mata bambi yang teduh mampu menghipnotis siapa saja. Tubuh skinny berotot dengan proporsi wajah yang membuat para Dewa menangisi hari kelahirannya.

Tubuhnya yang sedikit lebih tinggi dengan para anggota band yang lain menjadi daya tariknya yang kesekian. Sangat banyak perempuan yang mengatakan bahwa seorang Lee Heeseung mampu menyulut gairah mereka, bahkan hanya dengan mendengarnya berbicara.

“Jadi yang mana malam ini? Pirang, cokelat atau rambut merah?” Aku bertanya sambil menaikkan alisku, tak lupa senyum tipis dibibirku.

Jake menyeringai kearahku dari sofa tempatnya berbaring. “Aku akan mengambil masing-masing satu dari mereka.”

Aku memutar mataku malas, dari mereka berempat, Jake adalah player. Membawa satu persatu dari tiap tipe perempuan yang menurutnya menarik adalah hobinya.

𝑺𝒂𝒏𝒄𝒕𝒖𝒂𝒓𝒚 • 𝑯𝒆𝒆𝒔𝒖𝒏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang