4

210 42 3
                                    

Disini ‘aku’ adalah main cast kita, Kim Sunoo.

Dengan cairan yang terus masuk kedalam tubuhku, aku mulai merasa lebih baik. Tapi perutku masih terasa tidak enak. Aku ingin tau apa yang membuat dokter begitu lama, khawatir sesuatu yang melampaui imajinasi terliarku tentang apa yang salah denganku.

Ni-Ki masih mencoba untuk menelepon para priaku. Tapi sejauh ini, ia belum berhasil menjangkau salah satu dari mereka.

Seorang perawat mengatakan kepadanya untuk keluar jika ingin menggunakan ponsel, dan aku belum melihatnya lagi lebih dari sepuluh menit. Punggungku rasanya mati rasa karena harus berbaring terus selama satu jam tanpa bergerak. Meskipun aku sangat ingin tidur, tapi tubuhku tidak cukup santai untuk melakukannya.

Pintu ke ruang pemeriksaanku dibuka, dokter berbeda dengan yang tadi muncul dengan senyuman, seorang perawat di belakangnya mendorong sebuah mesin besar dan aku bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan padaku.

Melihat ketakutan di mataku, dokter itu dengan cepat menjelaskan, “Tidak apa-apa, ini hanya mesin untuk melakukan USG.”

“Kenapa harus USG? Bukankah itu hanya untuk orang hamil?”

Dokter mengangguk, “Sebagian besar, ya. Tapi ini juga digunakan untuk hal-hal lain. Setelah mendapatkan hasil pemeriksaan darah, kami menemukan alasan rasa sakit anda dan itu membutuhkan sedikit pemeriksaan lebih lanjut.”

“Jadi apa yang terjadi? Apa yang salah denganku?” Aku berujar gugup.

“Kita akan mengetahuinya setelah pemeriksaan lebih lanjut.” Dokter itu tersenyum, “Dilihat dari gejalanya, tampaknya Kim Sunoo-san sedang hamil.”

Aku yakin bahwa aku sedang berhalusinasi.

Tidak tidak TIDAK!

Aku menggeleng panik, “Hal itu tidak bisa terjadi. Periksa lagi. Hasil tesnya pasti salah.”

Dokter pria itu mengerutkan dahi melihat reaksiku, namun kemudian ia berbicara dengan suara menenangkan, “Mari kita lakukan USG. Dengan begitu, kita dapat menentukan apakah hasil pemeriksaan darah yang salah.”

Monitor jantung yang melekat pada dadaku berbunyi nyaring. Jantungku berdetak kencang dengan rasa ngeri, ketakutan, dan kekhawatiran.

Ini seharusnya salah. Harus.

Tolonglah, biarkan ini salah. Jika tidak, hidupku dengan para priaku akan hancur. Mereka tidak akan pernah percaya padaku lagi.

“Okay.” Suaraku bergetar, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Seorang perawat perempuan bergerak ke sisi kanan tempat tidur dan tersenyum kearahku sementara dokter menghidupkan mesinnya.

“Kapan periode terakhirmu, sayang?” Tanyanya lembut. Dia perawat yang cantik, mungkin di usia akhir tiga puluhan. Ada sebuah cincin berbatu besar di jari manisnya dan sedikit benjolan kecil dibalik seragam perawatnya, mengatakan bahwa dia juga hamil.

Aku mencoba mengingat kapan periode terakhirku. Aku bukan lelaki carrier yang paling teratur. Aku tidak benar-benar peduli untuk mengingatnya. Hidupku begitu sibuk hingga ketika periodeku muncul, aku hanya harus melanjutkan hidup.

“Aku tidak pernah teratur.” Kataku jujur, “Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku mengalaminya.”

Dokter disebelahku mengangguk, “Tidak apa-apa.”

Dokter itu mengetik sesuatu ke dalam mesin besar tadi, kemudian perawat yang sudah berdiri disebelahku menarik bajuku keatas, juga menarik celana jeans dan panties-ku turun sedikit. Menuangkan gel di perutku yang secara mengejutkan terasa dingin, ia menekan sebuah alat ke perut bawahku.

𝑺𝒂𝒏𝒄𝒕𝒖𝒂𝒓𝒚 • 𝑯𝒆𝒆𝒔𝒖𝒏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang