5

371 48 13
                                    

Disini ‘aku’ adalah main cast kita, Kim Sunoo.

Cahaya temaram masuk melalui jendela dengan tirai putih khas rumah sakit. Aku mengerang merasakan sinar matahari mengganggu mataku dan berbalik memunggungi jendela, tidak ada yang aku inginkan selain kembali tidur.

Rasa sakit dilenganku karena terlalu banyak bergerak membuatku membuka mata, aku tidak bisa menggerakkan lenganku leluasa karena dihalangi selang IV.

Runutan kejadian malam sebelumnya datang kembali kedalam pikiranku, aku mengelus perut bawahku yang ditutupi pamaja rumah sakit. Bayi perempuanku ada disana, bergelung nyaman dalam perutku.

Dengkuran berat disekitar ruangan membuatku mengangkat kepala. Para perawat jaga sukses dibuat jengkel sekaligus senang ketika aku dimasukkan ke dalam ruang inap privat kemarin malam.

Beberapa dari mereka adalah fans The Hype, sedangkan yang lainnya hanya kagum karena ada selebriti terkenal digedung yang sama dengan mereka.

Kasur tambahan dibawakan tanpa harus meminta, bersama dengan bantal dan selimut. Membuat keempat priaku tidur berjejer diruang inapku seperti orang mati.

Dengan senyum bahagia di bibir, aku meraih tangan yang berbaring paling dekat denganku. Jay tersentak ketika aku menyentuh tangannya, “Sunny?

“Aku masih disini.” Aku meyakinkannya.

Dia menggosokkan tangan pada wajahnya, “Aku butuh kopi.”

“Kita berdua membutuhkannya.” Heeseung bergumam dari kasurnya, berjalan ke sisi kananku. Ia menggeliatkan lehernya ke kiri dan kanan, berusaha untuk memelemaskannya.

“Aku akan pergi mencari kopi.” Dia berdiri dan mendaratkan sebuah ciuman di keningku, “Butuh sesuatu, baby?

“Sesuatu yang dingin dan rasa jeruk?” Ujarku.

“Aku akan segera kembali.” Dia berjanji dan menciumku keningku sekali lagi.


Sunghoon dan Jake sudah bangun ketika Heeseung kembali dengan kopi dan minuman dingin untukku. Ia benar-benar menepati janjinya.

Membawakan segelas orange soda dengan es batu didalamnya, rasanya seperti surga untuk indra pengecapku. Aku meneguk setengahnya sebelum berhenti dan bersendawa. Para priaku menertawakanku karena aku bisa bersendawa lebih baik dari mereka semua.

Tak berapa lama, seorang perawat masuk tanpa mengetuk. Sebuah iPad ditangan kiri, dan sebuah meja besi ditarik bersama dengan tangan lainnya.

"Anda keliahatannya sudah boleh pulang, Sunoo-san.

Aku mendesah lega, “Ahhh, terima kasih.”

“Biarkan aku memeriksa tekanan darah dan suhu tubuh anda.”

Perawat itu meletakkan sebuah manset pada lenganku yang tidak terinfus, dan termometer dibawah ketiakku. Sambil menunggu untuk mengetik tanda-tanda vital di iPad, ia melirik kesekelilingnya, “Kalian tidak apa-apa melihat darah?”

“Ya.” Jay meyakinkan perempuan itu, “Memangnya apa yang akan anda lakukan?”

“Saya harus mengambil selang infus dilengan Kim Sunoo-san. Jika kalian tidak bisa melihat darah, saya sarankan untuk keluar sampai Sunoo-san selesai dibalut.”

Aku memandang cepat pada Jake, “Mungkin kau harus pergi untuk membeli kopi.” usulku. Tanpa harus di suruh dua kali, Jake langsung keluar dari ruangan.

Perawat itu tertawa sambil menarik manset dari lenganku, mengetik beberapa hal di iPadnya kemudian meraih lenganku yang berinfus.

Aku tidak bisa menahan rengekan selama perawat menarik plesterku hingga terlepas, menggerakkan pelan-pelan jarum keluar dari pembuluh darahku dan menambal bekas tusukannya dengan kapas kecil.

𝑺𝒂𝒏𝒄𝒕𝒖𝒂𝒓𝒚 • 𝑯𝒆𝒆𝒔𝒖𝒏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang