Hari ini sepupu laki-laki Yuna dan Jeno sedang menginap di rumah mereka untuk beberapa hari kedepan.
Bertambahnya satu orang dalam rumah itu menambah kegaduhan suara teriakan anak-anak remaja yang asik bermain, terutama di malam hari.
"Jeno, Yuna, Bunda sama Ayah pergi dulu, ya? Kalian jaga rumah," ucap Yerin sang ibunda.
"Jaemin, om titip mereka berdua, ya? Tolong jagain biar mereka gak berantem," ujar Jaehyun.
"Siap om!"
"Kok aku yang dititipin ke Jaemin? Perasaan aku yang lebih tua," ujar Jeno tidak menerima.
"Elah, cuma beda 4 bulan Jen."
"Udah-udah! Kita pergi dulu, ya? Jaga rumah ya sayang?" Yerin mengecup kening putrinya lalu beranjak keluar dari rumah.
"Bye-bye Bunda!"
Usai mengunci pintu utama, tersisa tiga anak remaja di dalam rumah. Yuna langsung pergi meninggalkan dua lelaki yang lebih tua darinya itu menuju kamarnya di atas.
"Jaem, gue mau cabut, nih! Lu gak usah cepu, ya?"
Jaemin menyilangkan tangan di depan dada, "imbalan buat gue apa kalo gue tutup mulut?"
"Tuh! Ada di atas."
Laki-laki berkaca mata bulat itu mengangkat aslinya sambil tersenyum tipis, "beneran?"
Jeno mengangguk, "iya, gue tau lu ngincer adek gue dari dulu, 10/10 sumpah!"
"Sial, udah nyicip duluan lo? Oke lah! Silahkan pergi."
"Sip, thanks bro! Selamat bersenang-senang."
Setelah Jeno pergi dari rumah, kini tersisa Jaemin dan Yuna di dalam rumah itu. Ia sudah memikirkan apa saja yang akan ia lakukan pada adik sepupunya, mengecup bibir manisnya, mencium tubuhnya dari ujung ke ujung, memainkan payudaranya, dan tentu saja kewanitaannya.
"Aghh..., sial Lee Yuna."
Celananya mulai sesak hanya dengan memikirkannya, apa lagi jika melakukannya secara langsung. Jaemin beranjak menuju kamar si gadis, ia mengetuk pintu lalu masuk setelah diberi izin.
"Kenapa, kak?"
Mata Jaemin membelalak ketika melihat Yuna tengah duduk di depan meja riasnya mengenakan celana pendek, memperlihatkan paha mulusnya yang sepucat susu, membuatnya ingin menambahkan warna merah sekujurnya.
"Kak?" panggil Yuna kedua kalinya, menyadarkan kakak sepupunya.
"Hm? Maaf, ini kakak bawa kesukaan kamu," Jaemin mengeluarkan permen karamel dari saku celananya.
Permen itu merupakan permen favorti Yuna yang selalu Jaemin bawakan ketika berkunjung ke rumahnya. Itulah yang menjadikan lelaki tersebut sebagai sepupu kesukaannya.
Yuna tersenyum lebar melihat permen di tangan Jaemin. Laki-laki itu berjalan mendekati keberadaan Yuna, ia membuka pembungkus permen lalu menyuapi adik sepupunya.
"Hehe, makasih kak!"
Yuna memeluk lelaki di hadapannya walau hanya sebatas perutnya. Jaemin mengelus kepala gadis itu sambil tersenyum tipis.
"Sama-sama, cantik."
Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya, menekan kepalanya dalam perut Jaemin. Namun, bukan hanya itu yang ia tekan, melainkan milik Jaemin yang sudah tegang itu ikut terkena badan Yuna.
Dianya mengambil napas panjang sembari menggigit bibir dan memejamkan mata. Yuna merasa ada sesutau yang menusuk-nusuk dadanya, ia menyadari itu adalah penis kakak sepupunya yang menegang. Dengan sengaja ia bergerak naik sedikit, menggesek tonjolan itu dengan payudaranya.