Prolog

6.7K 462 36
                                    

Kim Seokjin tersenyum melihat foto kelulusan putranya, tidak terasa Jimin sudah beranjak dewasa. Setelah ditinggal suaminya tiga tahun yang lalu Seokjin hampir merasa putus asa karena kehilangan sosok pendamping yang dia sayangi, seseorang yang selalu membuatnya tersenyum dan memberi semangat setiap harinya terasa berat.

Kemarin Jimin baru saja berulang tahun yang ke 16 tahun, dan Seokjin sangat bersyukur Jimin tumbuh sebagai anak yang manis dan pintar. Dia selalu mendapat prestasi disekolahnya, membuat Seokjin begitu bangga pada putra tunggalnya.

"Jeon Junghyun, apa kamu disana juga bangga melihat putra kita?" Seokjin mengusap air matanya, dan memeluk figura foto suaminya.

Drrrtt

Seokjin tersentak saat mendengar getaran ponsel yang dia taruh diatas meja makan, segera dia beranjak dari sofa ruangan tamu dan melangkah mendekati meja makan.

Senyumnya tercetak saat melihat nama seseorang yang beberapa tahun ini merantau dinegara orang. Tanpa membuang waktu, Seokjin menjawab panggilan tersebut.

"Hallo"

"Hallo Kak Seokjin, ini aku Jungkook"

"Kakak pikir kamu sudah melupakan kami disini"

"Ah kakak, jangan berlebihan. Mana mungkin aku melupakan kalian"

"Buktinya kamu tidak pernah menghubungi kami lagi"

"Aku disini hanya fokus pada studiku, kak"

"Jadi sekarang apa kamu masih menetap disana?"

"Aku sudah wisuda, besok aku akan pulang ke Korea"

"Kakak senang mendengarnya, Jungkook"

"Apa kakak masih sudi menampungku dirumah kalian?"

"Jungkook, kamu tidak usah sungkan. Kamu masih kakak anggap sebagai adik sendiri, rumah ini akan selalu terbuka untukmu"

"Terimakasih kak Seokjin"

"Kakak dan Jiminie akan menunggu kedatanganmu, Jungkook-ah"

"Aku akan datang sendiri kak, tidak perlu menjemputku di bandara"

"Baiklah kalau itu mau mu"

Seokjin tersenyum setelah memutuskan sambungan telpon dari adik iparnya. Dia adalah Jeon Jungkook, adik angkat dari mendiang suaminya Jeon Junghyun. Setelah suaminya meninggal, Jungkook memutuskan untuk pergi melanjutkan studinya di negara Eropa.

Sebelum suaminya meninggal, Jungkook sudah tinggal bersama mereka. Ibu dan ayah Junghyung sudah mengangkat Jungkook saat dia masih kecil, walau hanya anak angkat tapi Jungkook sangat disayangi oleh keluarga Jeon. Hingga kedua orang tua mereka meninggal, dan Junghyun menikah dengan Seokjin. Junghyun mengajak Jungkook tinggal bersama mereka dirumahnya, dia tidak akan meninggalkan apalagi menelantarkan adiknya sendiri dirumah orang tuanya.

Beruntung Seokjin adalah pria yang baik, dia menerima Jungkook seperti adiknya sendiri. Junghyun merasa beruntung memiliki Seokjin, karena dia adalah sosok yang tulus mencintainya dan keluarganya.

Beberapa tahun kemudian lahirlah seorang putra dari Seokjin dan Junghyun, memang Seokjin memutuskan untuk melakukan operasi penanaman rahim agar dia bisa memiliki anak. Tentu saja Junghyun mendukung keputusan Seokjin, dia sangat mengharapkan mempunyai anak dari benihnya sendiri.

"Kenapa bayi kita sangat cantik? padahal dia adalah laki-laki"

Seokjin tersenyum mendengar ucapan Junghyun. "Dia meniruku"

"Sepertinya begitu sayang"

Mereka memberi nama pada anak itu ialah Jeon Jimin, dia tumbuh menjadi sosok yang indah, lucu dan juga ceria. Senyum manisnya membuat siapa saja yang mengenalnya menyukai Jimin.
Begitu juga teman-teman disekolahnya, selalu memberikan coklat padanya hampir setiap hari.

"Ini uncle"

"Apa?"

"Tidak tau, ada yang memberikan coklat ini dilaci Jimin. Coklatnya banyak sekali, Jimin tidak mau sakit gigi"

Jungkook terkekeh dan mengusap surai keponakannya, tentu saja dia paham dengan situasi ini. Jimin adalah anak yang manis, dia juga sopan dan ramah pada siapa pun. Tidak salah kalau teman-teman disekolahnya menyukai Jimin. Dia malah bingung dengan Jimin yang merasa terganggu dengan hadiah yang diberikan teman-temannya, bukankah seharusnya Jimin senang? Apalagi Jungkook tau Jimin sangat menyukai coklat.

"Baiklah, terimakasih ya Jiminie. Uncle akan memakannya" Jimin hanya mengangguk dan kembali ke kamarnya.

🍂

Jimin merasa bersalah dengan perasaannya yang begitu aneh, mungkin dia hanya menganggap Jungkook sebagai pengganti sosok ayah baginya. Namun lambat laun dia menampis itu semua, perasaannya pada Jungkook lebih dari itu. Suatu hari Jungkook membawa teman wanitanya kerumah, hati Jimin sangat sakit melihat wanita tersebut bersikap manja pada unclenya. Tentu saja Jimin merenungi perasaannya yang dia rasa sangat tidak patut untuk dia rasakan, tidak mungkin dia menyukai unclenya sendiri? Menyukainya sebagai pria dewasa? Jimin menganggap dirinya sudah gila.

Saat Jungkook memutuskan untuk kuliah di negara Eropa, Jimin sangat sedih. Karna setelah ayahnya meninggal, Jungkook yang menjadi teman dan pengganti sosok ayah untuk Jimin juga pergi meninggalkannya. Apa ini pertanda agar Jimin harus melupakan perasaanya yang tak semestinya harus dia rasakan?

🍂

"Kata orang cinta itu indah, tapi saat aku mulai jatuh cinta kenapa terasa menyakitkan? Ternyata cinta yang indah adalah kata-kata omong kosong."

Hallo, setelah sekian lama book uncle Jeon ini menghilang dari wattpad  sekarang sudah tersedia di PDF. 

Happy reading..

Uncle Jeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang