Prolog

58 2 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Vania membuka matanya yang terasa berat dan hanya bisa terdiam heran menatap sekitarnya.

"Ini dimana?" Sebagai seseorang yang merasa dirinya selamat dari kecelakaan tentu saja ia bingung mengapa ia bukan bangun di rumah sakit melainkan..

"Ayo Regha!!"

"Go Kevan go!"

Ini arena balap! Vania masih ingat jelas bagaimana sekaratnya ia karena tertabrak truk di belakangnya. Lalu mengapa ia bisa ke sini?

Tin tin!

Matanya mengernyit menatap cahaya silau dari dua kendaraan yang melaju kencang. Sial, apakah ia akan mati dua kali? Mengapa takdir hidupnya begitu menyedihkan? Padahal ia hanya ingin perhatian dari kakaknya. Tangan Vania menutupi cahaya dari dua kendaraan itu.

Setidaknya ia harus melindungi wajah cantiknya! Iya, harus! Vania sudah bersiap akan kemungkinan terburuk, tapi kedua motor itu justru menghindarinya dan sama-sama jatuh ke aspal.

Vania hanya bisa meringis menatapnya. Itu pasti sakit. Lagian siapa suruh kebut-kebutan di jalan?

"Brengsek!" Umpatan itu keluar bersamaan dengan seseorang yang melepas helm full face yang melindungi kepalanya.

Wajahnya.. sangat tampan. Vania bisa jamin cowok itu blasteran tapi lebih dominan lokal.

"Cewek sialan, ngapain lo di sini, hah?!" bentak cowok tampan itu. Matanya menghunus tajam pada Vania yang kikuk dan takut.

Apalagi saat cowok itu mendekat dengan langkah kaki yang bagaikan suara langkah malaikat maut Vania. Vania memejamkan matanya.

"Jadi ini cara lo curang?" celetuk sebuah suara berat yang asalnya dari belakang mereka. Suara yang mungkin akan selalu Vania ingat dalam hidupnya.

"Diem, sialan! Gue sama sekali gatau dia bakal ada di sini!" tunjuk cowok blasteran itu marah. Satu pemuda lain hanya menatap datar. Vania membuka sedikit matanya dan langsung bertatapan dengan iris hitam misterius milik si pemuda lain itu.

Ada apa dengan tatapan mata itu? Mengapa Vania begitu terusik.

"Akui kekalahan lo, Kevan. Gak usah coba membodohi gue."

Sebelum pemuda blasteran bernama Kevan itu menjawab, Vania keburu menyela karena bingung sekali dengan situasi yang ada.

"Maaf mas-mas saya benar-benar bingung kenapa kalian berantem."

Ucapan bodoh yang memicu kekesalan Kevan.

*****

Yuk cek ombak, lanjut gak nieh??

IRIDESCENT (new version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang