16. Cepat pulang Caska...

6.2K 579 19
                                    

A/N : palaku puyeng Sesuai dengan judul diatas. Jadi sayang kalau gak komen

***

Jea tidak ikut arisan keluarga kali ini. Selain karena ingin istirahat, Jea juga tidak mau mendengar ucapan-ucapan buruk dari keluarga tentangnya. Meski Jea orangnya cukup kebal dengan perkataan orang lain.

Namun kondisinya yang sedang hamil muda membuatnya sensitif dan mudah terbawa perasaan. Takutnya emosi Jea tidak bisa terjaga dan terjadilah keributan.

Untuk saat ini Jea tidak mau memikirkan hal-hal yang bisa merusak ketenangannya. Sehingga Jea hanya bisa memberikan titipan untuk arisan tersebut.

"Istrinya bayu belum hamil ya? Waduh kalah nih sama anaknya Jaelani," sahut Bukde Laksmi.

Dinda, istri Bayu hanya menanggapi dengan senyuman kecil. Sementara Bayu yang sudah punya firasat buruk dari awal hanya bisa menggeleng pelan.

"Jodoh, rejeki, maut sama anak itu sudah ada yang mengatur bukde. Lagian kalau sudah usaha tapi Tuhan memang tidak berkehendak, ya memangnya kenapa?" Celetuk Kak Ayu.

Meskipun Bukde banyak omong, setidaknya Kak Ayu dan Jea adalah orang yang paling tahan dengan nyinyirin bukdenya. Ayu juga yakin pasti setelah ini Bayu sama Dinda akan sedikit ribut karena ucapan pihak yang tidak ingin melihat kebahagiaannya.

Nenek berdehem pelan, "sudah, sudah, kalian ini. Keluarga kita mengadakan arisan itu supaya kalian semua bisa berkumpul bersama, terlepas dari kesibukan kalian."

Nenek menatap satu-persatu wajah yang ada di sana, menyadari kalau mereka kekurangan dua personil, membuat Nenek bertanya-tanya.

"Jea dan suaminya mana?"

Kak Ayu dan ibu terlihat menelan ludah. Kebetulan Ayah dan Pakde sedang membeli dus air di luar. Sebenarnya Kak Ayu mau menjelaskan, tapi kalau sudah dihadapankan dengan Nenek, sepertinya Ayu harus pikir-pikir dulu.

"Aku dengar dia sedang hamil, seharusnya dia datang. Neneknya ini kan mau memberikan ucapan selamat," ujarnya lagi.

"Lho, Ibu tidak tau? Katanya suami Jea kabur," celetuk Bukde Laksmi.

Bukde Wulan yang sebenarnya enggan untuk membahas masalah ini, hanya geleng-geleng kepala. "Bukan kabur bu, tapi hilang. Lagian Mbak Laksmi agak keterlaluan kalau melebih-lebihkan ucapan seperti tadi."

"Kesannya, suami Jea orang yang tidak bertanggung jawab."

Kak Ayu mengangguk setuju, begitu juga ibu. Mana mulut Ibu sebenarnya gatal ingin memaki Bukde Laksmi, namun sengaja menahannya agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.

Bukde Laksmi jelas tidak mau kalah, "Istri sedang hamil, lalu dia pergi begitu saja. Jelas kabur namanya, bukan hilang. Sudah besar pakai hilang segala, memangnya suami Jea itu orang penting?" Balasnya.

"Kita lanjutkan saja arisannya. Jangan terlalu mencampuri urusan orang. Ayo kocok arisan, siapa tau setelah ini aku sama Mas Surya dapat," ucap Hani yang merupakan menantu paling besar di keluarga ini.

Kak Ayu sampai heran sendiri, kenapa rasanya keluarga Ayu ini mirip keluarga yang ada di drama korea yang sering dia tonton? Padahal keluarganya biasa-biasa saja. Hanya Bukde Laksmi yang mengaku paling kaya di sini.

"Sudahi keributan ini, ada banyak hal yang mesti di urus."

Padahal keluarga mereka, termasuk keluarga dengan rata-rata pendapatan menengah, tapi entah kenapa Kak Ayu merasa kalau keluarga ini seperti keluarga konglomerat saja, berusaha menjatuhkan satu dengan yang lain.

Ketika gelas berisi nama-nama anggota keluarga itu mulai dikocok perlahan, sehingga mengeluarkan satu nama yang nantinya menjadi tuan rumah kegiatan arisan keluarga bulan berikutnya. Bukde Laksmi kembali berceletuk.

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang