Chapter 1

723 32 3
                                    

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Genre: Family, Drama, Hurt/comfort, Slice of Life, Romance

Pairing: Naruto & Hinata

WarningTypo(s), Banyak kesalahan, Penuh kekurangan, Kamu bisa memilih untuk 'kembali' dari pada harus terjerumus pada lubang bernama kisah ini.

Liekichi-chan

Proudly Presents

つないだ手

"Bolt, Himawari~ ayo cepat turun. Kalian harus segera bergegas pergi kesekolah."

Jika saja semuanya bisa diputar kembali, mungkin serpihan halus penyebab rasa sakit itu bisa dihilangkan tanpa bekas.

Tapi ini, jangankan untuk mengembalikannya, bahkan untuk menghentikan sesaat saja tidak akan ada yang mampu.

"Iya, ayah. Kami sedang siap-siap."

"Ayah, Hima sedang menyusun roster. Tolong tunggu sebentar."

Waktu terasa sangat berharga ketika ia telah berlalu.

Jika belum, maka lebih banyak orang yang akan tidak peduli padanya.

"Baiklah. Ayah beri waktu lima menit lagi. Kalau belum selesai juga, akan ayah beri hukuman karena kalian tidak disiplin. Kenapa tidak menyusun roster mata pelajarannya tadi malam saja?"

"Habisnya ayah sih, bercerita sangat panjang. Kami sampai kelupaan mempersiapkan keperluan untuk hari ini."

Tangan kokohnya menepuk dahi miliknya pelan. Ternyata benar, dia adalah penyebab keterlambatan pagi ini.

"Hahah ayah jangan marah ya. Tapi Hima senang karena kita bercerita banyak malam tadi."

"Aku juga, yah~"

Dan ketika kalimat itu kembali melantun, hanya senyuman kecil yang bisa dipertunjukkan.

-Chapter 1-

Ciiiiittt

"Ayah, pelan-pelan menyetirnya. Hima takut."

"Hohoho dasar Hima cengeng. Ini keren, tau. Ayah kita kan pembalab. Ayo yah, dengan kekuatan penuh lagi."

Tiiittt

Tiiittt

Keringat di dahinya mengucur deras. Suasana pagi yang harusnya dijalani dengan tenang, kini justru harus pria itu jalani dengan tergesa. Ah, belakangan ini segala sesuatunya memang terasa sangat tergesa baginya.

Tidak seperti kemarin-kemarin.

"Hima, tolong maafkan ayah. Tapi ayah harus ngebut begini supaya kalian tidak terlambat kesekolah." Sesekali biru lautnya memandang cemas pada pahatan mungil bersurai indigo yang tengah duduk dibangku belakang. Dia tahu putrinya ketakutan, tapi dia tetap harus berpacu dengan waktu.

"Iya, tapi Hima takut yah." Permata sebening samudera itu mulai berkilauan bak ditimpa cahaya matahari. Begitu cemerlang.

"Hima, ayolah jangan cengeng begitu. Peluk saja tas sekolahnya erat-erat. Pejamkan matamu ya. Kita akan buat pertunjukan keren hari ini." Bolt – sosok yang paling bersemangat. Sifat yang diturunkan secara genetis dari sang ayah.

Bergandengan TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang