つないだ手
"Kak,tolong jangan banyak berfikir dulu. Tekanan darahmu sangat rendah. Lihat saja wajah kakak sampai kelihatan seperti mayat hidup begitu." Tangan Hanabi bergetar saat memeriksa keadaan kakaknya.
"Aku sedang tidak banyak berfikir, Hanabi-chan. Hanya saja beberapa hari terakhir aku sering merasa sangat pusing."
"Bohong! Sudah kubilang untuk tidak berfikir yang macam-macam dulu kan. Nanti setelah kondisi kakak pulih sepenuhnya, baru kita akan menyelesaikan masalah ini bersama."
Abu-abu rembulannya menatap langit-langit rumah sakit. Pandangannya terlihat sangat jauh.
"Aku ingin Bolt dan Himawari tetap disini." Senyumnannya melemah, lalu air mata mengalir melalui celah matanya. Bahkan ia harus meneguk ludahnya sendiri untuk membasahi kerongkongannya – dan itupun, terasa sangat sulit untuk dilakukan.
Hinata, wanita itu masih terbaring sempurna. Dia masih sangat lemah.
Hanabi hanya bisa memperhatikan kondisi sang kakak dalam diam.
"Kakak tahu sendiri kan, Bolt dan Himawari harus bersekolah. Mereka harus bersama dengan Ayahnya agar ada seseorang yang bisa membantu mempersiapkan keperluan mereka. Mereka harus di pantau dengan baik."
"Maksudmu kakak tidak bisa memantau mereka?"
Nafasnya terdengar berat. Jas putih yang ia kenakan tampak bergoyang asal ketika sang pemilik membuat gerakan yang membingungkan mengikuti irama tubuhnya.
"Bukan seperti itu kak. Kakak kan masih-"
"Aku tidak yakin Naruto-kun bisa becus menjaga anak-anakku." Ucapannya terdengar dingin dan menusuk. Seperti bukan dirinya.
"Kak, berhenti berfikir buruk terus tentangnya! "
"Memang begitu keadaannya."
"KAK!" Hanabi menaikkan nada bicaranya. Biar bagaimanapun kakaknya sudah keterlaluan.
Matanya menatap tajam kearah Hinata yang justru tak menunjukkan ekspresi apapun. Wanita itu masih menerawang sangat jauh.
"Aku ingin mereka berdua. Aku ingin anak-anakku. Aku masih mampu membesarkan mereka dengan tanganku sendiri."
"Kak!"
"Aku mampu, Hanabi!" Ada genangan yang kembali memperkilat pandangan abu abu rembulan yang ia miliki. Kalau kekuatannya bisa pulih sedikit lebih banyak lagi, dia pasti akan menarik paksa Bolt dan Himawari saat akan beranjak meninggalkannya tadi.
Melihat punggung mereka yang berbalik lalu pergi meninggalkannya sendiri lagi diruangan tersebut, rasanya sangat menyakitkan.
"Sebenarnya apa yang sedang kakak bicarakan, hah? Kenapa semakin rumit begini? Tidak perlu memperkeruh suasana, kak! Cukup tunggu sebentar lagi. Auranya sudah mulai tenang, tapi kenapa lagi-lagi kakak berulah?"
"Bukan aku yang berulah, tapi dia yang memulai."
"KAK!" Kembali, hanya kata itu yang bisa Hanabi ucapkan.
Tangannya mengepal sempurna dan gigi-giginya yang saling beradu tidak bisa ia sembunyikan sama sekali. Hinata masih berbicara dengan sangat dingin.
"Jika aku tidak bisa memiliki keduanya, maka salah satu akan ikut bersamaku."
"Apa maksud kakak?"
"Suruh dia memutuskan. Bolt atau Himawari?"
"Hah? Memilih salah satu? Apa-apaan yang kakak bicarakan itu. Bolt dan Himawari akan tetap bersama dengan kedua orangtuanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bergandengan Tangan
Romance--------------------------------------------------------------------- Disclaimer: I'm not the author of つないだ手. I just re-uploaded this story.