Chapter 2

229 21 0
                                    

つないだ手

"Ayah, tolong ajari tugas yang ini ya. Hima tidak mengerti."

"Coba tanya kepada kak Bolt dulu ya. Ayah sedang banyak pekerjaan."

"Kakak bilang dia sedang tidak ingin diganggu karena sangat kelelahan sehabis latihan yah."

"Hah, baiklah. Tapi tunggu sebentar ya. Setelah yang satu ini selesai."

"Apa Ayah akan lama?"

"Tidak, hanya tinggal sedikit lagi saja, putri kecil."

"Yah, Hima sudah mengantuk-"

"kalau begitu, apa Hima boleh menelepon Ibu dan bertanya jawabannya? Ibu pasti tahu jawabannya."

.

.

.

"Ayah, boleh ya? Hima telepon Ibu sekarang ya yah."

.

.

.

"Ayah?"

.

.

.

"Hima, bersabarlah! Ayah bilang ini hanya tinggal sebentar lagi! Kenapa tidak mengerti, hah?"

.

.

.

"Ma-Maaf yah."

-Chapter 2-

"Ya Tuhan, Hi-Hima, tolong maafkan Ayah." Naruto menyesali perbuatannya barusan. Bukan maksudnya membentak putri kecilnya dengan begitu keras. Hanya saja segalanya semakin bertambah kacau dan sangat sulit untuk dikendalikan.

Himawari terlihat sangat terpukul dengan respon yang diberikan oleh ayahnya. Yang bisa ia lakukan hanyalah terisak kecil sambil mengarahkan lengannya untuk menutupi wajahnya. Tubuh mungil itu masih enggan bergerak keluar dari kamar sang Ayah.

Naruto mendekati Himawari dan lantas memeluknya perlahan. Usapan pada mahkota yang selaras dengan milik istrinya terus ia berikan untuk membuat Himawari kembali tenang. Sejak tadi yang bisa dirinya lakukan adalah terus mengucapkan permintaan maaf.

"Hima, tolong maafkan Ayah. Ayah tidak bermaksud begitu."

Gadis itu masih belum menjawab. Masih mengatur nafasnya yang terasa sesak. Ia sesenggukan hebat.

"Hey, putri kecil tidak boleh menangis. Nanti cantiknya akan hilang." Tangan hangatnya mencoba untuk menyingkirkan lengan mungil yang sejak tadi menutupi paras mungil Hima. Air mata Hima mengalir jelas – Naruto menghapusnya perlahan lalu kembali mencoba untuk menenangkan putrinya.

Sesenggukan yang keluar secara alami dari bibir mungil Himawari semakin menambah rasa sakit pada dada Naruto.

"Jangan mengangis lagi ya. Ayah minta maaf."

Bergandengan TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang