03

317 72 13
                                    

"Maksud kamu apa bikin minuman Rosie jadi asin? Kamu tuh bener-bener iseng ya jadi orang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maksud kamu apa bikin minuman Rosie jadi asin? Kamu tuh bener-bener iseng ya jadi orang!"

"Aku cuman bercanda, Ma. Lagi pula itu bukan racun kok, cuman garem dapur doang."

"Kamu tuh ya kalo dibilangin orang tua ada aja jawabannya. Mama ngga mau tau, kamu susul Rosie sekarang, anterin dia pulang dengan selamat."

"Tapi—"

"Ngga ada tapi-tapian ya, Jeka! Susul Rosie terus minta maaf sama dia. Dia barusan keluar, katanya mau naik ojol, mungkin sekarang masih di jalan."

"Yaudah, iya. Jeka susul Rosie."

Jeka menghembuskan napas kasar. Dengan langkah berat ia menghampiri motor kesayangannya.

"Awas aja kalo ketemu. Gue lempar tuh cewe ke rawa-rawa."

***

Rosie tengah berada di sebuah pom bensin. Ojol yang ia pesan baru saja mengisi bahan bakar.

"Ayo, Neng."

Rosie mengangguk. Ia kembali menaiki ojol yang dipesannya. Selama di perjalanan, Rosie merasa ada yang memantaunya. Ia menatap spion motor. Benar saja, ada tiga motor yang terus mengikuti dirinya.

"Pak, lebih cepat ya."

"Iya, Neng."

Sang sopir seolah paham akan perkataan Rosie. Ia berusaha menyalip agar kendaraan di belakang berhenti mengikuti mereka.

Kelihaian sang sopir berhasil membuat mereka tak lagi dibuntuti. Rosie bernapas lega. Sesekali gadis itu menengok ke belakang memastikan mereka benar-benar aman.

"Udah ngga ada 'kan, Neng?"

"Ngga ada, Pak."

Motor yang dinaiki Rosie mendadak berhenti. Gadis itu terkejut mendapati ada motor yang menghadang dirinya.

"Turun!"

"Ngga bisa, ini pelanggan saya."

"Ck! Turun buruan, ini gue."

Orang itu membuka kaca helmnya. Rosie mengernyit heran. Orang yang menghadangnya adalah Jeka.

"Mau apa lagi lo?" ketus Rosie.

"Turun dulu."

"Ngga, gue mau pulang."

"Pak, ini uangnya. Pelanggan bapak sekarang jadi tanggung jawab saya."

Jeka menarik Rosie. Ia membantu Rosie melepaskan helm ojolnya.

"Makasih ya, Pak."

Sopir ojol itu pergi meninggalkan Rosie dan Jeka. Rosie memandang kesal ke arah pemuda itu. Jeka benar-benar membuat ia naik darah.

"Mau apa lagi sih?"

Jeka menghela napas pelan. Ia tidak pernah mengucapkan kata maaf pada orang asing. Haruskah ia mengucapkan itu pada Rosie?

𝙷𝙾𝙼𝙴Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang