"Nggak usah dipandangin gitu mantannya. Udah bahagia tuh sama yang lain." Ucap Renjun menyadarkan.
Haechan hanya berdecak. Sementara tatapannya masih tertuju lurus pada meja panjang di ujung kantin sekolah yang diduduki oleh Sang mantan beserta pacar barunya. "Dih siapa juga yang mau balikan, orang gue mau makan." Balasnya masih saja bertahan di sifat munafiknya.
"Kentara banget lo makan atinya. Apalagi pilih bangkunya deketan gini." Sahut Chenle kemudian. Walau berbeda tingkatan kelas kelas, Chenle masih setia meluangkan waktu istirahatnya bersama mereka dibanding menemani Sang pacar yang sedang latihan basket. Itu karenanya Haechan yang kelihatan sekali gagal move on nya.
"Gue yang lebih dulu claim bangku ini. Emang dianya aja yang ikut-ikutan." Balas Haechan tak mau kalah.
Dulu, saat kabar putusnya Mark dan Haechan sudah ramai di sekolah, banyak anak-anak yang antri deketin Mark. Sampai ketika Mark melabuhkan hatinya pada Jaemin, hari yang disinyalir sebagai Hari patah hati buat semua cowok Neo School.
Mau bagaimana lagi, Jaemin itu ibarat primadona di sekolah ini. Sekelas unggulan sama Mark, favorit para guru, sama orang-orang juga murah senyum. Makannya banyak orang iri sama dia terlebih dua orang sahabatnya itu, Renjun dan Haechan. Kalau Chenle sih biasa saja. Kan dia sudah punya pacar. Jelasnya Jaemin itu target kedengkian buat seluruh kaum jomblo yang berharap diperebutkan cowok-cowok Neo city.
"Eh Mark ngelirik lo tuh?"
Haechan yang seketika panik mendengar seruan Chenle tersebut. Sedikit memandang ke depan, benar sekali Mark sedang memandang ke arahnya. Duh, makin gamon kan.
"Iya, tuh dia jalan deketin lo."
Rasanya dag dig dug gak karuan. Seperti efek pertama pas pedekate hanya saja ini versi yang lebih nyelekit. Kaki dibawahnya bahkan sudah gemetar tak karuan, beruntungnya Haechan begitu pandai mamanipulasi keadaan.
"Echan." Panggilnya. Mark sudah berdiri di depan teman-temannya.
"I-iya..."
"Jangan lupa dukung gue sama Jaemin di pemilihan OSIS nanti."
Mpppfffttt...
Jangan dihiraukan. Itu suara kedua teman biadapnya yang sedang menahan tawa atas aksi kepedean Haechan barusan. Mark menyodorkan brosur pemilihan OSIS tahun ini. Ada fotonya juga foto Jaemin sebagai wakilnya.
"Oh elo beneran nyalon OSIS ternyata?"
Sedikit flashback ke ranah hubungan dulu, dimana Haechan yang melarang Mark mencalonkan diri sebagai OSIS, itu karena Haechan takut tidak punya waktu untuknya. Sekarang dilihatnya Mark benar-benar menyalonkan diri sebagai OSIS begitu pun pacarnya yang menjadi wakil. Luar biasa sekali pasangan ini.
"Haechannya udah gak bisa dukung sepenuh hati yah Mark, kan elonya udah taken sekarang." Sahut Renjun sambil menerima brosur kampanye Mark. Itu karena Haechan yang tiba-tiba nge-bug, gak tau apa yang sedang dipikirin.
"Yang penting doain." Balas Mark masih senyum.
"Doainnya yang gimana, langgeng sama Jaemin atau putus sama Jaem ummppfftt..
Renjun yang langsung dibungkam mulutnya sama Haechan pake beberapa siomay. Aksi memalukan sebenarnya. Dimana satu bulan putus, tingkah Haechannya bukannya makin berkelas malah makin malu-maluin.
"Duluan yah Chan?" Mark seketika undur diri. Tidak ingin berlama-lama karena kekasih manisnya yang sudah menunggu di mejanya.
Sedikit Haechan melirik ke meja itu. Denger-denger memang manis sih, kalem, gak seperti dirinya yang bar-bar kekinian. Jaemin memberikan senyum sapaan begitu pandangannya disadari. Duh, emang bener manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPSS! (MARKHYUK-NOMIN)
FanfictionHaechan yang masih belum terima diputuskan Mark, berniat melakukan sesuatu yang membuat Mark menyesal.