Haechan pusing. Merasa bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan sembrono yang nantinya berujung mempermalukan dirinya lagi. Dia baru saja mengalami masa-masa tenang, tanpa hujatan dan bully sana-sini. Imagenya sudah hancur ketika dia melabrak Jaemin di kamar mandi kala itu. Lalu sekarang dia harus mencalonkan diri sebagai wakil ketua OSIS bersama Jeno. Wah sepertinya hari kiamat memang sudah dekat.
Haechan bisa menduga akan beragam banyak reaksi yang timbul nantinya. Reaksi pertama akan banyak yang menyebutnya tidak punya udel alias tidak tahu malu. Heran, mengapa dia kok kesannya menganggu Jaemin melulu. Padahal memang pencitraan Jaemin saja yang terlalu bagus. Aslinya dua-duanya memang sama-sama kotor.
Reaksi kedua adalah Haechan akan dianggap orang yang gagal move on. Saking cintanya dengan Mark sampai-sampai menolak kenyataan bahwa Mark sudah memiliki gandengan lain. Mark melambung jauh menuju tak terbatas sedangkan dirinya tetap saja zero.
Dan ini adalah reaksi yang paling dikhawatirkan. Reaksi Renjun. Sudah tahu bahwa Renjun itu bencinya setengah mati sama Jeno. Entah hubungan masa lalu apa yang belum selesai, tapi kata Jeno mereka hanya sekedar cinta monyet dan Jeno pun sudah bersumpah selama pacaran dia gak pernah ngapa-ngapain Renjun.
Anda percaya? Tentu saja tidak.
Tapi untuk masalah Renjun ini bisa dikesampingkan sebentar karena anaknya sedang menghadiri lomba debat selama seminggu di luar kota. Seperti prinsip Jeno, jalani saja dulu, soal lain-lainnya pikir saja belakangan.
Alhasil semakin mendekati hari H pemilihan ketua OSIS, Haechan memilih berdiam. Bicara seperlunya tanpa cincong. Jika dalam mode debat dengan Chenle, dia pun memilih mengalah. Sadar bahwa dengan sifat pura-pura kalemnya ini membuatnya semakin cringe. Insentitas komunikasinya dengan Jeno hanya melalui chat malam hari. Haechan tahu, pria itu juga sama sibuknya karena melobby pihak sekolah agar mengizinkan dirinya daftar OSIS.
Sebelumnya ada dua calon yang memang benar-benar fiks mendaftar pemilihan OSIS periode ini. Pertama adalah Mark dan Jaemin, kedua Yohan dan Yeonjun. Dilihat dari besarnya fanbase, Mark sudah pasti pemenangnya. Visi misinya benar-benar bagus, ditambah pencitraan yang mereka bangun dari awal benar-benar luar biasa. Tapi seperti kata Jeno kemarin, tujuan mereka ikut menyalonkan diri bukan saja karena ingin menjadi pemenang, melainkan memberi pelajaran bagi mereka berdua bahwa sampah yang sudah dibuang ternyata masih bisa didaur ulang.
Dia akan membuktikan pada Mark, bahwa dia pun bisa berdiri tanpanya. Dia pun bisa secepat itu move on dengannya walau penggantinya adalah orang macam Jeno. Dan pada detik itu, Mark harus menyesal bahwa mencampakkannya adalah hal yang salah.
****
Dalam persiapan yang dilakukan selalu ada hasil yang diterima. Itu yang menjadi sumber keyakinan Haechan pagi ini. Ia sudah nervous, dan penampilan barunya sama sekali tidak membuatnya cukup percaya diri.
Hari ini adalah hari H dimana orasi dan pemilihan ketua OSIS akan dilakukan. Sebagai persiapan Haechan sudah membeli seragam dan sepatu baru. Rambutnya masih sama dengan tubuh yang tidak ada berubah-berubahnya, malah naik satu kilo. Hasil usaha makan saat stress yang menjadi kebiasaan. Rencananya pemilihan OSIS akan dilaksanakan di jam istirahat. Itu sebabnya ketika jam pelajaran pertama Haechan memilih tidak masuk kelas justru berada di ruangan yang sama dengan Jeno.
"Lo kenapa sih?" Tanya Jeno.
"Grogi."
"Bawa santai aja yaelah?" Haechan melirik sekilas. Berbeda dengan dirinya Jeno justru terlihat santai. Terlampau santai malahan sehingga bisa dengan nyamannya ngemil yupi.
Otot doang gede, cemilannya yupi –Heachan
"Gimana kalau gak ada yang nyoblos?" Dari kemarin hingga sekarang kekhawatiran Haechan berada di pusara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPSS! (MARKHYUK-NOMIN)
FanficHaechan yang masih belum terima diputuskan Mark, berniat melakukan sesuatu yang membuat Mark menyesal.