AIA-9

501 50 8
                                    

Tut... Tut... Tut.... Panggilan terputus begitu saja.

Tenica menjauhkan ponsel dan menatap nomor Henna. Wanita itu sangat susah dihubungi. Bahkan, dia tidak pernah berbicara dengan wanita itu lewat telepon.

"Gue ganti MUA-nya! Nggak peduli lo terima atau enggak!" Tenica meletakkan ponsel dan mencatat di notesbook-nya.

Urusan catering dan pakaian sudah beres. Besok tinggal deal harga untuk hotel. Sedangkan MUA belum dia selesaikan. Padahal, itu hal yang sangat penting.

"Jadi, gimana? Ganti?"

Pandangan Tenica tertuju ke Liv yang mendekat sambil memakan ice cream. "Iyalah," jawabnya. "Basro full booked sampai empat bulan ke depan."

"Gila, sih! Sibuk banget dia."

"Klien kita aja yang dadakan," jawab Tenica sambil membuat list keperluan lain. "Ican besok bakal ikut, kan?"

"Ikutlah. Buat nentuin sekalian dekorasinya gimana." Liv melahap ice cream-nya sambil duduk bersila. "Feji juga gue suruh ikut."

"Bagus. Gue nggak mau dekorasinya bikin fotografer kesusahan. Apalagi, klien minta paket lengkap."

Liv mengangguk. "Terus, mereka masih nggak bisa lo hubungi?"

Tenica duduk bersandar seraya mengambil ponsel. Dia melihat riwayat panggilan, tidak ada dari Nuca dan Henna. "Enggak."

"Orang yang punya duit nggak mau ribet."

"Kalau mereka bukan nggak mau ribet lagi, tapi nggak mau tahu!" geram Tenica. Dia sudah menangani banyak klien. Banyak memang yang tidak mau ribet, tapi mereka sangat mudah dihubungi. Sangat berbeda dengan Nuca dan Henna.

Drttt....

Ponsel di gengaman Tenica bergetar. "Gue tinggal bentar!" Dia berjalan menuju balkon dan mengangkat panggilan. "Pagi, Kak Merisa."

"Pagi, Kak. Ada apa?"

"Tanggal sembilan bulan depan, kosong nggak?" tanya Tenica.

"Kosong. Kenapa?"

"Ini, gue ada acara tunangan." Tenica seketika berbicara santai.

"Oke! Nanti kita ketemu di tempat biasa."

"Thanks, Merisa Sayang!"

Merisa adalah teman SMP Tenica yang sekarang berprofesi sebagai MUA. Dia pernah ikut kelas make up dari MUA terkemuka. Sekarang membuka salon sendiri dan menerima kerja sama dengan beberapa WO. Tenica pernah bekerja sama dengan Mersia, terakhir lima bulan yang lalu. Setelah itu, banyak klien yang menentukan sendiri MUA-nya siapa.

"Berhasil, Mbak?" teriak Liv.

Tenica kembali ke ruang makan dengan senyum lebar. "Udah, Merisa," jawabnya. "Nanti gue ke tempatnya buat konfirmasi."

"Bagus. Semoga cepet kelar, sih!"

"Ya...." Sungguh, Tenica ingin pekerjaan kali ini segera berakhir. Dia mulai lelah menghadapi sepasang kekasih yang tidak kompak itu.

***

Bagi seseorang yang akan menyelenggarakan acara, dua minggu mendekati hari H pasti sedang sibuk-sibuknya. Namun, tidak berlaku dengan Nuca. Sepulang kantor dia masih ada waktu untuk nongkrong bersama temannya. Bahkan, Henna juga tidak menghubunginya untuk persiapan nanti.

"Yang mau tunangan, santai banget."

Nuca baru sampai di restoran tempat nongkrong saat seruan itu terdengar. Dia mendekat ke meja dekat pintu pantry lantas mengambil minuman yang tersaji. "Udah ada yang urus, kali."

All in AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang