Vote cuyyy
______________________________
Esok harinya Asahi berangkat lebih siang, Karena memang jadwalnya hari ini lebih siang, sekitar pukul 10.
Tapi anehnya saat dia datang di rumah sakit beberapa perawat yang di tugaskan merawat dan menjaga Nishinoya enggan menatap Asahi
padahal sebelum-sebelumnya selalu sapa-menyapa. Bahkan Akiteru, selaku seniornya pun enggan menatapnya.
Dia ke ruangan dokter terlebih dahulu untuk bersiap baru pergi memeriksa para pasien, rekannya yang lain menatapnya kasihan.
Apa yang sebenarnya terjadi? Tanya Asahi dalam hatinya. Sawamura memanggil Asahi dari belakang, Asahi menoleh
"Asahi, Aku ingin berbicara 4 mata denganmu" ucap Sawamura, Asahi lantas mengikuti kemana Sawamura pergi
"Begini.. Hidup Nishinoya tidak akan lama lagi. Perkiraan kita hanya bisa menahannya selama 1 bulan. Keadaanya drop saat ini. Dia kritis" ucap Sawamura sembari berjalan di lorong yang di isi beberapa pengunjung
Asahi mengeraskan rahangnya. "Lalu aku harus apa? Aku hanya perlu menahan hidupnya gar lebih lama" Timpal Asahi
"Bukan itu masalahnya. Kau sudah masuk terlalu dalam, aku hanya memberitahumu, kembalilah, Jauhi Nishinoya jika kau tidak ingin merasakan sakit yang lebih dalam dari apa yang kau bayangkan" Ujar Sawamura
"Tidak. Nishinoya masih membutuhkanku. Dia tidak punya keluarga" ujar Asahi
"Aku tau. Tapi bukan berarti kau harus melukai perasaanmu sendiri, ini adalah waktu dimana kau masih bisa bersenang-senang. Mungkin saja 1 hingga 2 bulan ke depan kau akan merasakan sesuatu yang tak seharusnya kau rasakan" Jawab Sawamura berbalik
Asahi diam. Dia diam. Tidak bisa menjawab. Memang benar. Menyayangi seorang pasien penderita penyakit berat bukanlah pilihan yang bagus.
Sawamura menariknya masuk ke ruangan gawat darurat. Lalu ia menunjuk ke salah satu ruangan yang terhalang kaca
Asahi menoleh, dan ia melihat sosok pria terbaring lemah dengan mata tertutup, selang oksigen melingkar di pipi dan hidungnya
Rambutnya terbungkus Hair Cap. Tubuhnya di selimuti oleh selimut rumah sakit, banyak selang dan kabel di sekelilingnya. Suara Patient Monitor terdengar samar-samar di telinganya.
Hanya dari wajah.. Hanya melihat wajahnya Asahi langsung tau jika itu adalah Nishinoya Yuu. Pasien kecilnya.
"Kau bisa mempertimbangkan apa yang ku katakan tadi." Ujar Sawamura lalu berbalik untuk pergi
"Jika kau memang suka mengukir seni luka dalam perasaanmu maka masuklah lebih dalam. Jika kau masih sayang pada mentalmu maka menjauhlah" sambung Sawamura lalu ia pergi sambil melihat Asahi yang terus meratapi Nishinoya di dalam.
Tangan Asahi mengepal, ia tidak mau kehilangan Nishinoya. Ia masuk ke dalam ruangan lalu ia menggenggam tangan Nishinoya yang tidak di infus
Air mata Asahi menetes, ia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar
"Noya.. Tolong sembuhlah.. Maafkan aku.. Maafkan aku.. Maaf.. Maaf.. Maafkan aku Noya.." Ucap Asahi menyalahkan dirinya sendiri
"Noya.. Maafkan aku.. Aku meninggalkanmu lagi semalam saat kau tidur.. Maaf.. Maaf.. Maaf.. Seandainya aku tidak meninggalkanmu.. Maafkan aku Noya.. Aku bersalah.. Ini salahku.." kata Maaf terus di lontarkan dari mulut Asahi
Air matanya tak bisa berhenti mengalir. Ia merasakan suhu tubuh Noya sedikit lebih dingin dari biasanya. Ia menggenggam erat tangan Nishinoya
"Kau.. Kedinginan kan..? Apakah.. Tanganmu terasa.. Terasa lebih hangat..? Noya..?" Tanya Asahi dengan senyuman pahit dan nada bergetar sedikit terisak
"Noya.. Ku harap tanganku.. Bisa membuatmu merasa lebih hangat.." Sambung Asahi dengan nada yang masih bergetar dan terisak.
Air mata Nishinoya ikut menetes. Padahal Nishinoya sedang tidak sadar. Asahi sadar air mata Nishinoya menetes, ia mengusapnya lalu kembali tersenyum pahit
"Maaf.. Apakah genggamanku terlalu kuat.. Sakit ya..? Maaf.. Maaf.. Apakah kau juga merasakan sakit..? Maafkan aku.. Maaf.. Maaf.. Maaf.. Maafkan aku.. Noya.. Aku akan membuatmu sembuh.." Ujar Asahi kembali meminta Maaf dan terisak dan menjatuhkan kepalanya di samping dada Nishinoya
"A.. Sa.. Asahi.. San.." suara yang ia nantikan itu terdengar, walau lemas dan terbata-bata
"Noya.. Kau.. Maaf.. Maaf.. Maaf.." Ujar Asahi
"Tidak.. Asahi.. San.. Bukan.. Salahmu.." ujar Nishinoya sambil tersenyum
"Maaf semalam aku meninggalkan mu lagi.." Ujar Asahi
"Tak.. Tak apa.. Tapi jangan.. Tinggalkan aku lagi.. Ya??" Ujar Nishinoya
"Ya.. Tapi kau juga tidak boleh meninggalkanku" Balas Asahi
"Haha.. Jika bisa.." jawab Nishinoya sambil tertawa lemas
"Ne Asahi-san.. Saat aku tiada.. Tolong.. Berikan mawar.. Di makamku.. Okkay..?" Tanya Nishinoya
"Jangan berbicara seperti itu.. Kau akan terus hidup." Jawab Asahi kembali terisak
"Apa-apaan kau itu.. Haha.. Cengeng sekali" Ejek Nishinoya walau masih lemas
(Udah sekarat masih aj aneh-aneh:v klo mati baru bisa diem si Noya:v awokawok:v)
"I'm sad because of you.." Jawab Asahi
"I'am Sorry.. please Don't Cry.." ujar Nishinoya
Babay.. udah sekarat tuh si Noya
Ada yang titip pesan buat Noya?
Pesan buat Asahi?
Buat Author ada?? Ga ada paling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go (AsaNoya)
Любовные романыAwalnya aku hanyalah seorang dokter baru mantan pemain Voli di suatu Rumah Sakit. Tidak ada yang menarik di sana. Biasa saja. Tapi pendapatku berubah saat aku melihat sosok Pria yang Lucu Pria cebol dengan Surai hitam dan sedikit Surai pirang di bag...