🍫🍓🍫🍓🍫
Jalanan terlihat cukup padat, tadi cuaca sedikit mendung meski sekarang pun tak banyak berubah. Ada perkiraan akan hujan malam nanti, aku berharap derasnya tidak menghalangi seluruh persiapan yang telah banyak dilakukan oleh semua orang yang menunggu momen langka ini.
"Ngelamun aja, Dek. Kenapa?"
"Hah? Ah, nggak, Kak."
Kak Jasmine terkekeh. "Ekspresi kamu, tuh, kayak baru aja lihat gebetan ketahuan selingkuh."
"Iiih amit-amit, Kak. Kalau udah ketahuan, mending aku tinggalin."
Perempuan itu hanya mengangguk, kembali fokus dengan kemudi mobil yang menyatu di rute padat kendaraan. Tadinya kupikir kak Jasmine akan memboncengku dengan motor, ternyata ia membawa mobil karena ada beberapa perlengkapan yang harus diangkut ke arena bazar. Pikiranku masih berputar perihal kejadian tadi, sesuatu yang mungkin sepele tapi begitu penting untukku.
Flashback On
Aku menjauh dan kembali berjalan ke arah stand pemilik gunting ini, untung jatuhnya tidak menyebabkan retak atau pecah sehingga aku tidak perlu meminta maaf dan bertanggungjawab. Perempuan yang sudah tak sengaja kutemui dua kali, dipanggil dengan nama Arsyira oleh teman-temannya. Namun, gumaman yang spontan kudengar menjadi pikiran lain, terlebih sosok yang menyebut nama itu bukanlah orang asing.
"Syahib?"
Aku menatap presensinya, masih berharap dia hanya orang berbeda dengan ciri yang mirip dari dugaanku. Namun, senyum yang merekah bersamaan dengan langkah tegas mendekat seketika meluruhkan pradugaku. Dia di sini, benar-benar berdiri dengan kemeja hitam yang digulung seperempat dipadu bersama jeans berwarna gelap.
"Katanya pulang?"
Matanya menyipit, senyum yang begitu memikat siapa pun atau mungkin hanya aku yang memiliki pemikiran seperti itu. Dia berdiri di hadapan, mencondongkan tubuhnya agar sejajar denganku.
"Nda rindu ki?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaanku, "saya rindu, makanya kembali ka."
"Cih! Gombalnya. Jawab dulu, katanya pulang?"
"Mau pulang ka kemarin, tapi ditahan sama kak Ikbal disuruh bantu bazar dulu."
"Ada stand?"
"Ada, di ujung sana. Nanti malam sama-sama nah, saya nda ada teman jalan."
"Bisanya, teman-teman yang lain ada, 'kan?"
"Maunya sama Lita, ada yang harus kubicarakan juga. Nda kita balas ii chatku kemarin itu."
"Ah, aku lupa."
Flashback Off
Kak Jasmine turun setelah memarkir mobil dengan baik, aku menunggunya untuk berjalan masuk. Pemilik rumah terlihat sedang duduk santai di ruang televisi, menyambut kedatangan kami berdua dengan senyumnya yang begitu ramah. Kudengar, dia sudah menyiapkan makanan setelah memilih makan lebih dulu karena sudah terlalu lapar.
Seusai makan, aku memilih ke kamar untuk mengisi daya gawai yang sepertinya kurang perhatian sejak tadi. Berada di sini membuatku mengerti betapa sosialisasi tanpa mengabaikan sekitar itu menyenangkan, berbicara dan tukar pikiran tanpa sibuk dengan gawai ternyata lebih baik. Sedikit merebahkan diri, menatap langit-langit sembari mengulas kejadian yang telah berlalu sejauh ini. Kak Jasmine mengambil start untuk bersih-bersih lebih dulu, ia terlihat sangat lelah tetapi berusaha agar terus semangat. Perempuan baik yang tidak pernah mengeluh, dia selalu menepis aura negatif yang kadang kuhadirkan dengan tidak sengaja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum dalam Rasa [On Going]
Fiksi RemajaBertemu dan terjebak bukanlah pilihan yg kurangkul, sebab selalu ada harap yg menyertai setiap langkah semakin rapat. ~ Arsyraina Bertemu lalu merindu, terasa sulit saat itu karena aku tak mudah melupakanmu. Meski pada sekian detik berikutnya, aku s...