Kerusuhan Saat Rapat

4 1 0
                                    

Hari Sabtu, hari di mana siswa-siswi di sekolah ku sangat antusias dengan hari ini. Menyambut untuk kedatangan hari Minggu.
Karena guru-guru di sekolah ku sedang mengadakan rapat, maka di setiap kelas hanya di berikan tugas menulis berupa soal-soal yang harus di isi. Sesuai dengan jam pelajaran yang seharusnya sedang berlangsung, kelasku mendapatkan soal-soal materi Seni budaya. Materi yang kami dapatkan tentang karya Nusantara di era modern. Beruntunglah tugas yang kami dapatkan berupa tugas kelompok. Kami jadi bisa saling bertanya dan bertukar jawaban.

“Jadi kita mau buat apa?” Tanya Abi.

“Lu kan ketua kelas, jadi lu aja yang nentuin,” Jawab Deren.

“Jangan gitu, Der. Ini tugas kelompok harus ada musyawarah nya. Masa gue main ego sendiri mentang-mentang gue ketua kelas,” Tutur Abi.

“Terus apa dong? Gue males mikir,” Ucap Deren.

“Ah lu mah, selalu aja kayak gitu kalau di mintain pendapat,” Keluh Abi.

“Gue lagi males mikir. Ntar aja idenya langsung yang, bumm!! Gitu,” Ucap Deren memperagakan meletusnya gunung Merapi.

“Owh lu mau cosplay jadi gunung Krakatau?” Ledek Miko.

“Lu aja sono,” Saran Deren.

“ih, nggak,” Tolak Miko.

“Eummm, gimana kalau kita bikin lagu sama dancenya. Tapi harus ada khas Nusantara gitu,” Tuturku memberikan ide.

“Wuiss mantep. Ini nih yang gue tunggu dari tadi. Yang Lain ada nggak?” Puji Abi.

“Gue mau bikin dancenya itu Nusantara tapi ada unsur-unsur modernnya. Pakaiannya juga nanti bakalan modern tapi mau gua tambahin ada batik-batiknya gitu,” Ucap Mahendra.

“Boleh tuh, gue setuju. Lu emang jago banget ngedancenya. Gue ikut sama lu, sama cewek-cewek yang lain juga. Gimana ciwi?” Sahut Kinan.

“Aku setuju,” Ucapku.

“Kita juga setuju,” Ucap siswi yang lain.

“Nah gue yang bagian nyanyinya, nanti bakalan jadi Nusantara banget deh. Mau gue campurin sama unsur DJ gitu kali ya, atau di tambahin bas pas bagian reff,” Tutur Rizky sambil mengusap dagunya dengan jari telunjuk dan jari jempol. Tanda ia sedang berfikir keras.

“Gue bakalan bantu lu buat bikin lagu,” Tawar siswa yang lain.

“Gue ikut nyanyi sama lu, ya,” Pinta siswa yang lainnya.

“Eits, tenang. Nanti yang nyanyi sama gue tiga orang ya. Tapi karakternya harus beda-beda,” Ucap Rizky.

“Asiaap,”

“Nah kalau yang ikut dance sama gue kan yang cewe cewe udah pasti. Kalau yang cowoknya.... karena ceweknya ada sepuluh berarti cowoknya sebelas,” Pinta Mahendra.

“Saran aku yang ceweknya jangan ikut semua deh. Sebagian ada yang bantu cowo yang nggak ikut dance atau nyanyi buat jadi panitianya,” Tuturku.

“Bener juga tuh, kalau nggak ada panitianya semua pasti jadi kacau, karena nggak ada yang mantau,” Sahut Kinan.

“Yaudah, gue minta cewe cowo empat. Biar yang cowonya jadi lima sama gue,” Pinta Mahendra.

“Oke,” Jawabku.

“Hadeuh, lagian guru ada-ada aja dah. Segala minta tugas SBK buat pentas kecil-kecilan kayak gini, kan ribet. Mana mintanya terakhir kita harus kerjain hari Selasa,” Keluh Miko.

“Owh iya, hari Minggu pada sibuk nggak? Kalau nggak kita janjian aja buat latihan,” Ujarku.

“Yah gue nggak bisa, Bel. Ada acara keluarga,” Ucap Kinan memajukan sedikit bibirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Husband is My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang