[🌱] "Aahh...males kali ngerjain misi..."

21 3 1
                                    






















Aku tidak bisa menggunakan bahasa yang indah untuk mendeskripsikan sesuatu.

Alasannya tentu saja, karena rumit. 'Tidak jago' juga salah satu alasan aku menghindari hal tersebut.

Ah, maaf. Ini bukan pembuka yang harus kalian baca. Maafkan aku,tidak seharusnya indra penglihatan kalian membaca ini, kalian bisa meneruskan bacaan. Sekali lagi, maaf.















































Bersekolah pada malam hari adalah hal yang cukup normal pada sekolah satu ini. Sekolah dengan murid yang bisa dibilang tidak banyak. Maklum sekolah elit.

Ryoutei High School Academy.

Bayangin aja, mulai belajar jam 8 malam sampe jam 2 pagi. Ralat, jam 2 dini hari maksudnya.

Mustahil? Mungkin iya bagi para burung pagi. Tapi jika kau adalah burung hantu, mungkin kau orang yang cocok untuk bersekolah di sini.

Sekolah ini selain malam, mereka juga beraktivitas seperti pada sekolah umumnya di saat matahari naik.

Malam buka, pagi pun buka.
Udah kayak ruko 24 jam aja.

Minat?

--[ • 🌘 · 🌃 • ]--


























Malam ini sangat cerah.

Sayang beribu sayang, tidak secerah perasaan saya kala melihat orang itu. Ah, lupakan itu.

Tak lupa sebuah rembulan yang begitu mempesona. Teriknya cahaya yang dipancarkan tak membuat Indra penglihatan siapapun sakit.

Tapi, jika ada yang sakit karena itu...

Maaf, aku, tak tahu. I'm sorry, let's get back to the story.

Ditambah lagi dengan sebaran kerlap-kerlip yang ragam ukurannya, memperindah langit malam. Membuat iris merah milik pemuda besurai putih-ungu muda terpaku pada pemandangan tersebut. Hembusan angin lembut, menyapu pelan surainya.

Keheningan pun turut bergabung, meski tak begitu terlalu lama Karna kemunculan sebuah bayangan tinggi seukuran manusia.

"Bulannya cantik, ya..."

Mata Subaru sedikit melebar ketika iris yang senada—yang lebih ke berwarna darah—tiba-tiba saja muncul tepat di depan wajahnya dengan jarak yang sangat dekat.

Cukup dekat, hingga hembusan nafas dari orang itu terdengar.

"...Subaru?"

Orang tersebut mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Subaru dengan lembut seraya menjauhkan wajah miliknya.

"Aru?"

"Eits, salah."

"Ruru..."

Aru Tersenyum kecil seraya mengangguk pelan.

Panggilan kecil miliknya yang dikhususkan untuk sang adik tersayang membuat dadanya hangat.

"Bener, heh." Ia terkekeh pelan.

Tangannya kemudian beralih mengusap Surai yang lebih muda sampai berantakan.

Subaru hanya membiarkannya. "Bang Ruru ngapain ke sini, Bukannya ada misi?" Tanyanya lembut.

-•° Latibule [ 🪹 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang