[ 🌱 ] "Soalnya gemess..."

19 3 13
                                    




































Matahari bangun dari tidur nyenyaknya setelah sejenak berganti shift dengan bulan. Seperti gambar yang sering dibuat ketika SD dulu, dimana biasanya matahari terkadang ditemani oleh dua buah gunung tinggi menjulang.

Sinarnya menyinari setengah bagian dari bumi, memberi sinyal jika pagi sudah datang untuk menyambut para tukang turu.

Dalam sebuah ruangan gelap dimana Sinaran matahari nyaris tak bisa menyelinap masuk karena gorden yang menutupi jendela, terdapat seorang pemuda yang masih tertidur pulas di atas kasur empuknya.

Namun tak lama, karena suara jam elektrik yang berbunyi ketika menampilkan angka 07:00 di layarnya, membuat yang tertidur itu bangun dari alam bawah sadar dan segera mematikan suara bising dari jam.

Kemudian ia meraba-raba dinding, mencari sebuah tombol yang dapat menghidupkan lampu di kamarnya.

Ctak

Seketika seisi ruangan menjadi terang benderang. Pemuda itu menggosokkan kelopaknya pelan, kemudian ia meregangkan lengan dan badannya.

"Khh...Hoaamm...."

Ia membuka matanya setengah, menampilkan iris hijau yang indah.

Kini dirinya tengah mengumpulkan nyawa agar bisa kembali sadar sepenuhnya. Sunyi senyap dalam kamar perlahan membantu nyawanya terkumpul, rasanya damai sekali.

Namun tak berlangsung lama, karena tiba-tiba saja dirinya dikejutkan oleh seseorang yang muncul di depan wajahnya dengan jarak yang dekat.

"Ohayou Laito-chan~" Sapa orang itu.

"Ah, Lai-kun, ohayou gozaimasu..." Balas pemuda yang dipanggil Laito, sedikit memalingkan wajah untuk menjaga jarak dari wajah si penyapa.

Orang yang bernama Lai tersenyum lebar, Sangking lebar senyumannya, mata beriris merah itu menyipit. Sesaat terdengar tawa kecil dari bibirnya.

"Hebat ya Lai-kun, hari ini bangunnya lebih awal dari aku." Ucap Laito lembut membuat pemuda yang tersenyum lebar mengangguk-angguk bangga.

"Fufu~ yah, sekali-kali gua yang nyapa Lo pas baru bangun kenapa enggak, 'kan?" Balasnya dengan riang.

"Hum, iya..."

"Hee...nfu~"

Lai menjauhkan wajahnya sejenak dari si adik membuat Laito menghela nafas lega sebentar, kemudian dirinya mengucek pelan kelopaknya. Lai duduk di sisi kasur dengan bertumpu satu tangan, matanya memandangi keadaan Laito yang baru bangun tidur.

Rambut yang sedikit acak-acakan, ekspresi yang masih setengah mengantuk, tak lupa pemanis yang tertampang berupa baju di bahunya yang sedikit melorot, menampilkan keindahan serta kemulusan kulit putih bersih adiknya itu.

'Ah, seksi sekali~' pikir sang kakak dengan raut khasnya. Matanya terpaku akan keindahan itu, sampai-sampai tanpa sadar Ia melamun.

Laito menyadari sang kakak yang mendadak mematung, mencoba menyadarkan dia dengan memanggil namanya. Beberapa kali dipanggil pelan, namun tak ada respon apapun Sampai ia menggoyangkan bahunya, barulah Lai tersadar dari lamunannya.

"A-ah maaf...ada apa, Laito-chan?~" tanyanya sembari memperbaiki posisi kaus yang melorot itu. "Enggak, tadi kakak kayaknya melamun, makannya kupanggil." Jawab si adik polos yang kemudian ia sambung dengan mengucap terima kasih pada kakaknya.

"Sama-sama..."

Lai melihat adiknya bergerak dari posisi duduknya, sepertinya yang lebih muda ingin beranjak dari kasur untuk memulai hari. Langsung saja dirinya mencegatnya dengan mendekap tubuh si adik, membuat Laito terheran.

-•° Latibule [ 🪹 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang