Pemain

3.6K 543 168
                                        

Okay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Okay... sudah dipenuhi ya janjinya untuk double up untuk minggu ini! Lunas berarti ya🥰

Jangan lupa vote dan tinggalin jejak comment, karena itu sangat penyemangat👀

Sebelum lanjut, harap baca chapter sebelumnya dulu biar ingat 🫶🫶🫶🫶

Happy Reading!

Keizly tentu perlu waktu untuk mencerna apa yang diucapkan oleh Drizel.

Dia tidak menjawabnya kala itu, karena Drizel langsung memeluknya dan berkata. "Maaf, aku hanya terbawa suasana. Tolong kamu lupakan."

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa Keizly masih memikirkan hal itu. Keizly memandangi Drizel yang bersiap untuk pergi, Drizel telah selesai mandi---sebenarnya mereka telah selesai mandi, bersama.

Tapi, Keizly masih duduk dengan mamakai baju handuknya. "Kamu bakal pulang jam berapa, Kak?"

"Mungkin sepuluh, atau sebelas malam? Kamu bisa tidur duluan." Drizel merapikan rambutnya di depan cermin.

"Boleh nggak jam 9 sudah pulang?" Keizly tetap bertanya demikian, meski dia tahu jawabannya akan seperti apa.

"Tidak bisa, aku harus tetap di sana sampai acaranya selesai. Itu acara perusahaan dan banyak relasi yang datang." Sesuai prediksi, intinya tidak bisa dikabulkan.

Keizly menghela napas, dia juga tidak bisa berbuat banyak. Sebenarny, setelah menikah dulu, Keizly berharap kehadirannya di hidup Drizel bisa membuat pria itu lebih punya banyak waktu untuk beristirahat.

Nyatanya tidak, Drizel tetap menjadi pria yang sangat berambisi dengan pekerjaannya. Banyak yang ingin dia kejar. Keizly merasa andil dirinya dalam hidup Drizel, hanya sebagai sandaran atau pelarian jika pria itu ingin menyalurkan kebutuhannya.

Itu hanya pemikiran Keizly, jika dia sedang agak kesal saja.

Dia terkadang ingin berteriak, dan bilang bahwa dia ingin bulan madu yang benar-benar serius. Di mana hanya ada dia dengan Drizel saja, tidak boleh mengaktifkan sinyal di HP, hanya mereka berdua saja yang tidak boleh diganggu siapa-siapa, termasuk pekerjaan juga.

Keizly pergi ke dapur untuk mengambil cemilan di lemari, dia ingin menguyah sesuatu yang bisa mengembalikan mood dalam dirinya. Dia mengambil toples berisikan cookies coklat dengan ukuran sekali lahap.

Dia makan sambil berdiri dan menunggu air panasnya mendidih di mesin pemanas, Keizly juga ingin membuat teh sepertinya.

Drizel yang sudah rapi dan wangi datang, menghampiri istrinya yang masih memakai baju handuk dengan rambut yang setengah kering.

"Kenapa kalau makan suka sambil berdiri?" Drizel mendekat dan menyelipkan ranbur Keizly di belakang telinga.

Bukannya menjawab, Keizly malah menyodorkan satu potong kue itu ke depan mulut Drizel. "Coba deh, enak."

AFTER DRIZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang