02

2 0 0
                                    


"Aru"

Aru langsung menoleh, "Iya?"

"Maaf atas keributan tadi, jadi karena Aru sudah jadi bagian dari anggota mansion kita harus saling mengenal bukan? Perkenalkan nama saya Leord Hank, saya tidak terlalu sering ke sini jadi jika ada sesuatu bisa minta tolong Eza ataupun pak Zaka atau siapapun yang ada di mansion ini." Cukup panjang kalimat yang dilontarkan beliau satu ini Aru cuman bisa mengiyakan.

Kalau boleh jujur Aru terpesona sama ketampanan siapa pak Leord? Bagaimana tidak orang beliau berdarah Prancis.

"Semuanya wajib perkenalan diri."

Begitulah semuanya memperkenalkan diri dengan beragam ekspresi dan nada bicara yang beragam. Sebagai manusia penghuni baru yang datang tiba-tiba dan ternyata orang rumah ini tidak tau kalau Aru datang cukup... cukup maklum kalau mereka kebingunggan.

"Zac... lo kalau mau makan nggak usah bawa senapan juga. Di sini ada anak-anak." Ungkap Zaka.

"Kenapa? Orang lu semua laki."

Evan menepuk pundak Zac lalu menunjuk gua, "tapi ada dia bang."

"Hhh... iya iya cuman hari ini juga. Gua nggak balik dalam waktu dekat juga jadi enggak ada senapan-senapanan." Jelas Zac yang tetap lanjut memakan sarapan tanpa peduli.

Kayaknya mansion ini rumit banget ya orang-orangnya.

Setelah semua anggota makan ternyata ada anggota lain dan ternyata memang bertugas sebagai koki di mansion ini, agak kaget soalnya atasannya hanya berlapis apron coklat.

"Kalau begitu saya pamit dulu. Pak Zaka tolong ya."

Pak Zaka mengangguk, lalu bentar gua manggil orang itu apa? Kak? Pak? Paman? Nanti aja lah gua tanya.

"Aru habis ini kamu bakal di antar ke kamar yang di sediain. Lalu setelah itu baru kamu ke kantor saya."

"Oke."

Pak Zaka masih dengan posisi seperti mencari seseorang.

"Hm... Juan!"

"IYA APA BANG!"

Njir kaget!

"Ah... enggak-enggak nanti terjadi hal yang diinginkan... kalau begitu."

"Alex!"

"Apa?"

"Tolong bantu Ar- Adek perempuan kita ke kamarnya. Mohon bantuannya~"

"BANG KOK BUKAN GUA?!"

Gua liat raut wajah pak Zaka yang mengisyaratkan 'pergilah'  Aru langsung cepat pergi keluar dan mengikuti langkah Alex

Rasanya mau kasih tau dunia ini yang nganterin gua ke kamar gantengnya bukan main! Kok bisa satu rumah isinya ganteng semua?! Mustahil kan?

Udah wangi, tinggi dan ganteng. Ini curang sih.

"Masih sekolah?" Tanya Alex.

"Hah? Ohh! Enggak!"

"Terus? Di drop out?"

Percakapan ini benar-benar membuat Aru malu sendiri.

"Tolong jangan salah paham sama pakaian saya pak. Saya mahasiswa kuliahan :')" Aru menjelaskan singkat, tetapi tetap saja pasti dia dianggap freak oleh pria bernama Alex ini.

"Terus kenapa kesini pakai seragam ini?"

Aru malu, tidak mau hobinya suka mengenakan seragam jepang ini terungkap dengan terpaksa Aru harus berbohong.

"Di suruh mama saya."

Maaf ma :).

"Haa... untuk si maniak itu ya..." gumam Alex.

"Ya? Apa?"

"Enggak kok."

Mah.. :) agaknya salah mempergunakan bakat cosplay saya di sarang buaya gini.

"Ini kamar lo, terus jangan panggil gua pak tua banget. Alex aja. Ganti baju gih yang normal." Alex ngomong gitu tapi dengan pandangan ke depan mana bisa gua liat mukanya yang tinggi banget.

"Iya-iya tunggu bentar." Gua langsung geret koper ke dalam kamar dan ganti baju sesuai  amanah Alex

Setelah Aru menutup pintu kamarnya Alex langsung menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Wah... wah... liat sekarang siapa yang lebih pantas disebut maniak?" Pria tersebut melipat kedua tangannya.

"Berisik! lo juga ya Jun!"

"Pft! Hahahaha!"

Jun menghentikan tawanya, "ingat kita anggap dia adek."

Alex menoleh, "ngomong noh sama diri lo sendiri!"

Kemudian dia bangkit dan berdiri di depan pintu Aru. Baru hendak mengetuk pintu namun Aru sudah membuka pintu duluan.

"Dari tadi di depan pintu?" Tanya Aru

"Ayo langsung!" Alex langsung berbalik pergi.

Aru langsung mengunci pintu kamarnya terburu-buru dan berlari mengejar Alex.

"Nggak perlu lari nanti jatuh."

Aru menengok ke belakang seperti mengenal suara orang yang berbicara tadi?

"Pak Jun?"

"JUN! JUN!"

"Astaga! Iya pak Jun! Nanti dulu pak saya harus kejar Alex!" Aru kembali berlari dan mengejar Alex yang hampir hilang dari padangannya.

Jun hanya melongo benggong, sepertinya harga dirinya agak terluka sedikit.

"Aduh Alex! Kalau jalan jangan cepat-cepat!" Aru langsung enggap berusaha menetralisirkan pernapasannya karena ia harus menyamakan langkahnya dengan Alex yang berkaki panjang.

"Makanya jangan ladenin orang nggak jelas tadi." Aru mengernyit.

"Emang ke-"

Alex membukakan pintu ruangan pak Zaka, "nanyanya ke pak Zaka aja. Silakan."

Aru tak ambil pusing dia langsung duduk setelah di persilakan oleh pak Zaka.

"Baik Aru. Saya ucapkan selamat datang sekali lagi di Mansion Light. Mungkin kamu udah liat dari awal datang ada berbagai macam orang di sini dan sifat mereka juga. Semoga kamu memaklumi watak mereka yang berbeda. Kemudian, tidak usah terlalu khawatir tentang transportasi sudah ada disediakan."

"Seperti yang dipesankan ibumu, tidak perlu mengkhawatirkan apapun cukup kuliah seperti mahasiswa pada umumnya sampai lulus. Dan juga ini ada denah mansion kalau-kalau kamu kesasar. Lalu.."

Cukup panjang penjelasan pak Zaka point pentingnya,

JALANI KULIAHMU SAMPAI LULUS.

Namun ada kelanjutannya lagi, "Oiya, untuk urusan percintaan itu bukan tanggung jawab saya, selagi tidak menganggu ketentraman Mansion diperbolehkan."

Aru mau bertanya, tetapi seakan sudah tau pertanyaan yang akan di tanyakan pak Zaka melanjutkan perkataannya.

"Untuk Jun, dia orang yang... Aneh." Jelas pak Zaka. Hal itu membuat Aru memasang raut wajah binggung.

"Hahaha.. tidak-tidak. Dia orang yang baik, tapi juga menyeramkan. Kalau dia macam-macam lari aja."

"Ahahaa... baik pak." Menutupi kebinggungannya dengan tertawa miris Aru hanya bisa memikirkannya dan kemudian pamit dari ruangan pak Zaka.

MANSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang